Bukan Cuma Modal Cantik, Puteri Indonesia Olvah Alhamid Vokal 'Sentil' Pemerintah Soal Demo
Diperbarui: Diterbitkan:

Olvah Alhamid © instagram.com/olvaholvah
Kapanlagi.com - Di tengah riuhnya gelombang aksi protes yang melanda negeri, satu suara lantang datang dari panggung kecantikan. Olvah Alhamid, Puteri Indonesia Papua Barat 2015, tak tinggal diam melihat situasi yang terjadi.
Ia dengan tegas mengkritik respons pemerintah yang dinilainya gagal total dalam membaca aspirasi rakyat. Menurutnya, pemerintah seolah hanya melihat demonstrasi dari kacamata ancaman keamanan, bukan sebagai pesan mendalam dari publik.
Bagi Olvah, yang juga menyandang gelar Puteri Intelegensia, ada pesan besar di balik setiap tetes keringat hingga nyawa yang dikorbankan para demonstran. Pesan yang sayangnya, menurutnya, tidak sampai ke telinga para penguasa.
Advertisement
1. Kemarahan Publik
"Protes rakyat seolah-olah hanya dihitung dalam bentuk rupiah, padahal ada pesan besar yang harus dibaca," ujar Olvah beberapa waktu lalu.
Aktivis sosial ini kemudian menyoroti tiga poin krusial yang menunjukkan ketidakpekaan pemerintah. Pertama, ia menyoroti kemarahan publik yang sudah terakumulasi terhadap institusi kepolisian.
"Kemarahan publik terhadap Polri bukan hanya soal peristiwa terbaru, melainkan akumulasi ketidakprofesionalan polisi dalam melayani rakyat. Pemerintah harus segera melakukan reformasi kepolisian," tegasnya.
(Kondisi Vidi Aldiano bikin khawatir, kesakitan jalan di panggung dan dituntun Deddy Corbuzier.)
2. Sinyal Keras
Olvah Alhamid © instagram.com/olvaholvah
Kedua, Olvah memberikan pandangan yang tajam mengenai fenomena penjarahan aset pejabat. Baginya, itu bukanlah sekadar aksi anarkis, melainkan sebuah sinyal keras agar Undang-Undang Perampasan Aset segera disahkan.
"Ini adalah pesan jelas bahwa publik menginginkan payung hukum untuk memberantas praktik korupsi secara nyata," katanya.
Advertisement
3. Gagal Memahami
Terakhir, ia menyuarakan keresahan para pengemudi ojek online (ojol) yang juga ikut turun ke jalan. Olvah menilai sistem kemitraan yang ada saat ini sangat tidak adil dan pemerintah gagal memahaminya.
"Potongan pendapatan terlalu besar, sementara status ojol sendiri tidak jelas, apakah pekerja atau pengusaha. Pemerintah tidak memahami makna kemitraan yang sebenarnya sehingga menimbulkan ketidakadilan,” tutupnya.
(Segera nikah! Clara Shinta dan Lxa posting foto pre-wedding tanpa bersentuhan.)
Advertisement