Waktu Maghrib
Horror Mystery Thriller

Waktu Maghrib

2023 104 menit
6.4/10
Rating 5.8/10
Sutradara
Sidharta Tata
Penulis Skenario
Sidharta Tata Agasyah Karim Khalid Kashogi Bayu Kurnia Prasetya
Studio
Rapi Films Sky Films

Film Waktu Maghrib dibuka di sebuah desa terpencil bernama Jatijajar di Jawa Tengah, tempat tinggal tiga anak: Adi, Saman, dan Ayu. Karena harus membantu keluarga di ladang, Adi dan Saman sering terlambat ke sekolah, dan guru mereka, Bu Woro, sosok yang disiplin dan galak, tidak segan menghukum mereka.

Suatu sore menjelang adzan Maghrib, suhu emosional Adi dan Saman memuncak. Dalam kemarahan mereka, keduanya menyumpahi Bu Woro agar meninggal dan sumpah ini diucapkan tepat saat azan Maghrib berkumandang. Tak lama kemudian, Bu Woro ditemukan tewas secara misterius.

Sejak kematian Bu Woro, Adi dan Saman mulai diganggu oleh teror gaib: sosok menyeramkan seperti guru berseragam seperti Bu Woro terus muncul menghantui mereka. Teror semakin parah ketika Saman kerasukan, melakukan tindakan ekstrem seperti membantai ayam milik kepala desa dan bahkan melawan saudaranya sendiri. Yang paling menegangkan: Saman bunuh diri tepat saat azan Maghrib berkumandang. Ayu curiga ada kekuatan jahat yang jauh lebih besar di balik semua kejadian mistis ini, dan dia berusaha mencari cara agar Adi dan dirinya bisa selamat.

Latar waktu dalam film ini adalah awal tahun 2000- an, dan kesederhanaan desa dengan nuansa jadul (sekolah, ladang, rumah penduduk, dan masjid kecil) membuat suasana horornya terasa sangat organik dan “hidup.”

Di balik layar, Waktu Maghrib digarap oleh sutradara Sidharta Tata, yang sebelumnya memang sudah dikenal piawai menggarap atmosfer mencekam dalam cerita bernuansa lokal. Tata tidak hanya menyutradarai, tapi juga ikut menulis naskah bersama Agasyah Karim, Khalid Kashogi, dan Bayu Kurnia. Kolaborasi ini membuat alur film terasa kuat, khususnya karena mereka menggali memori kolektif masyarakat Indonesia tentang “jangan keluar saat Maghrib,” sebuah larangan yang sejak kecil pasti pernah kita dengar. Film ini diproduksi oleh Rapi Films bekerja sama dengan Sky Media, dua rumah produksi yang memang sering menangani film-film besar di industri lokal.

Dari sisi pemain, Waktu Maghrib menghadirkan deretan aktor muda yang performanya jadi salah satu kekuatan film ini. Ali Fikry, Bima Sena, dan Nafiza Fatia Rani tampil sangat natural memerankan Adi, Saman, dan Ayu, membuat suasana horor terasa semakin nyata karena perspektif cerita datang dari anak-anak. Sementara itu, Aulia Sarah memberikan karakter Bu Woro dimensi baru—bukan sekadar guru yang disiplin dan menakutkan, tapi juga sosok yang akhirnya menjadi sumber teror setelah kematiannya. Kehadiran aktor pendukung seperti Taskya Namya dan Andri Mashadi juga membantu memperkuat dunia film yang terasa hidup dan dekat dengan suasana desa pada awal tahun 2000-an.

Salah satu aspek menarik dari film ini adalah cara sutradara membangun atmosfer ketakutan tanpa mengandalkan efek CGI besar-besaran. Ketegangan diciptakan lewat pencahayaan gelap, suara angin, langkah kaki, dentingan logam, hingga suara serak yang muncul di lorong-lorong sekolah. Desain hantu di film ini dibuat sederhana, tapi justru itulah yang membuatnya semakin menyeramkan, karena terlihat seperti sesuatu yang bisa muncul di kehidupan nyata. Banyak penonton menilai teknik horornya tidak sekadar mengagetkan, tapi juga memberikan rasa gelisah yang bertahan lama setelah film berakhir.

Yang membuat film ini semakin menarik adalah kenyataan bahwa Sidharta Tata ingin mengangkat sisi emosional dari waktu Maghrib itu sendiri. Ia pernah menyampaikan bahwa suara azan Maghrib bukan seharusnya menjadi sumber ketakutan, melainkan pengingat sekaligus momen sakral yang penuh makna. Di film ini, waktu Maghrib sengaja dibalut dengan nuansa menegangkan agar penonton merasakan bagaimana mitos-mitos masa kecil bisa berubah menjadi teror psikologis ketika disandingkan dengan tragedi dan kesalahan fatal.

Secara komersial, Waktu Maghrib mencetak prestasi yang sangat membanggakan. Dalam hitungan sekitar satu minggu setelah tayang, film ini langsung menembus angka 1 juta penonton, menjadikannya film Indonesia pertama pada tahun itu yang mencapai pencapaian tersebut. Antusiasme penonton tidak berhenti di sana, karena tidak lama kemudian jumlah penontonnya melejit hingga lebih dari dua juta orang, dan total akhirnya mencapai sekitar 2,4 juta penonton selama masa tayangnya di bioskop. Dengan capaian sebesar itu, Waktu Maghrib resmi masuk dalam jajaran film Indonesia terlaris pada tahun penayangannya.

Kesuksesan besar tersebut akhirnya mendorong dibuatnya sekuel, yaitu Waktu Maghrib 2, yang dirilis pada tahun 2025. Sekuel ini pun langsung mendapat sambutan hangat dan berhasil menembus angka 500 ribu penonton hanya dalam tujuh hari pertama. Kehadiran sekuel ini menandakan kuatnya daya tarik dunia horor khas Waktu Maghrib, terutama karena film pertamanya meninggalkan kesan yang dalam bagi penonton.

Selain kehororan dan pencapaian komersialnya, film ini punya sisi kultural yang sangat kuat. Mitos-mitos masa kecil, seperti larangan bermain atau keluar rumah saat Maghrib, dibalut dengan isu moral seperti pentingnya menjaga ucapan, tanggung jawab terhadap sumpah, dan bagaimana kemarahan bisa membawa konsekuensi besar. Semua itu dibungkus dalam setting desa yang sederhana dan penuh detail era awal 2000-an, sehingga penonton tidak hanya merasakan horor, tapi juga nostalgia yang menohok.

Nafiza Fatia Rani Ayu
Ali Fikry Adi
Bima Sena Saman
Aulia Sarah Mrs. Woro
Taskya Namya Ningsih
Andri Mashadi Karta
Sadana Agung Sulistya Hansip
Muhammad Abe Baasyin Lurah
Sulis Kusuma Mrs. Lurah
Nasarius Marto (Ayu's Father)

Jadwal Film