Langit selalu menjadi simbol kebebasan bagi Nedumaaran Rajangam (Suriya). Sejak kecil, ia tumbuh di sebuah desa sederhana dengan mimpi yang dianggap terlalu tinggi untuk ukuran tempat asalnya. Nedumaaran melihat bagaimana perjalanan udara hanya menjadi milik segelintir orang berduit, sementara masyarakat biasa harus menempuh perjalanan darat berhari hari. Dari pengalaman itulah muncul keyakinan kuat dalam dirinya bahwa terbang seharusnya bisa diakses siapa saja, bukan hanya kalangan elite.

Ayah Nedumaaran adalah seorang guru yang menanamkan nilai kejujuran dan keberanian untuk bermimpi. Namun hidup tidak selalu berjalan lurus. Setelah dewasa, Nedumaaran memilih bergabung dengan Angkatan Udara India. Di sana, ia belajar tentang disiplin, teknologi penerbangan, dan arti tanggung jawab. Meski begitu, sistem yang kaku dan praktik tidak adil membuatnya kecewa. Nedumaaran akhirnya keluar dengan membawa satu tekad besar untuk membangun maskapai penerbangan murah yang bisa melayani masyarakat kecil.

Kepulangan Nedumaaran ke desa tidak disambut dengan kemewahan. Ia justru dihadapkan pada pandangan skeptis keluarga dan lingkungan sekitar. Mimpi mendirikan maskapai dianggap mustahil, bahkan konyol. Namun Nedumaaran tidak sendirian. Ia mendapat dukungan penuh dari Bommi (Aparna Balamurali), perempuan cerdas dan berani yang kelak menjadi istrinya. Bommi bukan hanya pasangan hidup, tetapi juga penopang mental dan logika yang menjaga Nedumaaran tetap berpijak di bumi saat ambisinya melambung tinggi.

Perjalanan membangun maskapai murah tidak semudah menyusun rencana di atas kertas. Nedumaaran harus berhadapan dengan industri penerbangan yang dikuasai pemain besar. Salah satunya Paresh Goswami (Paresh Rawal), pengusaha maskapai ternama yang memandang rendah gagasan penerbangan murah. Bagi Paresh, langit adalah wilayah eksklusif yang hanya pantas untuk mereka yang mampu membayar mahal. Ia menggunakan pengaruh dan kekuatannya untuk menghalangi langkah Nedumaaran sejak awal.

Hambatan datang dari berbagai arah. Perizinan dipersulit, investor ragu, dan birokrasi berjalan lambat. Nedumaaran bahkan harus menjual aset pribadi demi mempertahankan mimpinya. Di titik ini, konflik batin mulai muncul. Sebagai suami, ia merasa bersalah karena menyeret Bommi ke dalam ketidakpastian. Sebagai pemimpin, ia harus terlihat kuat di depan tim kecilnya yang terus bertambah. Namun setiap kali ragu, Nedumaaran teringat wajah orang orang desa yang belum pernah melihat pesawat dari dekat.

Perlahan, Nedumaaran membentuk tim yang percaya pada visinya. Mereka bukan profesional berpengalaman, tetapi orang orang biasa yang mau belajar dan bekerja keras. Bersama tim ini, Nedumaaran menyusun konsep maskapai yang efisien dan terjangkau. Mereka memangkas biaya yang tidak perlu tanpa mengorbankan keselamatan. Setiap keputusan diambil dengan penuh perhitungan, meski sering kali berakhir dengan kegagalan.

Tekanan dari industri semakin terasa ketika Paresh Goswami mulai bermain kotor. Ia memanfaatkan celah hukum dan relasi politik untuk menjatuhkan Nedumaaran. Fitnah dilontarkan, reputasi dipertaruhkan, dan mimpi yang hampir terwujud kembali menjauh. Di saat yang sama, media mulai melirik kisah Nedumaaran sebagai simbol perlawanan terhadap sistem yang timpang. Publik terbagi antara yang mendukung dan yang meragukan.

Kegagalan demi kegagalan tidak membuat Nedumaaran menyerah. Ia justru belajar dari setiap jatuh. Bommi terus berdiri di sisinya, mengingatkan bahwa mimpi besar memang menuntut pengorbanan besar. Hubungan mereka diuji oleh jarak, tekanan finansial, dan rasa lelah yang menumpuk. Namun dari sanalah tumbuh kedewasaan dan kepercayaan satu sama lain.

Puncak konflik terjadi ketika Nedumaaran akhirnya mendapatkan kesempatan emas untuk menerbangkan pesawat pertamanya. Namun kesempatan itu datang dengan risiko besar. Kesalahan kecil saja bisa menghancurkan segalanya. Industri penerbangan, media, dan publik menunggu apakah seorang pria desa bisa menantang raksasa bisnis yang sudah mapan. Di balik layar, Paresh Goswami masih berusaha menjegal dengan cara terakhir yang ia miliki.

Hari penerbangan perdana menjadi momen krusial. Bagi Nedumaaran, ini bukan sekadar soal bisnis, tetapi pembuktian bahwa mimpi orang kecil layak diperjuangkan. Pesawat lepas landas membawa harapan banyak orang yang selama ini terpinggirkan. Di saat itu pula, Nedumaaran menyadari bahwa perjuangannya telah melampaui ambisi pribadi. Ia sedang membuka jalan baru bagi generasi berikutnya.

Namun pertanyaan besar masih menggantung. Apakah satu penerbangan cukup untuk mengubah sistem yang telah mengakar puluhan tahun. Apakah keberanian Nedumaaran mampu bertahan menghadapi kekuatan industri yang tak pernah tidur. Dan sejauh mana seseorang sanggup berkorban demi mimpi yang ingin mengangkat banyak orang ke langit yang sama.

Penulis Artikel: Anastashia Gabriel