Civil War
Action Thriller

Civil War

2024 109 menit R
7.7/10
Rating 7/10
Sutradara
Alex Garland
Penulis Skenario
Alex Garland
Studio
A24 DNA Films IPR.VC

Ketika perang saudara melanda Amerika Serikat, negara itu terpecah antara pemerintah federal yang semakin otoriter di bawah presiden yang memasuki masa jabatan ketiga dan tiga gerakan separatis yang menuntut pemisahan dari pemerintah pusat. Di tengah klaim sang presiden bahwa kemenangan sudah dekat, banyak pihak justru meyakini bahwa pasukan Western Forces yang dipimpin Texas dan California tinggal selangkah lagi mencapai Washington. Kota demi kota berubah menjadi zona pertempuran, dan kehidupan warga runtuh satu per satu.

Di tengah kekacauan itu, Lee Smith, seorang fotografer perang veteran yang telah kehilangan banyak hal selama bertahun-tahun bertugas, kembali berada di garis depan setelah selamat dari serangan bom bunuh diri di New York. Tubuhnya selamat, tetapi mata dan pikirannya membawa luka yang sulit hilang. Setelah insiden tersebut, Lee bertemu kembali dengan Joel, seorang jurnalis Reuters yang sudah lama menjadi rekan kerja sekaligus satu dari sedikit orang yang masih memahami dirinya.
Keduanya lalu menemui Sammy, mentor sekaligus sosok senior dari The New York Times, untuk membicarakan rencana nekat mereka. Lee dan Joel ingin menuju Washington demi mewawancarai presiden yang semakin terisolasi. Sammy mencoba menghentikan keduanya, namun pada akhirnya memutuskan untuk ikut bergabung agar bisa mengarahkan mereka dan setidaknya memastikan keselamatan mereka.
Perjalanan dimulai pada pagi yang berat, dan tidak lama kemudian Lee mengetahui bahwa Joel diam-diam mengizinkan Jessie Collin, gadis muda yang ia temui saat insiden bom di New York, untuk ikut serta. Jessie adalah calon jurnalis foto yang penuh ambisi, tetapi masih mentah dan belum memahami sepenuhnya apa artinya melihat kematian dari jarak yang begitu dekat. Kehadirannya membuat Lee tidak nyaman, tetapi perjalanan itu sudah terlanjur dimulai.
Mereka berhenti di sebuah pom bensin yang dijaga lelaki bersenjata. Tempat itu tampak seperti zona aman, tetapi suasananya menyimpan sesuatu yang gelap. Jessie yang penasaran berkeliling dan masuk ke area cuci mobil, tempat ia melihat para penjaga sedang menyiksa dua pria yang mereka tuduh sebagai penjarah.
Salah satu dari penjaga mengikuti Jessie, namun Lee datang tepat waktu dan memotret penjaga itu bersama korbannya. Dengan foto sebagai alat negosiasi, Lee meredakan situasi, meski Jessie kemudian merasa marah pada dirinya sendiri. Ia menyesal karena terlalu takut untuk mengambil gambar yang menurutnya penting sebagai bukti.
Malam tiba, dan kelompok kecil itu bermalam tidak jauh dari wilayah baku tembak. Keesokan harinya mereka tiba di lokasi pertempuran ketika kelompok separatis melancarkan serangan terhadap bangunan yang masih dikuasai loyalis pemerintah. Rentetan tembakan, jeritan, dan ledakan membuat udara terasa berat. Jessie, yang awalnya ragu, akhirnya mulai memahami bagaimana memotret di tengah kekacauan.
Lee melihat potensi besar Jessie dan perlahan mulai membimbingnya. Jessie bahkan memotret saat para separatis mengeksekusi tawanan loyalis, sebuah momen yang menandai perubahan besar dalam mentalnya. Rasa takutnya mulai tergantikan dengan keteguhan untuk merekam apa pun yang terjadi.
Kelompok tersebut bermalam di kamp pengungsi sebelum melanjutkan perjalanan melewati sebuah kota kecil yang berusaha hidup seolah perang tidak pernah ada. Penduduknya beraktivitas normal, namun mata mereka selalu waspada terhadap penjaga bersenjata yang mengawasi setiap sudut.
Setelah meninggalkan kota itu, mereka memasuki area bekas pasar malam yang berubah menjadi puing akibat pertempuran. Tiba-tiba tembakan sniper menghantam udara. Para penembak jitu yang tersembunyi justru menertawakan Joel ketika ia bertanya mereka berada di pihak siapa. Jawaban mereka sederhana, bahwa mereka hanya membunuh orang yang mencoba membunuh mereka.
Jessie semakin terbiasa dengan pemandangan mengerikan dan keterampilannya meningkat pesat. Pada satu titik, ia bertanya kepada Lee apakah Lee akan memotretnya jika ia mati. Lee menjawab jujur bahwa ia akan melakukannya.
Perjalanan mereka terganggu lagi ketika bertemu dua wartawan asing yang mereka kenal, Tony dan Bohai. Tony pindah ke mobil Jessie dan Bohai, lalu keduanya melaju lebih dulu. Tidak lama kemudian, Lee, Joel, dan Sammy menemukan mereka ditahan pasukan berseragam yang tidak mereka kenal. Pasukan itu sedang mengubur warga sipil dalam kuburan massal.
Ketika mereka mencoba bernegosiasi, pemimpin milisi itu mengeksekusi Bohai dan Tony tanpa ragu hanya karena mereka dianggap bukan orang Amerika. Dalam kepanikan, Sammy melajukan truk mereka dan menabrak anggota milisi untuk menyelamatkan Lee, Joel, dan Jessie. Tindakannya berhasil, namun Sammy terluka parah dan akhirnya meninggal akibat luka tersebut.
Kehilangan Sammy meninggalkan luka mendalam bagi ketiganya. Mereka berhasil tiba di pangkalan Western Forces di Charlottesville dan menemukan bahwa sebagian besar loyalis telah menyerah. Ini berarti jalan menuju Washington hampir tidak memiliki pertahanan, kecuali sisa pasukan paling fanatik yang masih setia kepada presiden. Dalam suasana duka dan kelelahan, Joel yang mabuk mulai melampiaskan kemarahan. Ia merasa kematian Sammy sia-sia.
Lee berusaha menenangkannya dan mengatakan bahwa Sammy akan memilih mati saat menjalankan tugasnya. Namun kata-kata itu tidak sepenuhnya menghapus rasa kehilangan. Sementara itu, Jessie makin tenggelam dalam konflik batin yang tumbuh sejak perjalanan dimulai. Mereka bertiga melanjutkan langkah menuju ibu kota yang hampir jatuh. Namun, apa yang sudah menunggu mereka di Washington?
Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.
Kirsten Dunst Lee
Wagner Moura Joel
Cailee Spaeny Jessie
Nick Offerman President
Jefferson White Dave
Nelson Lee Tony
Evan Lai Bohai
Stephen McKinley Henderson Sammy
Vince Pisani Concierge
Justin James Boykin American Soldier (Middle East)

Jadwal Film