Ganga Ram Chaudhary dikenal sebagai sosok politisi yang karismatik sekaligus arogan. Ia
menjabat sebagai Ketua Menteri negara bagian fiktif Harit Pradesh dan memiliki reputasi sebagai
pemimpin yang berani, manipulatif, serta sangat percaya diri dengan kekuasaannya.
Namun,
keangkuhannya itu berbalik menyerang ketika namanya terseret dalam sebuah skandal besar. Ia
dituduh terlibat dalam kasus korupsi yang mengguncang dunia politik Harit Pradesh. Akibatnya, Ganga
Ram harus menghadapi pengadilan dan akhirnya dijatuhi hukuman tahanan sementara di penjara
hingga proses hukumnya selesai.
Tidak ingin kekuasaannya hilang, Ganga Ram mengambil
langkah cepat. Sebelum resmi ditahan, ia menunjuk istrinya sendiri, Bimla Devi Chaudhary atau yang
akrab dipanggil Bimmo, untuk menggantikannya sebagai Ketua Menteri sementara. Keputusan ini
awalnya dianggap formalitas belaka.
Bimmo dikenal sebagai sosok yang
penurut, lugu, dan sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam dunia politik. Ganga Ram yakin ia
bisa mengatur segala sesuatu dari balik jeruji besi, sementara Bimmo hanya akan menjadi boneka
yang menandatangani dokumen sesuai perintahnya.
Namun ternyata, rencana
itu tidak berjalan seperti yang ia bayangkan. Setelah beberapa waktu menjabat, Bimmo mulai
menunjukkan perubahan besar. Ia perlahan mempelajari cara kerja politik, mengenal orang-orang
berpengaruh di pemerintahan, dan menemukan kekuatan yang selama ini tersembunyi dalam dirinya.
Dari seorang istri yang hanya mengikuti kata suami, Bimmo menjelma menjadi
seorang pemimpin yang berani, tegas, dan berpengaruh. Ia bahkan menjalani perubahan citra besar-
besaran. Penampilannya kini lebih elegan, caranya berbicara lebih percaya diri, dan setiap langkahnya
menarik perhatian publik. Dalam waktu singkat, nama Bimla Devi mulai diperhitungkan di dunia politik,
bukan lagi bayangan dari suaminya.
Sementara itu, di dalam penjara, Ganga
Ram tetap menikmati hidup dengan segala fasilitas istimewa yang diberikan oleh para pejabat dan
petugas yang masih setia kepadanya. Ia tinggal di sel yang nyaman, mendapatkan makanan enak, dan
diperlakukan seperti raja. Para narapidana lain menghormatinya, bahkan menganggapnya sebagai
panutan. Namun, keadaan berubah total ketika seorang pejabat baru bernama Jyoti Deswal diangkat
menjadi kepala penjara.
Jyoti berbeda dari pejabat-pejabat sebelumnya. Ia
dikenal tegas, disiplin, dan tidak bisa disuap. Begitu tiba di penjara, Jyoti langsung mencabut semua
fasilitas mewah yang dinikmati Ganga Ram. Ia memperlakukan sang mantan Ketua Menteri seperti
narapidana biasa, tanpa keistimewaan apa pun. Ganga Ram yang terbiasa dihormati dan dimanjakan,
kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kekuasaannya tidak berarti apa-apa di balik jeruji besi.
Kemarahan Ganga Ram semakin menjadi ketika upayanya untuk menyuap
hakim demi mendapatkan jaminan pembebasan ditolak mentah-mentah. Permohonan bebas
bersyaratnya pun gagal total. Dalam keadaan terpojok, ia mencoba menantang otoritas Jyoti. Namun,
alih-alih mundur, Jyoti malah mempermalukannya di depan para narapidana lain. Ia mengingatkan
bahwa Ganga Ram bahkan belum menyelesaikan pendidikan dasarnya karena putus sekolah di kelas
delapan.
Sebagai bentuk hukuman, Jyoti menugaskannya bekerja di bengkel
penjara untuk membuat kursi. Alasannya sederhana, Ganga Ram tidak memiliki kualifikasi untuk
pekerjaan lain. Mendengar penghinaan itu, harga diri Ganga Ram hancur. Namun di balik rasa marah
dan malu, muncul tekad baru dalam dirinya. Ia mengetahui bahwa para narapidana yang sedang
mengikuti pendidikan hingga lulus kelas sepuluh dibebaskan dari pekerjaan wajib. Sejak saat itu,
Ganga Ram memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya dan bertekad lulus ujian setara SMA.
Awalnya, keputusan itu dianggap hanya akal-akalan agar ia bisa terhindar dari kerja
fisik di bengkel. Jyoti pun berpikir demikian. Namun hukum di India memberikan hak bagi setiap warga
negara, termasuk narapidana, untuk menyelesaikan pendidikannya. Karena itu, Jyoti tidak bisa
menghentikannya, meski dalam hati ia yakin Ganga Ram tidak akan benar-benar belajar.
Benar saja, pada awalnya Ganga Ram tidak menunjukkan semangat belajar. Ia sering
tertidur di kelas, tidak fokus, dan bahkan meremehkan pelajarannya sendiri. Namun semuanya
berubah ketika suatu hari ia membaca buku sejarah tentang perjuangan kemerdekaan India. Ia
tersentuh oleh kisah para pejuang yang berjuang melawan penindasan dengan keberanian dan
pengetahuan. Dalam dirinya tumbuh rasa malu sekaligus inspirasi. Untuk pertama kalinya, Ganga Ram
mulai memahami arti dari perjuangan, bukan dalam politik, tetapi dalam dirinya sendiri.
Sejak saat itu, ia benar-benar tekun belajar. Ia menghabiskan waktu siang dan malam
membaca, menulis, dan berdiskusi dengan sesama narapidana. Sikapnya yang dulu arogan perlahan
berubah menjadi rendah hati. Ia mulai membantu teman-temannya belajar dan bahkan mendorong
mereka untuk ikut ujian juga.
Ketika hari ujian semakin dekat, Ganga Ram
membuat pernyataan mengejutkan. Ia berkata bahwa jika dirinya gagal dalam ujian kelulusan, maka ia
tidak akan kembali ke dunia politik. Ucapan itu mengguncang semua orang yang mengenalnya. Bagi
sebagian orang, ini hanya janji kosong. Namun bagi yang telah melihat perubahan dalam dirinya,
mereka tahu bahwa Ganga Ram mulai benar-benar menebus kesalahan masa lalunya.
Di luar penjara, Bimmo yang kini menjadi pemimpin kuat menghadapi tekanan politik
yang semakin berat. Ia tahu bahwa kesuksesannya membuat suaminya kehilangan kendali atas
kekuasaan yang dulu menjadi sumber kebanggaannya. Dua orang yang dulu hidup di bawah satu atap
kini menapaki dua jalan berbeda, masing-masing dengan ujian dan pembuktian sendiri.
Apakah Ganga Ram benar-benar akan berhasil menebus dosanya dengan pendidikan
dan perubahan diri, atau justru kekuasaan akan kembali menggoda dan menjatuhkannya lagi ketika
kesempatan kedua datang menghampirinya?
Penulis artikel: Abdilla Monica
Permata B.