Kelebihan dan Kekurangan Film 'BOLEHKAH SEKALI SAJA KUMENANGIS', Bahas Isu Sensitif dengan Pendekatan yang Relatable


Film Indonesia | Jum'at, 18 Oktober 2024 19:15
Editor : Adristi Putri Febrianti
Kapanlagi.com -
Ditulis oleh: Adristi Putri Febrianti
Sejak dirilis di bioskop pada 17 Oktober 2024, film BOLEHKAH SEKALI SAJA KUMENANGIS langsung menarik perhatian banyak penonton. Mengangkat tema keluarga, film ini berfokus pada kisah keluarga Tari yang dilatarbelakangi oleh konflik KDRT dan trauma lintas generasi.

Dengan penampilan yang sangat mengesankan dari Prilly Latuconsina, Surya Saputra, dan Dominique Sanda, film ini berhasil mengajak penonton merasakan berbagai emosi. Momen-momen dramatis dalam film ini berhasil membawa penonton dalam perjalanan emosional yang mendalam.

Namun, pertanyaannya adalah, apakah film ini mampu menyampaikan pesannya dengan efektif? Yuk kita simak ulasan lengkapnya untuk mengetahui lebih lanjut!

1 dari 4 halaman

1. Angkat Isu KDRT, Mental Health, hingga Menyoroti Ekspektasi Orangtua

(Credit: www.instagram.com/sinemaku_pictures)

BOLEHKAH SEKALI SAJA KUMENANGIS mengangkat isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) serta kesehatan mental. Melalui kisah keluarga Tari yang diperankan oleh Prilly Latuconsina, film ini memberikan gambaran yang nyata tentang bagaimana trauma dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang.

Meskipun narasinya tidak sepenuhnya lancar, cara penyampaian cerita terasa emosional dan relevan. Penampilan Prilly Latuconsina sangat mengesankan, begitu juga dengan Surya Saputra yang berperan sebagai ayah abusif dan Dominique Sanda sebagai ibu yang terluka.

Film ini berhasil menciptakan suasana yang hangat namun tetap menyentuh. Hubungan penuh konflik dalam keluarga dibangun secara perlahan, sehingga penonton dapat merasakan perjalanan emosional yang dialami oleh setiap karakter.

Selain mengangkat kisah keluarga Tari, film ini juga menyoroti ekspektasi orangtua terhadap anak melalui karakter Baskara yang diperankan oleh Pradikta Wicaksono. Konflik batin yang dialami Baskara setelah gagal menjadi pebasket profesional menjadi salah satu subplot yang menarik, mencerminkan tekanan yang dirasakan anak sulung. Pendekatan sutradara Reka Wijaya dalam menggambarkan pergulatan batin Baskara terasa segar dan tetap relevan bagi penonton.

2 dari 5 halaman

2. Klimaks yang Menyentuh Hati

(Credit: www.instagram.com/sinemaku_pictures)

Salah satu bagian terbaik dari BOLEHKAH SEKALI SAJA KUMENANGIS adalah klimaksnya yang sangat emosional dan menyentuh hati. Perjalanan Tari dan ibunya, yang pada awalnya merasa pasrah terhadap situasi keluarga, kemudian berusaha untuk memperbaiki keadaan, dikembangkan dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

Tarik ulur konflik yang semakin mendalam, terutama eskalasi kekerasan dari sang ayah, membuat emosi penonton menjadi campur aduk. Ketika film mencapai klimaks, penonton merasakan kesedihan yang dialami oleh karakter-karakter tersebut.

Tangisan Tari di puncak cerita sangat menggugah, sehingga dapat membangkitkan emosi penonton hingga meledak. Momen ini menciptakan koneksi yang mendalam antara penonton dan cerita, menjadikan pengalaman menonton semakin berkesan.

3 dari 5 halaman

3. Kurangnya Elemen Drama yang dan Narasi Masih Terpotong-Potong

(Credit: www.instagram.com/sinemaku_pictures)
Sayangnya, meskipun konflik utama dalam keluarga Tari dieksekusi dengan baik, terdapat beberapa elemen cerita yang terasa terputus-putus. Alur narasinya tidak selalu lancar, dan ada momen di mana cerita belum sepenuhnya menyentuh hati penonton. Beberapa subplot, seperti masalah yang dihadapi Baskara, juga mendapatkan porsi yang kurang memadai.

Meskipun demikian, kekurangan ini tidak mengurangi nilai keseluruhan film. Isu utama mengenai KDRT berhasil dikemas dengan cara yang memberikan dampak emosional yang mendalam, meski masih ada ruang untuk penyempurnaan dalam narasinya.

Secara keseluruhan, film ini tetap berhasil menyampaikan pesan yang kuat, dan elemen-elemen yang ada tetap mampu menarik perhatian penonton, meskipun ada beberapa bagian yang bisa ditingkatkan.

4 dari 5 halaman

4. Apakah Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis Recommended?

(Credit: www.instagram.com/sinemaku_pictures)

Film ini mengangkat tema yang cukup berat, terutama dengan adanya adegan-adegan KDRT yang cukup eksplisit. Oleh karena itu, penonton perlu bijaksana saat menontonnya, terutama jika sensitif terhadap konten kekerasan. Meskipun demikian, film ini berhasil menyampaikan pesan penting tentang trauma generasional serta keberanian untuk berbicara dan meminta bantuan.

Dengan menyoroti isu kesehatan mental dan trauma dalam keluarga, film ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan dari grup dan lingkungan yang mendukung bagi korban KDRT. Hal ini menjadikan BOLEHKAH SEKALI SAJA KUMENANGIS sebagai contoh yang relevan dalam konteks ini.

Film ini merupakan tontonan yang wajib bagi siapa saja yang ingin memahami dinamika keluarga yang kompleks dan maladaptif. Dengan pendekatan yang sensitif, film ini berhasil menyajikan realitas yang sering kali sulit untuk dihadapi, sekaligus menawarkan harapan bagi mereka yang terjebak dalam situasi sulit.

(kpl/adp)