Joko Anwar, Tentang 'A COPY OF MY MIND' dan Festival Film

Penulis: Rahmi Akbar Safitri

Diperbarui: Diterbitkan:

Joko Anwar, Tentang 'A COPY OF MY MIND' dan Festival Film Joko Anwar © KapanLagi.com®/Muhammad Akrom Sukarya

Kapanlagi.com - Mulai 1 Desember sampai 6 Desember digelar Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF). Sederet film Indonesia dan sinema dari negara Asia lainnya akan diputar secara bergantian. Salah satu film yang bakal diputar adalah A COPY OF MY MIND yang disutradarai oleh Joko Anwar.Saat ditemui di kawasan Kebayoran, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu; Joko menceritakan proses pembuatan film yang dibintangi oleh Chicco Jericho dan Tara Basro itu. Dia tak keberatan untuk bercerita mulai dari sebelum sampai selesai masa produksi."Persiapan April 2014. Pilpres membuat Indonesia berkecamuk, ingin mengabadikan itu dan jadi kapsul waktu buat Indonesia. (Biaya) Dapat award dari luar, 10 ribu USD (sekitar Rp 139,6 juta). Jalan aja, waktu butuh ekstras ajak temen-temen. Syuting 8 hari, footage pas pemilu," kata Sutradara Terbaik FFI 2015 ini.

A COPY OF MY MIND dibuat dengan budget minim tapi hasil maksimal. Salah satunya memberi Joko gelar Sutradara Terbaik FFI © KapanLagi.com®/Bambang E RosA COPY OF MY MIND dibuat dengan budget minim tapi hasil maksimal. Salah satunya memberi Joko gelar Sutradara Terbaik FFI © KapanLagi.com®/Bambang E Ros
"Post produksi kita nggak punya duit. Dibantuin lagi gratis. Post produksi lama karena kita nunggu. Proses suara lama sampe 4 bulan. Film selesai daftar ke Venice dan Toronto. Alhamdulillah masuk. Lalu akhirnya masuk FFI kemarin," lanjutnya.Sebelumnya A COPY OF MY MIND telah diputar di Festival Film Toronto dan Venice serta bakal segera diputar di JAFF. Lalu apa pendapat sebuah ajang festial bagi film menurut seorang Joko Anwar?"Fungsi utama literasi ke penonton, diberikan sajian film. Programmer kasih konteks. Seperti dikuliahi tanpa digurui. Dalam ekosistem perfilman, kalau salah satu nggak cerdas nanti roda perfilman nggak sehat. Penonton nggak cerdas, nanti ada film yang nggak dapat penonton," kata sutradara serial Halfworlds ini."Untuk pembuat film, kalo nggak ada festival mereka hanya buat film sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Indonesia butuh karena penduduk banyak. Kalau kita nggak jadi pembuat dan penonton yang cerdas akhirnya akan jadi konsumen saja. Rugi karena jadi nggak produktif," pungkasnya.

(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)

(kpl/aal/pit)

Reporter:

Sahal Fadhli

Rekomendasi
Trending