Charlie seorang guru bahasa Inggris yang tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil di Moscow,
Idaho. Berat badannya yang sangat berlebih membuatnya sulit bergerak dan membuatnya memilih
untuk menutup diri dari dunia luar.
Setiap hari ia mengajar kelas menulis daring untuk
mahasiswa, tetapi ia tidak pernah menyalakan kamera. Ia selalu bersembunyi di balik layar
komputernya karena ia tidak ingin orang lain melihat kondisinya. Setiap hari ia duduk di kursinya,
menutup tirai jendelanya, dan berusaha menyelesaikan hidupnya yang terasa makin berat.
Satu-satunya orang yang rutin datang dan tetap peduli adalah Liz, seorang perawat yang sudah
mengenal Charlie selama bertahun-tahun. Liz mengerti kondisi fisiknya, tetapi ia juga memahami luka
emosional yang membuat Charlie tenggelam dalam kebiasaan makan berlebihan. Setiap kali ia
mengunjungi Charlie, ia membawakan makanan yang seharusnya menghibur, tetapi justru
memperburuk kesehatan Charlie.
Liz berkali-kali meminta Charlie untuk pergi ke
rumah sakit karena detak jantungnya sering tidak stabil. Namun Charlie menolak karena ia merasa
tidak mampu membayar biaya pengobatan. Penolakan itu membuat Liz semakin cemas, tetapi ia tetap
bertahan di sisi sahabatnya itu.
Selain Liz, ada Thomas, seorang misionaris
muda yang datang tanpa diminta. Thomas percaya bahwa ia memiliki tugas untuk membimbing
Charlie menuju keselamatan. Ia datang dengan semangat yang besar untuk menyampaikan pesan
keagamaannya, meskipun Charlie sering merasa lelah mendengar ceramah panjang itu. Liz tidak
menyukai kehadiran Thomas karena ia tahu masalah Charlie bukan sesuatu yang bisa diselesaikan
dengan nasihat singkat. Namun Thomas tetap kembali berkali-kali, mencoba mencari celah untuk
membantu Charlie dengan caranya sendiri.
Charlie menjalani hidup yang terasa
makin berat. Setiap malam ia memesan pizza dari Dan, pengantar yang selalu meninggalkan pesanan
di depan pintu tanpa melihat wajah Charlie. Rutinitas itu membuat Charlie merasa aman. Ia tidak perlu
berhadapan dengan tatapan orang lain yang mungkin penuh rasa iba atau penilaian. Namun rutinitas
itu juga membuatnya semakin tenggelam dalam lingkaran kesepian dan rasa bersalah.
Di tengah rasa putus asa itu, ada satu hal yang terus menghantui Charlie. Ia ingin
memperbaiki hubungannya dengan Ellie, putrinya yang kini beranjak remaja. Ia tidak bertemu Ellie
selama delapan tahun akibat perpisahannya dengan sang ibu, Mary. Charlie meninggalkan
keluarganya di masa lalu karena jatuh cinta pada Alan, seorang mantan mahasiswanya.
Alan adalah orang yang membuat Charlie merasa dicintai dan dimengerti. Namun
tragedi menimpa ketika Alan mengakhiri hidupnya karena tekanan dan rasa bersalah yang tidak
mampu ia tanggung. Sejak saat itu hidup Charlie terasa jatuh dan tidak pernah kembali seperti semula.
Dengan harapan yang tersisa, Charlie menghubungi Ellie dan memintanya
datang ke apartemen. Ellie muncul dengan sikap ketus, penuh kemarahan, dan tanpa belas kasih. Ia
setuju datang hanya jika Charlie mau mengerjakan seluruh tugas sekolahnya. Bahkan setelah itu Ellie
menuntut uang tabungan yang selama ini dikumpulkan Charlie, jumlah yang mencapai ratusan juta
dollar. Charlie menerimanya tanpa ragu. Baginya semua itu adalah cara untuk menebus masa lalu,
meskipun ia tahu ia mungkin tidak akan mendapatkan kata maaf.
Dengan
segala amarah dan keresahan yang ia simpan selama delapan tahun, sebenarnya Ellie menyimpan
rasa penasaran terhadap sosok ayahnya. Kehidupannya bersama Mary tidak pernah benar-benar
mudah, terutama karena bayang-bayang keputusan Charlie selalu muncul dalam setiap pertengkaran
di rumah.
Walaupun Ellie tampak dingin, di dalam hatinya ada bagian kecil yang
rindu mengetahui alasan ayahnya pergi, rindu merasakan kehadiran ayah yang dulu mengajarinya
membaca cerita anak sebelum tidur. Namun luka yang begitu lama tidak membuatnya mudah
meminta penjelasan. Ia datang bukan untuk berdamai, melainkan untuk mencari jawaban yang bahkan
ia sendiri belum tentu siap dengar.
Ketika Thomas datang lagi dan melihat Ellie,
situasi berubah menjadi semakin rumit. Ellie memanfaatkan kehadiran Thomas untuk melakukan
sesuatu yang tidak terduga. Ia diam-diam merekam percakapan Thomas, lalu mencoba menggali
informasi pribadi darinya. Thomas yang lugu tidak menyadari niat Ellie, sementara Charlie hanya bisa
memperhatikan dengan rasa cemas.
Tidak lama setelah itu, Mary datang
karena panggilan Liz. Mary langsung memperlihatkan campuran amarah dan kelelahan. Ia
menyalahkan Charlie atas semua keretakan keluarga mereka. Pertemuan mereka menghidupkan
kembali luka yang belum sembuh. Charlie hanya bisa meminta maaf sambil menahan sakit di
dadanya. Mary pergi dengan wajah yang sulit ditebak, meninggalkan pertanyaan apakah ia benar-
benar ingin membantu atau sekadar melampiaskan perasaannya.
Situasi
semakin buruk ketika Dan akhirnya melihat Charlie secara langsung untuk pertama kalinya. Reaksi
terkejut Dan membuat Charlie merasa semakin hancur.
Hari berikutnya Charlie
berusaha berbicara dengan Ellie dengan cara berbeda. Ia mencoba menunjukkan bahwa ia benar-
benar ingin memperbaiki hubungan mereka. Ellie masih tampak keras, tetapi ada momen singkat
ketika ia duduk dan menatap ayahnya lebih lama daripada biasanya. Charlie mencoba berdiri,
walaupun tubuhnya terasa berat seperti ditarik ke lantai. Ellie menghentikan kegiatannya dan menatap
ayahnya dengan bingung dan takut yang bercampur menjadi satu.
Dalam
keheningan itu, Charlie mencoba mengambil satu langkah kecil. Napasnya tersengal. Ellie menahan
napas. Charlie mencoba lagi mengambil langkah lain. Ruangan terasa sunyi, seakan waktu berhenti.
Ellie menatap ayahnya dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang mungkin adalah harapan kecil yang
nyaris padam.
Apakah Charlie akan berhasil meyakinkan Ellie, atau justru
menjadi awal benturan baru bagi keduanya?
Penulis artikel: Abdilla Monica
Permata B.