Pertemuan pertama antara Patrick Zweig, Art Donaldson, dan Tashi Duncan terjadi pada masa
ketika tenis masih menjadi dunia yang mereka jalani tanpa beban apa pun. Pada tahun 2006, Patrick
dan Art yang sudah bersahabat sejak kecil memenangkan gelar ganda putra junior di US Open.
Mereka merayakan kemenangan itu dengan penuh percaya diri, seolah dunia sudah berada dalam
genggaman mereka. Saat bersantai di area lapangan, keduanya melihat Tashi Duncan, bintang muda
yang baru saja memenangkan final tunggal putri junior. Caranya berjalan, memegang raket, dan
berbicara kepada orang di sekitarnya membuat Patrick dan Art langsung terpikat.
Pada
malam hari, ketiganya bertemu dalam sebuah pesta. Suasana ramai dan musik keras membuat
percakapan mengalir bebas. Tashi tampak tenang namun tajam, dan Patrick serta Art berusaha
menarik perhatian masing-masing. Pada akhirnya, Tashi menerima ajakan untuk kembali ke kamar
hotel mereka. Di kamar itu, suasana berubah menjadi lebih intens.
Ketiganya
saling mencium, hingga Tashi menghentikannya dengan tiba-tiba. Ia melangkah mundur dan
melemparkan tantangan yang membuat dua sahabat itu langsung terjebak dalam permainan yang
lebih rumit dibanding pertandingan apa pun. Ia berkata bahwa ia hanya akan memberikan nomor
teleponnya kepada pemenang final tunggal putra keesokan hari. Ketika Art bertanya apa yang ia
harapkan dari pertandingan tersebut, Tashi hanya tersenyum dan berkata bahwa ia ingin melihat tenis
yang benar-benar hebat.
Keesokan harinya, Patrick tampil dominan dan
memenangkan pertandingan. Ia tidak hanya membawa pulang gelar tetapi juga keyakinan bahwa ia
telah memenangkan hati Tashi. Dalam perjalanan keluar lapangan, Patrick memberi sinyal kepada Art
bahwa ia sudah tidur dengan Tashi. Sinyal itu menggunakan trik khas Art, yaitu menaruh bola tenis di
leher raket. Art tidak mengatakan apa pun, tetapi dari tatapannya jelas bahwa ia terluka oleh
pengkhianatan Patrick meskipun mereka tidak pernah menyatakan batasan yang jelas dalam
hubungan mereka dengan Tashi.
Memasuki tahun 2007, hidup mereka mulai
berpisah. Tashi dan Art melanjutkan pendidikan di Stanford University dan bermain tenis di tingkat
perguruan tinggi, sementara Patrick memilih menjadi pemain profesional. Tashi dan Patrick memulai
hubungan jarak jauh, tetapi hubungan itu terjaga dengan rapuh karena masing-masing menyimpan
ambisi yang sulit dikendalikan.
Art mempengaruhi keduanya dengan bisikan
yang merusak kepercayaan. Ia mengatakan kepada Tashi bahwa Patrick tidak mencintainya,
sementara kepada Patrick ia mengatakan bahwa Tashi tidak menganggap hubungan mereka serius.
Ketegangan memuncak saat Patrick mengabaikan pertandingan Tashi setelah keduanya bertengkar
mengenai usahanya melatih Patrick dalam tenis.
Dalam pertandingan itu Tashi
kehilangan fokus dan mengalami cedera ACL yang membuatnya jatuh dengan rasa sakit luar biasa.
Cedera tersebut mengakhiri karier tenis profesionalnya sebelum benar-benar dimulai.
Patrick datang untuk meminta maaf, tetapi Tashi yang sedang marah mengusirnya.
Art berdiri di pihak Tashi dan memutuskan persahabatannya dengan Patrick. Peran Art dalam proses
pemulihan Tashi membuat keduanya semakin dekat. Tashi yang kehilangan masa depannya di
lapangan mulai menemukan arah baru melalui posisi sebagai pelatih.
Pada
tahun 2009, ia kembali bertemu Art yang kini menjadi pemain profesional dan perlahan-lahan
hubungan mereka berubah menjadi romantis. Pada tahun 2011, Tashi dan Art bertunangan dan
segalanya terlihat berjalan mulus hingga Patrick muncul kembali di Atlanta Open. Pertemuan itu
mengarah pada perselingkuhan satu malam antara Tashi dan Patrick, sesuatu yang membuat Art
curiga meskipun ia tidak langsung mengungkapkannya.
Tahun 2019
menunjukkan dinamika yang jauh berbeda. Tashi dan Art telah menjadi pasangan mapan yang hidup
dalam kenyamanan bersama putri kecil mereka. Art sedang mengejar gelar US Open untuk melengkapi
Career Grand Slam, tetapi kondisi fisik dan usia membuat penampilannya menurun. Dengan ambisi
yang masih membara, Tashi memasukkan Art sebagai wild card pada turnamen Challenger di New
Rochelle. Tanpa disangka, Patrick yang kini hidup dari mobilnya dan berusaha bertahan dengan hadiah
kecil dari turnamen rendah, ikut bergabung pada turnamen yang sama.
Kedua
mantan sahabat itu memulai perjalanan dari ujung berbeda bagan dan perlahan melaju hingga
bertemu di final. Patrick berusaha berdamai dengan Art, tetapi Art menolaknya. Pada malam sebelum
pertandingan, Art mengatakan kepada Tashi bahwa ia akan pensiun setelah musim berakhir. Tashi
menahan kecewa, sebab ia selalu menginginkan Art kembali ke puncak.
Malam
itu, Tashi menemui Patrick secara diam-diam dan memintanya mengalah agar Art bisa mendapatkan
kembali kepercayaan diri dan mungkin menyelamatkan pernikahan mereka. Patrick muak dengan
permintaan itu, tetapi akhirnya menyetujuinya setelah perdebatan sengit yang berakhir dengan
hubungan fisik di dalam mobilnya.
Pagi berikutnya pertandingan final dimulai,
dan keduanya memasuki lapangan membawa masa lalu yang penuh kebohongan, cinta yang
bersilang, dan ambisi yang saling menghancurkan. Dalam kondisi seperti itu, apakah pertandingan
final itu akan menjadi ajang penebusan atau justru membuka luka yang selama ini mereka
sembunyikan?
Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.