Imbas sering menjadi korban bully yang dialami ayah dua anak itu saat kecil, tidak ada yang mau berteman dengannya. Atta saat itu merasa dirinya seolah dikucilkan. 

"Makanya, itu (bullying) juga sudah seperti menjadi tradisi, saya juga pernah mengalami. Nggak tahu dari kapan ya, tapi dari kecil aku nggak punya teman," ucap Atta Halilintar saat ditemui di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (28/2/2024).

Saat teringat apa yang dialami saat masih kecil, Atta mengaku sedikit was-was pada kedua anaknya, Ameena dan Azura. Ia tak mau kedua anaknya itu mengalami apa yang dirasakannya dahulu. 

"Bullying itu kelihatannya simpel, tapi bisa menjatuhkan mental, hati, dan fisik. Saya punya anak perempuan juga, semoga tidak mengalami hal begitu," kata Atta. 

"Pasti (jadi was-was), tadi awalnya saya punya ketakutan. Karena di sekolah mahal ada pembullyan, di sekolah negeri pembullyan, sampai ke sekolah pesantren aja kemarin baru ada yang meninggal dunia," Atta melanjutkan. 

Agar ke depannya perundungan benar-benar hilang, Atta hanya bisa menghimbau agar masyarakat peduli untuk memerangi pedundungan. Terlebih, kasus bullying tidak pandang bulu dan terjadi dimana-mana. 

"Mau anak pejabat kah, anak artis kah, kita sama-sama menyeruakan gerakan anti bullying. Semoga ini jadi pendidikan juga buat saya pribadi dan anak saya ke depannya, karena mereka nanti akan sekolah juga," aku Atta.

Salah satu langkah yang dilakukan agar bullying tak lagi terjadi, Atta akan turun langsung menyuarakan gerakan anti bullying ke seluruh sekolah di Indonesia.