Belajar Film, Fajar Nugros Nggak Pulang Lima Tahun
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Fajar Nugros dikenal sebagai sutradara melalui beberapa judul film. Namun sebelum sampai pada titik sekarang ini, ia sempat mengalami pergolakan batin. Hal tersebut karena rasa tidak puas terhadap karyanya yang dirasa kurang dibanding teman satu generasi seperti Ifa Isfansyah atau Yosep Anggi Noen.
Namun pria yang melakukan debut penyutradaraan layar lebar lewat QUEEN BEE itu segera mengoreksi apa yang salah dengan dirinya, ia pun memutuskan untuk berguru pada Hanung Bramantyo. “Mas Hanung buat aku itu guru. Dulu dia pernah ngomong kalo sutradara itu asalnya ada tiga; asisten seorang sutradara, kemudian penulis yang menjadi sutradara, atau anak orang kaya,” cerita pria yang mengaku takut menonton film horor ini saat dihubungi oleh KapanLagi.com® (5/8).
Apa yang dikatakan Hanung Bramantyo membuatnya berpikir kembali, dalam kategori manakah ia berada. Walaupun sudah membuat beberapa judul film pendek ia masih merasa masih kurang memiliki pengetahuan tentang sinematografi, oleh karena itu ia memutuskan untuk berguru pada sutradara AYAT-AYAT CINTA tersebut. Lebih lanjut, pemilik nama lengkap Fajar Nugroho ini mengisahkan awal mula ia mengikuti Hanung yang saat itu sedang mengedit film bergenre horor, dari situlah Fajar mengaku mendapatkan lima tahun terbaik dalam mengenyam ilmu perfilman.
“Aku memutuskan berguru pada orang yang aku kenal, dia adalah Mas Hanung. Aku datang malam-malam pas dia lagi ngedit film horor judulnya SUNDEL BOLONG. Aku bilang, 'Mas aku mau belajar,' akhirnya ya sudah di situ lima tahun nggak pulang-pulang sampai akhirnya CINTA DI SAKU CELANA,” katanya. Setelah lima tahun tersebut, Fajar mendapatkan banyak pelajaran dari suami Zaskia Adya Mecca itu. Termasuk salah satu pesan yang diaplikasikan terhadap film-filmnya.
“Mas Hanung selalu pesan bila dia bisa mengajarkan aku caranya tapi tidak taste-nya. Hal tersebut hanya bisa didapat dari pengalaman pribadi, rasa itu adalah rasa hidup pribadimu. Tapi yang dipegang film itu harus tentang apa, dalam satu kalimat. Paling penting dari film itu story telling-nya, logika harus tepat,” lanjut sutradara film CINTA BRONTOSAURUS. Ia menjelaskan bahwa Hanung Bramantyo tidak pernah membahas tentang kamera atau teknik pengambilan gambar. Fajar menyadari bahwa dirinya memang tidak pernah kuliah tentang perfilman, oleh sebab itu ia memilih untuk memperkuat ceritanya.
BAJAJ BAJURI THE MOVIE © twitter.com/FilmBajajBajuri
Karya terbaru darinya yang bisa kita saksikan adalah BAJAJ BAJURI THE MOVIE. Film ini baru saja rilis pada saat lebaran kemarin. Apakah ada di antara kalian yang sudah menontonnya?
Namun pria yang melakukan debut penyutradaraan layar lebar lewat QUEEN BEE itu segera mengoreksi apa yang salah dengan dirinya, ia pun memutuskan untuk berguru pada Hanung Bramantyo. “Mas Hanung buat aku itu guru. Dulu dia pernah ngomong kalo sutradara itu asalnya ada tiga; asisten seorang sutradara, kemudian penulis yang menjadi sutradara, atau anak orang kaya,” cerita pria yang mengaku takut menonton film horor ini saat dihubungi oleh KapanLagi.com® (5/8).
Apa yang dikatakan Hanung Bramantyo membuatnya berpikir kembali, dalam kategori manakah ia berada. Walaupun sudah membuat beberapa judul film pendek ia masih merasa masih kurang memiliki pengetahuan tentang sinematografi, oleh karena itu ia memutuskan untuk berguru pada sutradara AYAT-AYAT CINTA tersebut. Lebih lanjut, pemilik nama lengkap Fajar Nugroho ini mengisahkan awal mula ia mengikuti Hanung yang saat itu sedang mengedit film bergenre horor, dari situlah Fajar mengaku mendapatkan lima tahun terbaik dalam mengenyam ilmu perfilman.
“Aku memutuskan berguru pada orang yang aku kenal, dia adalah Mas Hanung. Aku datang malam-malam pas dia lagi ngedit film horor judulnya SUNDEL BOLONG. Aku bilang, 'Mas aku mau belajar,' akhirnya ya sudah di situ lima tahun nggak pulang-pulang sampai akhirnya CINTA DI SAKU CELANA,” katanya. Setelah lima tahun tersebut, Fajar mendapatkan banyak pelajaran dari suami Zaskia Adya Mecca itu. Termasuk salah satu pesan yang diaplikasikan terhadap film-filmnya.
“Mas Hanung selalu pesan bila dia bisa mengajarkan aku caranya tapi tidak taste-nya. Hal tersebut hanya bisa didapat dari pengalaman pribadi, rasa itu adalah rasa hidup pribadimu. Tapi yang dipegang film itu harus tentang apa, dalam satu kalimat. Paling penting dari film itu story telling-nya, logika harus tepat,” lanjut sutradara film CINTA BRONTOSAURUS. Ia menjelaskan bahwa Hanung Bramantyo tidak pernah membahas tentang kamera atau teknik pengambilan gambar. Fajar menyadari bahwa dirinya memang tidak pernah kuliah tentang perfilman, oleh sebab itu ia memilih untuk memperkuat ceritanya.

Karya terbaru darinya yang bisa kita saksikan adalah BAJAJ BAJURI THE MOVIE. Film ini baru saja rilis pada saat lebaran kemarin. Apakah ada di antara kalian yang sudah menontonnya?
Berita Tentang Film Fajar Nugros
(Kondisi Vidi Aldiano bikin khawatir, kesakitan jalan di panggung dan dituntun Deddy Corbuzier.)
(kpl/abs/sic)
Reporter:
Adi Abbas Nugroho
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement