Saking fokusnya menjaga keaslian logat, Sarah bahkan memilih untuk tidak berimprovisasi selama proses syuting. Ia takut jika improvisasi malah membuat logat Batak yang sudah ia latih berubah dan terdengar tidak konsisten.

"Jadi saya selama syuting nggak berani improve, karena takut kalau improve logatnya hilang, tiba-tiba kembali ke Sunda lagi, terus lupa semuanya," ujarnya sambil tertawa.

Menurut Sarah, karakter Tarida digambarkan sebagai sosok kakak yang serius dan bertanggung jawab, sesuatu yang cukup berbeda dari kepribadiannya yang dikenal ceria di dunia nyata."Serius, jadi saya sangat takut untuk melenceng dari skrip," tambahnya.

Sutradara WASIAT WARISAN, Agustinus Sitorus, menjelaskan bahwa film ini memang menuntut kedalaman karakter dari setiap pemainnya. Ia ingin menghadirkan kisah keluarga yang terasa dekat dengan realitas masyarakat, khususnya dalam menghadapi persoalan warisan.

"Sebuah cerita simpel premisnya bahwa ini adalah hasil riset dari tim PIM Pictures juga, bahwa sebenarnya di kawasan Danau Toba itu memang sering terjadi, bukan konflik ya sebenarnya ya, memang rata-rata adalah perselisihan mengenai warisan," ungkap Agustinus.

Namun, Agustinus tidak ingin film ini hanya fokus pada perebutan harta. Ia justru memberi sentuhan unik dengan menghadirkan tema warisan yang ternyata berupa utang.

"Tapi konsep film sendiri bukan berebut warisan sebenarnya, hanya lebih bagaimana memecahkan masalah ketika orang tua meninggal dan ada warisan yang disertainya. Warisan itu bisa berupa barang, tapi ternyata di sini kita tambahkan adalah berupa utang," jelasnya.

Kehadiran Sarah Sechan, Tigor, Astrid Tiar, dan Derby Romero membuat WASIAT WARISAN terasa hidup dengan dinamika khas keluarga Batak. Film ini bukan hanya menyuguhkan konflik perebutan warisan, tapi juga pesan kuat tentang kekompakan dan tanggung jawab dalam menghadapi peninggalan orang tua. WASIAT WARISAN dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 4 Desember mendatang.