Conclave
Drama Thriller

Conclave

2024 120 menit PG
8.1/10
Rating 7.4/10
Sutradara
Edward Berger
Penulis Skenario
Peter Straughan Robert Harris
Studio
Indian Paintbrush Access Entertainment FilmNation Entertainment

Kematian Paus mengguncang dunia. Jutaan umat menanti siapa yang akan menggantikan posisi tertinggi di Gereja Katolik. Di balik gerbang Vatikan yang tertutup rapat, sekelompok kardinal dari berbagai negara dipanggil untuk menjalani proses pemilihan yang dikenal sebagai konklaf. Semua mata tertuju pada para kardinal yang kini memikul tanggung jawab besar untuk menentukan pemimpin baru. Di tengah suasana penuh tekanan itu, Cardinal Lawrence (Ralph Fiennes) menerima tugas penting untuk memimpin seluruh rangkaian proses pemilihan. Lawrence dikenal bijak, tenang, dan dihormati. Namun ia tidak pernah membayangkan bahwa perannya kali ini akan membawanya pada rangkaian rahasia gelap yang mengancam stabilitas Gereja.

Saat para kardinal mulai datang dari berbagai penjuru dunia, Lawrence menyambut mereka satu per satu dengan sikap hangat. Di antara mereka ada Cardinal Tremblay (Stanley Tucci) yang ambisius, Cardinal Tedesco (John Lithgow) yang dikenal keras, dan Cardinal Fernandez (Carlos Diehz) yang tampak selalu berhati hati. Masing masing membawa harapan dan kepentingan sendiri tentang siapa yang layak menjadi Paus berikutnya. Namun ketegangan mulai terasa ketika rumor mengenai skandal dan konflik internal ikut terbawa ke dalam proses pemilihan.

Lawrence berusaha menjaga semuanya tetap terkendali. Ia ingin konklaf berjalan jujur dan bersih. Namun keadaan berubah ketika Sekretaris Papal yang setia, Archbishop Quinlan (David Bradley), memberikan sebuah amplop yang ditinggalkan Paus sebelum wafat. Di dalam amplop itu tersimpan pesan pribadi yang ditujukan khusus kepada Lawrence. Ketika Lawrence membacanya, wajahnya langsung berubah. Pesan itu mengandung sebuah pengakuan penting yang jika dibuka di hadapan para kardinal, bisa mengubah seluruh jalannya pemilihan.

Di sisi lain, para kardinal mulai berkumpul di Kapel Sistina untuk memulai proses penguncian. Tidak ada telepon, tidak ada kontak dengan dunia luar, dan tidak ada akses informasi yang bisa keluar atau masuk. Semua percakapan, keputusan, dan suara harus dijaga ketat. Namun justru dalam keterbatasan itulah berbagai kepentingan pribadi semakin terlihat. Ada kardinal yang terang terangan mengkampanyekan dirinya. Ada yang berusaha memengaruhi suara dengan janji atau bujukan. Ada pula yang mulai mempertanyakan moralitas para kandidat.

Lawrence menyadari bahwa proses ini jauh dari damai. Ia mulai mendekati beberapa kardinal untuk mengetahui siapa sebenarnya yang memiliki niat tulus dan siapa yang sekadar mengejar kekuasaan. Saat itulah ia semakin yakin bahwa isi pesan Paus yang diberikan kepadanya tidak boleh diabaikan. Ia mulai melakukan penyelidikan kecil di dalam konklaf. Ia bertanya, mengamati, dan mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi sebelum Paus wafat.

Di tengah penyelidikannya, Lawrence menemukan fakta mengejutkan tentang salah satu kardinal yang paling berpengaruh. Ia mendapati bahwa seseorang telah menyembunyikan masa lalu kelam yang berkaitan langsung dengan Paus sebelumnya. Jika kebenaran ini tidak dibuka, ada kemungkinan Gereja akan dipimpin oleh seseorang yang membawa bahaya besar bagi masa depan umat. Lawrence mulai berada dalam dilema besar. Jika ia mengungkapkan kebenaran, reputasi Gereja bisa rusak. Jika ia diam, Gereja bisa dipimpin oleh sosok yang salah.

Ketegangan semakin meningkat ketika suara awal pemilihan menunjukkan bahwa salah satu kandidat hampir mendapatkan dukungan mayoritas. Para kardinal yang lain mulai saling mencurigai dan berpihak. Tidak ada lagi suasana tenang dan sakral seperti biasanya. Beberapa dari mereka bahkan mendekati Lawrence untuk meminta dukungan atau memengaruhi keputusannya. Namun Lawrence tetap berpegang pada pesan Paus yang ia simpan rapat rapat.

Ketika sebuah insiden tak terduga terjadi di ruang pemungutan suara, Lawrence menyadari bahwa waktunya hampir habis. Ia harus memutuskan apakah ia akan mengungkapkan isi pesan Paus atau membiarkan proses berjalan tanpa intervensi. Lawrence memilih untuk memanggil seluruh kardinal ke sebuah pertemuan tertutup. Di sana ia mengungkapkan apa yang Paus tuliskan. Sebuah rahasia besar terungkap tentang sosok yang selama ini dianggap suci dan tidak tersentuh. Beberapa kardinal terkejut. Ada yang marah, ada yang kecewa, dan ada yang merasa malu karena selama ini mereka mendukung orang yang salah.

Pengungkapan itu mengubah arah pemilihan sepenuhnya. Suara para kardinal mulai berpindah. Mereka menilai ulang siapa yang layak menjadi Paus. Dalam suasana yang jauh lebih jujur, mereka kembali ke Kapel Sistina untuk memberikan suara sekali lagi. Lawrence tetap menjaga prosesnya dengan hati hati, berharap pemimpin yang terpilih benar benar memiliki hati yang bersih.

Pada pemungutan suara berikutnya, hasilnya tidak terduga. Kardinal yang selama ini tidak menonjol justru mendapatkan dukungan besar. Ia dikenal rendah hati, sederhana, dan tidak pernah berusaha mencari kekuasaan. Para kardinal yang awalnya mengejar jabatan pun mulai memberikan suara kepadanya karena mereka menyadari bahwa Gereja membutuhkan pemimpin yang kuat secara moral, bukan secara politik.

Lawrence akhirnya dapat bernapas lega. Meski konklaf berjalan penuh teka teki dan intrik, ia tahu bahwa keputusan yang mereka hasilkan adalah keputusan yang benar. Namun jauh di dalam hatinya, ia masih menyimpan pertanyaan besar. Apakah rahasia yang telah ia ungkap benar benar cukup untuk membersihkan segala kegelapan, atau masih ada cerita lain yang belum terkuak di balik dinding Vatikan yang tertutup rapat itu

Penulis Artikel: Anastashia Gabriel

Ralph Fiennes Lawrence
Stanley Tucci Bellini
John Lithgow Tremblay
Lucian Msamati Adeyemi
Jacek Koman Wozniak
Bruno Novelli Dead Pope
Thomas Loibl Mandorff
Bru00edan F. O'Byrne O'Malley
Isabella Rossellini Sister Agnes
Rony Kramer Mendoza

Jadwal Film