Dunia Selebriti dan Twitter (1)
Butuh Eksistensi dan Popularitas, Selebriti Heboh di Twitter?
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Di era sekarang ini, siapa yang tidak mengenal Twitter? Tercatat 200 juta kepala, dan akan terus bertambah, secara aktif menggunakan jejaring sosial berlogo burung biru tersebut.
Tak hanya di kalangan masyarakat biasa, mikrobloging yang didirikan pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey tersebut juga dipakai oleh banyak publik figur untuk mendekatkan diri dengan fans mereka. Selebriti kerap berkicau mengenai apa saja, sampai berbagi foto terbaru yang terkoneksi dengan aplikasi lain semisal Instagram dan Path.
Di Indonesia sendiri, hampir sebagian besar selebritis memiliki twitter. Sebut saja Julia Perez, Joko Anwar, Nikita Mirzani hingga musisi sekelas Ahmad Dhani. Kicuan mereka selalu menjadi santapan follower untuk di-retweet ataupun di-favoritkan. Tapi tak jarang pula yang dijadikan bahan ejekan, seperti saat mereka membuat kehebohan.
Masih teringat kasus Nikita Mirzani yang memposting tweet sedang berada di Singapura. Uniknya, lokasi pemilik akun @NikitaMirzani yang keluar dalam tweet itu adalah Indonesia. Sontak saja, banyak yang mencecarnya. Meski mendapat bully dari follower-nya, 'status Singapura' Nikita malah dijadikan parodi oleh beberapa orang.
Tak hanya publik figur seperti pemain film, bintang sinetron dan musisi, banyak orang yang terjun di dunia politik menjadikan Twitter sebagai ajang mencari massa, mengeruk simpati, you named it.
Sosok kontroversial yang menjadi bahan pembicaraan satu tahun belakangan adalah pengacara Farhat Abbas. Suami dari Nia Daniati ini memplokamirkan diri siap menjadi calon Presiden 2014. Tak heran bila ia sering menabur janji-janji yang juntrungannya malah membuat sebuah komedi.
Uniknya semakin dibiarkan, Farhat malah sering mengomentari banyak artis-artis yang tengah terkena kasus. Diakui apa yang dilakukan Farhat sekadar untuk mencari sensasi.
Fenomena ini menarik tanggapan pemerhati media social Nukman Lutfie. Menurutnya populernya Twitter yang pengoperasiannya berbasis di San Fransiso ini merupakan cara cepat untuk dikenal berdasar dua hal yakni eksistensi dan popularitas.
"Jadi begini, ketika kita menggunakan jejaring sosial itu yang pertama ada keinginan untuk eksistensi. Nah, lewat eksistensi ini makanya terjadi saling kontak di mana kita bisa menghubungi dan bisa dihubungi lewat akun di jejaring sosial. Makanya kan, sering kita melihat bagaimana orang menuliskan: saya bisa di hubungi di Facebook, di Twitter, dan jejaring sosial lainnya," ungkap Nukman saat dihubungi KapanLagi.com®, Jumat (22/11).
Ia kemudian melanjutkan, "Yang kedua, biasanya popularitas. Nah, kalau kita sudah eksis biasanya muncul kecenderungan atau keinginan untuk menjadi populer. Dan memang dalam perkembangannya, ada orang orang yang menggunakan jalan cepat untuk meraih popularitas. Banyak cara. Dan belakangan memang muncul selebriti atau artis yang entah apa prestasinya, tetapi jadi trending di jejaring sosial media atau istilahnya: ngetop tapi lewat twitter saja," paparnya.
Dieny Tjokro selaku Psikolog Universitas Indonesia menambahkan bila fenomena keterbukaan berpendapat di media sosial akan terus berlanjut. Hingga dimungkinkan masih aka nada sensasi-sensasi baru yang muncul.
"Kemungkinan akan terus terjadi jika para pemakai tidak dididik agar menggunakan media Twitter selayaknya merupakan tempat komunikasi menyenangkan dan digunakan secara sehat. Oleh karena itu pendidikan publik untuk mengingatkan pengguna Twitter tentang fungsi Twitter, apa yang bisa dituliskan dan apa yang sebaiknya masuk jalur pribadi saja, memang harus disadari," kata Dieny.
"Etiket berkomunikasi dengan media-media online seperti Twitter perlu diperkenalkan dan juga dididik di sekolah sebagai tata cara pergaulan yang baik dan saling menghormati orang lain," pungkasnya.
Tak hanya di kalangan masyarakat biasa, mikrobloging yang didirikan pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey tersebut juga dipakai oleh banyak publik figur untuk mendekatkan diri dengan fans mereka. Selebriti kerap berkicau mengenai apa saja, sampai berbagi foto terbaru yang terkoneksi dengan aplikasi lain semisal Instagram dan Path.
Di Indonesia sendiri, hampir sebagian besar selebritis memiliki twitter. Sebut saja Julia Perez, Joko Anwar, Nikita Mirzani hingga musisi sekelas Ahmad Dhani. Kicuan mereka selalu menjadi santapan follower untuk di-retweet ataupun di-favoritkan. Tapi tak jarang pula yang dijadikan bahan ejekan, seperti saat mereka membuat kehebohan.
Masih teringat kasus Nikita Mirzani yang memposting tweet sedang berada di Singapura. Uniknya, lokasi pemilik akun @NikitaMirzani yang keluar dalam tweet itu adalah Indonesia. Sontak saja, banyak yang mencecarnya. Meski mendapat bully dari follower-nya, 'status Singapura' Nikita malah dijadikan parodi oleh beberapa orang.
Tak hanya publik figur seperti pemain film, bintang sinetron dan musisi, banyak orang yang terjun di dunia politik menjadikan Twitter sebagai ajang mencari massa, mengeruk simpati, you named it.
Sosok kontroversial yang menjadi bahan pembicaraan satu tahun belakangan adalah pengacara Farhat Abbas. Suami dari Nia Daniati ini memplokamirkan diri siap menjadi calon Presiden 2014. Tak heran bila ia sering menabur janji-janji yang juntrungannya malah membuat sebuah komedi.
Uniknya semakin dibiarkan, Farhat malah sering mengomentari banyak artis-artis yang tengah terkena kasus. Diakui apa yang dilakukan Farhat sekadar untuk mencari sensasi.
Fenomena ini menarik tanggapan pemerhati media social Nukman Lutfie. Menurutnya populernya Twitter yang pengoperasiannya berbasis di San Fransiso ini merupakan cara cepat untuk dikenal berdasar dua hal yakni eksistensi dan popularitas.
"Jadi begini, ketika kita menggunakan jejaring sosial itu yang pertama ada keinginan untuk eksistensi. Nah, lewat eksistensi ini makanya terjadi saling kontak di mana kita bisa menghubungi dan bisa dihubungi lewat akun di jejaring sosial. Makanya kan, sering kita melihat bagaimana orang menuliskan: saya bisa di hubungi di Facebook, di Twitter, dan jejaring sosial lainnya," ungkap Nukman saat dihubungi KapanLagi.com®, Jumat (22/11).
Ia kemudian melanjutkan, "Yang kedua, biasanya popularitas. Nah, kalau kita sudah eksis biasanya muncul kecenderungan atau keinginan untuk menjadi populer. Dan memang dalam perkembangannya, ada orang orang yang menggunakan jalan cepat untuk meraih popularitas. Banyak cara. Dan belakangan memang muncul selebriti atau artis yang entah apa prestasinya, tetapi jadi trending di jejaring sosial media atau istilahnya: ngetop tapi lewat twitter saja," paparnya.
Dieny Tjokro selaku Psikolog Universitas Indonesia menambahkan bila fenomena keterbukaan berpendapat di media sosial akan terus berlanjut. Hingga dimungkinkan masih aka nada sensasi-sensasi baru yang muncul.
"Kemungkinan akan terus terjadi jika para pemakai tidak dididik agar menggunakan media Twitter selayaknya merupakan tempat komunikasi menyenangkan dan digunakan secara sehat. Oleh karena itu pendidikan publik untuk mengingatkan pengguna Twitter tentang fungsi Twitter, apa yang bisa dituliskan dan apa yang sebaiknya masuk jalur pribadi saja, memang harus disadari," kata Dieny.
"Etiket berkomunikasi dengan media-media online seperti Twitter perlu diperkenalkan dan juga dididik di sekolah sebagai tata cara pergaulan yang baik dan saling menghormati orang lain," pungkasnya.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/abs/dew)
Reporter:
Adi Abbas Nugroho
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement