Kapanlagi.com - Kelor atau Moringa oleifera merupakan tanaman tropis yang kaya manfaat dan mudah dibudidayakan di pekarangan rumah. Tanaman ini dikenal sebagai superfood karena kandungan nutrisinya yang tinggi, mulai dari vitamin, mineral, hingga antioksidan yang baik untuk kesehatan.
Menanam kelor tidak memerlukan perawatan yang rumit dan dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah. Pohon ini tahan terhadap kekeringan dan dapat beradaptasi dengan baik di iklim tropis seperti Indonesia, sehingga cocok untuk ditanam oleh pemula sekalipun.
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), kelor merupakan salah satu tanaman paling bergizi di dunia dengan hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dan pengobatan. Dengan memahami cara menanam kelor yang tepat, Anda dapat memiliki sumber nutrisi alami di halaman rumah sendiri.
Tanaman kelor adalah pohon multiguna yang berasal dari kawasan sub-Himalaya di India, Pakistan, dan Bangladesh. Pohon ini dapat tumbuh hingga ketinggian 7-12 meter dengan batang berkayu yang kuat dan daun majemuk berwarna hijau cerah. Kelor memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat dipanen daunnya dalam waktu singkat setelah penanaman.
Keunggulan utama kelor terletak pada kandungan nutrisinya yang luar biasa lengkap. Daun kelor mengandung protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi dalam jumlah tinggi. Selain itu, biji kelor dapat digunakan sebagai penjernih air alami, sementara akarnya memiliki khasiat obat tradisional yang telah digunakan sejak zaman dahulu.
Dari segi budidaya, kelor termasuk tanaman yang sangat adaptif dan tahan banting. Pohon ini dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah liat hingga berpasir, dengan pH tanah antara 5-9. Kelor juga tahan terhadap kekeringan dan hanya memerlukan sedikit air setelah fase pertumbuhan awal, menjadikannya pilihan ideal untuk daerah dengan curah hujan rendah.
Melansir dari World Health Organization (WHO), kelor telah direkomendasikan sebagai tanaman pangan alternatif untuk mengatasi malnutrisi di negara-negara berkembang karena kemudahan budidayanya dan nilai gizi yang tinggi. Organisasi kesehatan dunia ini menyebutkan bahwa daun kelor kering mengandung 7 kali vitamin C jeruk, 4 kali kalsium susu, 4 kali vitamin A wortel, dan 2 kali protein yogurt.
Sebelum memulai proses penanaman, persiapan yang matang akan menentukan keberhasilan budidaya kelor. Tahap persiapan meliputi pemilihan lokasi, penyiapan media tanam, dan pemilihan metode perbanyakan yang sesuai dengan kondisi Anda.
Menurut publikasi dari International Journal of Agriculture and Biology, persiapan media tanam yang tepat dapat meningkatkan tingkat keberhasilan pertumbuhan kelor hingga 85%. Penelitian tersebut menekankan pentingnya kandungan bahan organik dalam media tanam untuk mendukung perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi pertumbuhan kelor.
Menanam kelor dari biji merupakan metode yang paling umum dan menghasilkan tanaman dengan sistem perakaran yang kuat. Proses ini dimulai dari pemilihan biji berkualitas hingga penanaman di lokasi permanen.
Mengutip dari Journal of Horticultural Science, tingkat keberhasilan perkecambahan biji kelor dapat mencapai 90% jika menggunakan biji segar yang berumur kurang dari 1 tahun dan dilakukan perendaman sebelum semai. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa suhu optimal untuk perkecambahan biji kelor adalah antara 25-35 derajat Celsius.
Metode stek batang merupakan cara menanam kelor yang lebih cepat menghasilkan tanaman produktif dibandingkan dari biji. Teknik ini cocok bagi Anda yang ingin segera memanen daun kelor dalam waktu singkat.
Melansir dari Asian Journal of Plant Sciences, metode stek batang pada kelor memiliki tingkat keberhasilan 75-85% dengan waktu pertumbuhan yang lebih cepat 2-3 bulan dibandingkan penanaman dari biji. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa stek dari batang berdiameter 5-7 cm menghasilkan pertumbuhan yang paling optimal dengan sistem perakaran yang kuat.
Perawatan yang tepat akan memastikan tanaman kelor tumbuh sehat dan produktif. Meskipun kelor termasuk tanaman yang mudah dirawat, beberapa aspek perawatan tetap perlu diperhatikan untuk hasil optimal.
Menurut Tropical Agriculture Research Journal, pemangkasan rutin pada tanaman kelor dapat meningkatkan produktivitas daun hingga 40% karena merangsang pertumbuhan tunas baru. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik secara teratur menghasilkan daun dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan pupuk kimia sintetis.
Bagi Anda yang memiliki lahan terbatas, menanam kelor dalam pot atau wadah merupakan solusi praktis. Dengan perawatan yang tepat, kelor dalam pot tetap dapat tumbuh subur dan produktif.
Pilih pot atau wadah dengan diameter minimal 40-50 cm dan kedalaman 50 cm untuk memberikan ruang yang cukup bagi perkembangan akar. Pot harus memiliki lubang drainase yang baik di bagian bawah untuk mencegah genangan air. Gunakan pot dari bahan tanah liat atau plastik tebal yang kuat menahan beban tanah dan tanaman.
Media tanam untuk pot harus lebih gembur dibandingkan penanaman di tanah. Campurkan tanah kebun, kompos, dan sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1 untuk menghasilkan media yang ringan namun kaya nutrisi. Tambahkan sedikit pasir jika tanah terlalu padat untuk meningkatkan drainase dan aerasi.
Untuk penanaman dalam pot, metode stek batang lebih direkomendasikan dengan panjang stek 30-45 cm. Stek yang lebih pendek lebih mudah dikelola dalam wadah terbatas dan tetap produktif. Tancapkan stek sedalam 10-15 cm di tengah pot, lalu padatkan media tanam di sekelilingnya.
Penyiraman kelor dalam pot perlu lebih sering dibandingkan di tanah karena media dalam wadah lebih cepat kering. Siram setiap hari pada musim kemarau dan 2-3 kali seminggu saat musim hujan. Pastikan air tidak menggenang di dalam pot dengan memeriksa lubang drainase secara berkala.
Pemupukan untuk kelor dalam pot dilakukan lebih sering, yaitu setiap 2 bulan sekali dengan pupuk organik cair atau kompos. Karena ruang tumbuh terbatas, nutrisi dalam pot lebih cepat habis dan perlu diganti secara berkala. Lakukan pemangkasan lebih intensif untuk menjaga ukuran tanaman tetap proporsional dengan pot.
Mengutip dari Container Gardening Journal, tanaman kelor dalam pot dapat tumbuh hingga ketinggian 2-3 meter dengan pemangkasan rutin dan tetap menghasilkan daun berkualitas baik. Studi tersebut merekomendasikan penggantian media tanam setiap 1-2 tahun sekali untuk menjaga kesuburan dan mencegah pemadatan tanah dalam wadah.
Waktu panen kelor tergantung metode penanaman yang digunakan. Jika menanam dari biji, daun dapat dipanen pertama kali setelah 3-4 bulan. Sementara untuk stek batang, pemanenan sudah bisa dilakukan lebih cepat yaitu sekitar 2-3 bulan setelah tanam. Setelah pemanenan pertama, daun dapat dipanen secara rutin setiap 1-2 minggu sekali.
Kelor sebenarnya termasuk tanaman yang tahan kekeringan dan tidak membutuhkan banyak air setelah fase pertumbuhan awal. Pada masa awal penanaman hingga umur 2-3 bulan, penyiraman perlu dilakukan rutin 2-3 kali seminggu. Setelah tanaman dewasa, kelor dapat bertahan dengan air hujan saja dan hanya perlu disiram saat musim kemarau panjang.
Kelor dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, namun pertumbuhan optimalnya berada di dataran rendah hingga menengah dengan ketinggian 0-1000 mdpl. Di dataran tinggi dengan suhu dingin, pertumbuhan kelor akan lebih lambat dan produktivitas daunnya berkurang. Namun tanaman tetap dapat hidup asalkan mendapat sinar matahari yang cukup.
Penanaman dari biji menghasilkan sistem perakaran tunggang yang lebih kuat dan dalam, sehingga tanaman lebih kokoh dan tahan terhadap angin kencang. Sementara stek batang menghasilkan akar serabut yang lebih dangkal namun pertumbuhannya lebih cepat. Dari segi produktivitas daun, keduanya relatif sama jika mendapat perawatan yang baik.
Daun kelor yang menguning biasanya disebabkan oleh kekurangan nutrisi, terutama nitrogen, atau penyiraman yang berlebihan. Atasi dengan memberikan pupuk kandang atau kompos di sekitar pangkal batang dan kurangi frekuensi penyiraman. Pastikan drainase tanah baik agar air tidak menggenang yang dapat menyebabkan akar membusuk dan daun menguning.
Pemangkasan sangat dianjurkan untuk meningkatkan produktivitas kelor. Pemangkasan pertama dilakukan saat tanaman mencapai tinggi 1,5-2 meter untuk merangsang pertumbuhan cabang samping. Setelah itu, lakukan pemangkasan ringan setiap 3-4 bulan untuk menjaga bentuk pohon tetap rapi dan memudahkan pemanenan. Pemangkasan juga membuat daun yang tumbuh lebih banyak dan lebat.
Hama yang paling sering menyerang kelor adalah ulat daun, kutu daun, dan belalang. Pengendalian dapat dilakukan secara manual dengan membuang hama atau menggunakan pestisida organik seperti larutan air sabun, ekstrak daun nimba, atau air rebusan bawang putih. Kelor relatif tahan hama, sehingga serangan biasanya tidak terlalu parah jika tanaman dalam kondisi sehat dan lingkungan bersih.
Ikuti kabar terbaru selebriti hanya di Kapanlagi.com. Kalau bukan sekarang, KapanLagi?