Pro & Kontra Film Horor Indonesia yang Kerap Berlatar Kehidupan & Budaya Suku Jawa

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diterbitkan:

Pro & Kontra Film Horor Indonesia yang Kerap Berlatar Kehidupan & Budaya Suku Jawa
Credit: Instagram.com

Kapanlagi.com - Film horor Indonesia kerap mengambil latar belakang budaya dan tradisi suku Jawa sebagai elemen utama dalam membangun suasana mencekam. Kekayaan budaya Jawa yang penuh dengan simbolisme, kepercayaan spiritual, dan ritual adat menjadi sumber inspirasi cerita yang kuat dan autentik. Sejak era kejayaan film SUZZANNA, hal ini sudah kerap dilakukan.

Film seperti PENGABDI SETAN, KKN DI DESA PENARI, dan JAILANGKUNG memanfaatkan unsur-unsur lokal seperti ritual pemanggilan arwah, mitos makhluk halus, hingga tempat-tempat angker yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa. Elemen-elemen ini memberikan nuansa mistis yang khas dan membuat penonton merasa lebih dekat dengan cerita karena akar budayanya yang familiar.

Meski begitu, penggunaan budaya & tradisi Jawa kerap tuai kritikan lantaran dianggap sebagai bentuk Jawa-sentris, nilai filosofis yang tidak digali mendalam, hingga bentuk penistaan budaya lantaran budaya Jawa dikonstruksi dekat dengan hantu dan tradisi mistis.

KLovers, berikut adalah sajian dari tim Redaksi KapanLagi soal fenomena film horor Indonesia yang kerap dihubungkan dengan tradisi masyarakat suku Jawa. Simak sampai habis ya, KLovers!

1. Dianggap Sebagai Cara Mempromosikan Tradisi Lokal

Penggunaan budaya Jawa dalam film horor tidak hanya menambah lapisan ketegangan, tetapi juga menjadi cara untuk memperkenalkan tradisi lokal kepada generasi muda dan penonton internasional. Misalnya, keberadaan tokoh dukun, sesajen, atau tari-tarian tradisional yang sarat makna menjadi bagian tak terpisahkan dalam alur cerita.

Hal ini membuat horor Indonesia memiliki identitas yang berbeda dibanding film horor luar negeri, karena tidak hanya mengandalkan jumpscare, tapi juga membangun atmosfer dari kepercayaan turun-temurun yang masih dipegang sebagian masyarakat hingga kini. Budaya dan horor berpadu menjadi satu sajian sinematik yang menggetarkan dan berkesan.

(Ammar Zoni dipindah ke Nusakambangan dan mengaku diperlakukan bak teroris.)

2. Kritikan Soal Dialog Bahasa Jawa

Untuk menambah kualitas film, dihadirkan dialog dalam bahasa Jawa di film horor yang mengambil latar dan kebudayaan masyarakat Jawa. Hal ini menuntut para aktor dan aktris yang terlibat di dalamnya untuk memahami bahasa Jawa meski mereka bukan berasal dari suku Jawa.

Hal ini kerap mendapat kritik lantaran pelafalan, logat, serta pemilihan kata yang dirasa kurang pas dalam dialog bahasa Jawa di film horor tersebut. Namun di sisi lain banyak juga penikmat film yang memaklumi hal ini lantaran terbatasnya waktu reading hingga syuting dari para pemeran yang terlibat, belum lagi bila mereka harus bekerja dengan sistem kejar tayang.

3. Jawa Adalah Kunci?

Salah satu jawaban masuk akal mengapa banyak film horor yang diangkat berdasarakan budaya suku Jawa adalah populasi suku Jawa yang mendominasi. Dengan lebih dari 100 juta orang, Suku Jawa merupakan kelompok etnis terbesar di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara secara keseluruhan.

Fakta ini membuat para produser berharap cuan dari para penonton suku Jawa yang jumlahnya begitu besar, karena cerita yang mereka sajikan bisa relate dengan kehidupan. Deretan film terlaris memang didominasi film horor dengan latar belakang masyarakat suku Jawa, di antaranya KKN DI DESA PENARI, PENGABDI SETAN, SEWU DINO, PABRIK GULA, BADARAWUHI DI DESA PENARI, hingga JALAN PULANG.

Berdasarkan pemaparan di atas, istilah 'Jawa adalah kunci' disebut jadi pedoman para insan film dalam meracik film horor yang bakal diproduksi. Gimana menurut KLovers?

4. RACUN SANGGA: SANTET PEMISAH RUMAH TANGGA

Film horor Indonesia yang kerap berlatarkan budaya masyarakat suku Jawa membuat banyak kritikan tajam dari banyak pihak. Sejumlah kritikan menyebut bila Indonesia terdiri atas banyak suku dan sebaiknya film horor bisa mengangkat mitos, budaya, dan latar dari suku lainnya.

Kritik atas film horor yang Jawa sentris dijawab para insan perfilman dengan hadirnya film berjudul RACUN SANGGA: SANTET PEMISAH RUMAH TANGGA. Film garapan produser Sunil Soraya dan Sutradara Rizal Mantovani ini mengangkat kisah santet pemisah rumah tangga yang berlatar budaya Banjar, Kalimantan Selatan.

Frederika Cull yang memerankan karakter Maya dan Fahad Haydra sebagai Andi dapat pujian dalam sejumlah dialog dalam bahasa Banjar. Film yang tayang pada 2024 lalu ini dapat sejumlah respons positif dari para penikmat film horor Tanah Air sekaligus jadi alternatif film horor yang tidak Jawa sentris.

5. Pendapat Pakar

Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Irfan Wahyudi SSos MComm PhD menyebut bila bahwa genre film horor ini berkaitan erat dengan kondisi penduduk Indonesia.

"Penduduk Indonesia sebagian besar bermukim di Jawa. Jadi logis kalau kemudian film horor mengangkat budaya. Ada kaitannya dengan religiusitas yang mana Islam menjadi sangat dekat dengan masyarakat. Dengan keadaan ini film tersebut bisa mendapatkan penonton dengan pendekatan budaya dan agama," kata Irfan, melalui siaran pers humas Unair, dikutip via kominfo.jatimprov.go.id pada Rabu (16/07/2025).

(kpl/ums)

Rekomendasi
Trending