Gandhi Fernando Hidupkan Horor Buto Ijo Lewat Novel, Gabungkan Urban Legend dan Dunia Konten Kreator

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Gandhi Fernando Hidupkan Horor Buto Ijo Lewat Novel, Gabungkan Urban Legend dan Dunia Konten Kreator
Gandhi Fernando - Credit: Istimewa

Kapanlagi.com - Aktor dan produser Gandhi Fernando kembali unjuk kebolehan, kali ini lewat medium yang berbeda. Tak hanya aktif di dunia film, Gandhi kini menjajal dunia literasi dengan merilis novel horor bertajuk Penunggu Rumah: Buto Ijo.

Gandhi menggandeng penulis Muthia Esfand dalam proyek ini, yang terinspirasi dari kisah urban legend populer di masyarakat Indonesia. Novel Penunggu Rumah: Buto Ijo merupakan adaptasi dari skenario film berjudul sama yang digarap sutradara Achmad Romie.

Menariknya, film tersebut juga dibintangi oleh Gandhi sendiri, bersama dua aktris ternama yaitu Celine Evangelista dan Valerie Thomas. Proses syutingnya pun telah rampung, dan kini Gandhi siap menghadirkan kisah horor ini dalam bentuk buku. Menurutnya, menulis membuka ruang baru untuk mengembangkan imajinasi di luar batas visual film.

"Menulis novel ini jadi pengalaman baru buat saya. Biasanya saya terlibat di balik layar film, tapi kali ini saya ingin menghidupkan cerita horor ini lewat tulisan," ujar Gandhi Fernando dalam wawancara dengan media, Senin (12/5).

1. Potensial

Cerita dalam novel ini berpusat pada tokoh Srini, seorang janda yang hidupnya berubah total setelah rumahnya diteror oleh makhluk raksasa berwarna hijau, yaitu Buto Ijo. Srini lalu menggandeng kakak-beradik yang berprofesi sebagai content creator spesialis dunia gaib, untuk menghadapi teror menakutkan tersebut. Konsep ini memadukan nuansa tradisional dan kekinian dalam satu alur yang mendebarkan.

Gandhi menyebut kisah Buto Ijo memiliki potensi besar untuk berkembang di berbagai bentuk media."Cerita tentang Buto Ijo punya potensi kuat buat dikembangkan ke berbagai medium," katanya.

Ia menilai bahwa budaya lokal memiliki nilai jual tinggi jika diolah dengan cara yang menarik dan modern. Lebih dari sekadar horor, Gandhi juga ingin mengangkat kembali folklore Indonesia agar bisa lebih relevan di mata generasi muda.

"Kita tumbuh dengan cerita-cerita rakyat seperti ini. Tapi bagaimana kalau cerita itu jadi nyata dan meneror kehidupan kita sehari-hari? Di situ letak seramnya," beber Gandhi.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Buktikan Horor Lokal Bisa Diterima

Ia ingin pembaca tidak hanya merasakan ketegangan, tapi juga kedekatan emosional dengan cerita. Secara visual, sampul novel ini tak kalah menarik. Desainnya minimalis namun penuh makna, menampilkan tangan Buto Ijo yang tengah membuka pintu. Visual ini menjadi simbol akan munculnya teror dari balik kisah, sekaligus mengundang rasa penasaran pembaca untuk menyelami lebih dalam isi ceritanya.

Dengan merilis novel Penunggu Rumah: Buto Ijo, Gandhi Fernando membuktikan bahwa horor lokal bisa hidup kembali dan diterima lewat pendekatan lintas media. Menggabungkan elemen urban legend, dunia content creator, dan gaya penceritaan modern, novel ini berpotensi mencuri perhatian para penggemar horor dan pecinta budaya Indonesia.

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

(kpl/pur/ums)

Rekomendasi
Trending