1. Sempat Ditolak Sekolah Film

Nggak cuma pamer video, Zach King juga sempat bercerita soal perjalanan kariernya. Pria berusia 29 tahun tersebut mengungkapkan bahwa minatnya pada dunia film sudah ada sejak masih duduk di bangku sekolah. Keinginannya malah sempat hampir pupus karena ditolak di sekolah film.

"Waktu itu aku sempat tidak diterima di sekolah film. Tapi aku tetap melanjutkannya dengan membeli kamera dengan uang hasil awal pekerjaanku," ungkapnya di atas panggung.

Kariernya terus berkembang hingga hari ini dengan keterlibatannya dengan beberapa film box office Hollywood. ZOOTOPIA, JURASSIC PARK, hingga HOW TO TRAIN YOUR DRAGON adalah judul-judul film yang pernah menggunakan jasanya.

2. Dari Mana Asal Ide Kreatif Zach?

Kemudian pria yang memulai mengunggah video di Vine sejak tahun 2013 ini menjelaskan bagaimana ide kreatif dalam video magic-nya tercipta. Zach mengaku jika sebenarnya ada beberapa ide yang sepertinya dekat dengan kita semua.

"Biasanya ide-ide ini datang dari ketakutan, impian, penemuan, dan ilusi. Rasanya kalian juga pernah merasakannya. Sebenarnya saya tidak pernah membuat video sulap. Yang saya lakukan adalah video ilusi dengan berbagai trik dengan waktu yang tepat," jelasnya.

3. Ajak Penonton Bikin Video Magic

Dirinya pun mengklaim bahwa pekerjaannya adalah salah satu yang terbaik di dunia. Bukan omong kosong, Zach langsung menunjukkan alasannya. Videonya selama ini ternyata dibuat dengan cukup mudah hingga langsung dipraktikkan di atas panggung.

Hanya dalam waktu sekitar 15 menit, Zach membuat video magic bersama pengunjung IdeaFest. Dengan smartphone dan teknik cut and freeze, Zach mampu memindahkan 4 orang terpilih yang disulapnya naik ke atas panggung dengan seketika.

Sebelumnya, pemilik akun Twitter @finalcutking ini juga sempat memberikan proses pembuatan video di belakang layar. Harus diakui, ada beberapa hal yang harus membutuhkan usaha ekstra.

Pada sesi akhir, Zach memiliki sebuah kalimat epilog yang cukup menarik tentang teknologi dan kreativitas. Zach menutupnya dengan sebuah kalimat, "Technology without story is meaningless (Teknologi tanpa cerita itu hanya sia-sia)."