Kapanlagi.com - Pare merupakan tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan meskipun memiliki rasa pahit yang khas. Menanam pare sendiri di rumah bisa menjadi pilihan tepat untuk memenuhi kebutuhan sayuran keluarga sekaligus menghemat pengeluaran.
Proses cara menanam pare sebenarnya tidak terlalu sulit dan bisa dilakukan oleh pemula. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di berbagai kondisi iklim tropis seperti di Indonesia, baik ditanam di lahan terbuka maupun dalam pot.
Dengan teknik penanaman yang tepat dan perawatan yang konsisten, tanaman pare dapat tumbuh subur dan menghasilkan buah yang lebat. Berikut ini panduan lengkap cara menanam pare yang bisa Anda praktikkan di rumah.
Sebelum memulai cara menanam pare, persiapan media tanam menjadi langkah krusial yang menentukan keberhasilan budidaya. Tanaman pare membutuhkan media tanam yang gembur, kaya unsur hara, dan memiliki drainase yang baik agar akar dapat berkembang optimal. Pemilihan lokasi tanam juga perlu mempertimbangkan intensitas cahaya matahari karena pare termasuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari penuh.
Untuk penanaman di lahan terbuka, buatlah bedengan dengan lebar sekitar 100-120 cm dan tinggi 30-40 cm. Jarak antar bedengan sebaiknya 50-60 cm untuk memudahkan perawatan dan sirkulasi udara. Campurkan tanah dengan kompos atau pupuk kandang yang sudah matang dengan perbandingan 3:1 untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pastikan pH tanah berada pada kisaran 5-6 yang merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan pare.
Jika menanam pare dalam pot, pilihlah pot berukuran besar dengan diameter minimal 40 cm dan kedalaman 40 cm. Media tanam dalam pot dapat berupa campuran tanah subur, kompos, dan sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1. Pastikan pot memiliki lubang drainase yang cukup untuk mencegah genangan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar.
Setelah media tanam siap, biarkan selama 3-7 hari sebelum penanaman agar pupuk organik tercampur sempurna dengan tanah. Proses ini juga membantu menetralkan gas-gas yang mungkin terbentuk dari dekomposisi bahan organik. Siram media tanam secukupnya untuk menjaga kelembaban sebelum benih ditanam.
Pemilihan benih berkualitas menjadi faktor penting dalam cara menanam pare yang berhasil. Benih pare dapat diperoleh dari buah pare yang sudah tua dan matang sempurna di pohon, atau membeli benih bersertifikat dari toko pertanian. Benih dari buah pare yang dipilih sendiri sebaiknya berasal dari tanaman yang sehat, produktif, dan bebas dari hama penyakit.
Untuk mendapatkan benih dari buah pare, pilihlah buah yang sudah berwarna kuning atau oranye yang menandakan kematangan sempurna. Belah buah dan ambil biji yang berwarna merah atau cokelat, kemudian bersihkan dari lendir yang menempel. Jemur biji di bawah sinar matahari selama 2-3 hari hingga benar-benar kering sebelum disimpan atau langsung ditanam.
Sebelum disemai, rendam benih pare dalam air hangat selama 6-12 jam untuk mempercepat proses perkecambahan. Benih yang mengapung sebaiknya dibuang karena kemungkinan besar tidak akan berkecambah. Setelah direndam, tiriskan dan benih siap untuk disemai. Proses perendaman ini dapat meningkatkan persentase perkecambahan hingga 80-90%.
Semai benih pada kedalaman 2-3 cm dalam media semai yang sudah disiapkan. Tutup dengan tanah tipis dan siram secara perlahan agar benih tidak terbawa air. Letakkan di tempat yang teduh namun tetap mendapat cahaya tidak langsung. Benih pare biasanya akan berkecambah dalam waktu 5-7 hari setelah disemai.
Setelah bibit pare berumur 2-3 minggu atau memiliki 3-4 helai daun sejati, bibit sudah siap dipindahkan ke lokasi tanam permanen. Cara menanam pare yang benar dimulai dengan membuat lubang tanam sedalam 5-7 cm pada bedengan atau pot yang sudah disiapkan. Jarak tanam yang ideal adalah 50-60 cm antar tanaman untuk memberikan ruang tumbuh yang cukup dan memudahkan perawatan.
Dalam satu bedengan, petani bisa membuat dua baris tanaman dengan jarak antar baris sekitar 120-150 cm. Pengaturan jarak tanam yang tepat akan mempengaruhi produktivitas tanaman karena memberikan ruang yang cukup untuk pertumbuhan akar, batang, dan daun serta memudahkan sirkulasi udara yang baik.
Perawatan rutin merupakan kunci keberhasilan dalam cara menanam pare agar menghasilkan buah yang lebat. Penyiraman dilakukan secara teratur setiap pagi atau sore hari, terutama pada musim kemarau. Frekuensi penyiraman disesuaikan dengan kondisi cuaca dan kelembaban tanah, hindari penyiraman berlebihan yang dapat menyebabkan akar busuk.
Pemupukan susulan diberikan mulai umur 2 minggu setelah tanam dengan interval 2 minggu sekali. Gunakan pupuk NPK dengan dosis 5-10 gram per tanaman atau pupuk organik cair yang diencerkan sesuai anjuran. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur di sekitar tanaman dengan jarak 10 cm dari pangkal batang, kemudian disiram agar pupuk meresap ke dalam tanah.
Penyiangan gulma dilakukan secara berkala untuk menghindari persaingan unsur hara dan air. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman pare harus segera dicabut agar tidak mengganggu pertumbuhan. Lakukan penyiangan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman pare yang relatif dangkal.
Pemangkasan merupakan teknik penting dalam budidaya pare untuk meningkatkan produktivitas. Pilih dua cabang yang besar dan sehat sebagai cabang produktif, sisanya cabang yang tumbuh di batang dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah harus dipangkas. Pemangkasan ini bertujuan untuk mengalihkan energi tanaman ke pembentukan bunga dan buah, sehingga hasil panen lebih optimal.
Tanaman pare relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit, namun tetap perlu dilakukan monitoring dan pengendalian preventif. Hama yang sering menyerang tanaman pare antara lain kutu daun, lalat buah, dan ulat daun. Pengendalian hama dapat dilakukan secara mekanis dengan membuang bagian tanaman yang terserang atau menggunakan pestisida nabati yang ramah lingkungan.
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dengan mengutamakan metode organik akan menghasilkan pare yang lebih sehat dan aman dikonsumsi. Lakukan monitoring secara rutin minimal 2-3 kali seminggu untuk mendeteksi serangan sejak dini sehingga pengendalian dapat dilakukan lebih efektif.
Tanaman pare sudah bisa dipanen setelah buah berumur 2,5 bulan atau sekitar 60-75 hari setelah tanam, tergantung varietas yang ditanam. Ciri-ciri buah pare yang siap panen adalah ukuran buah sudah maksimal sesuai varietasnya, warna kulit masih hijau cerah, dan tekstur kulit masih keras. Sebaiknya lakukan pemanenan pada buah pare yang belum terlalu matang dan memiliki warna yang masih hijau karena pare yang terlalu matang akan berwarna kuning dan rasanya lebih pahit.
Cara panen pare yang benar adalah dengan memotong pangkal buah menggunakan gunting atau pisau tajam yang bersih. Hindari memetik buah dengan cara menarik karena dapat merusak cabang dan mengurangi produktivitas tanaman. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat cuaca masih sejuk agar buah tetap segar dan tahan lama.
Frekuensi panen dilakukan setiap 2-3 hari sekali karena buah pare tidak matang secara bersamaan. Tanaman pare yang dirawat dengan baik dapat terus berproduksi selama 2-3 bulan dengan total hasil panen mencapai 15-25 buah per tanaman. Kumpulkan buah hasil panen dalam wadah yang bersih dan hindari penumpukan yang dapat menyebabkan memar pada buah.
Setelah dipanen, buah pare dapat langsung dikonsumsi atau disimpan di tempat sejuk untuk menjaga kesegaran. Pare segar dapat bertahan 3-5 hari pada suhu ruang atau hingga 1-2 minggu jika disimpan dalam lemari pendingin. Untuk penyimpanan jangka panjang, pare dapat diolah menjadi keripik, asinan, atau dikeringkan.
Waktu yang dibutuhkan dari penanaman hingga panen pertama sekitar 2,5-3 bulan atau 60-75 hari setelah tanam. Setelah panen pertama, tanaman pare akan terus berproduksi selama 2-3 bulan ke depan dengan pemanenan yang dilakukan setiap 2-3 hari sekali.
Ya, tanaman pare sangat cocok ditanam dalam pot terutama untuk lahan terbatas. Gunakan pot berukuran besar dengan diameter minimal 40 cm dan kedalaman 40 cm. Pastikan pot memiliki lubang drainase yang baik dan isi dengan media tanam campuran tanah, kompos, dan sekam bakar.
Jarak tanam yang ideal untuk pare adalah 50-60 cm antar tanaman dalam satu baris. Jika menggunakan sistem bedengan dengan dua baris tanaman, jarak antar baris sebaiknya 120-150 cm untuk memberikan ruang tumbuh yang cukup dan memudahkan perawatan.
Tanaman pare membutuhkan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang yang sudah matang sebagai pupuk dasar. Untuk pupuk susulan, gunakan pupuk NPK dengan dosis 5-10 gram per tanaman setiap 2 minggu sekali atau pupuk organik cair yang diencerkan sesuai anjuran.
Rasa pahit pada pare adalah karakteristik alami yang mengandung senyawa momordisin yang bermanfaat bagi kesehatan. Untuk mengurangi rasa pahit, panen pare saat masih muda dan berwarna hijau cerah. Sebelum dimasak, rendam irisan pare dalam air garam selama 15-30 menit kemudian bilas dengan air bersih.
Tanaman pare membutuhkan penyiraman yang teratur namun tidak berlebihan. Siram tanaman setiap pagi atau sore hari, terutama saat musim kemarau. Pastikan tanah tetap lembab namun tidak tergenang air karena dapat menyebabkan busuk akar dan penyakit layu.
Bunga pare yang rontok sebelum menjadi buah dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kekurangan unsur hara, penyiraman yang tidak teratur, suhu terlalu tinggi, atau kurangnya penyerbukan. Pastikan pemupukan dilakukan secara teratur, jaga kelembaban tanah, dan tanam beberapa tanaman pare berdekatan untuk memudahkan penyerbukan silang.
Ikuti kabar terbaru selebriti hanya di Kapanlagi.com. Kalau bukan sekarang, KapanLagi?