Kenali Tanda-Tanda Hewan Rabies, Panduan Utama untuk Melindungi Diri Anda!
Diterbitkan:

Ilustrasi Hewan Rabies. (hak cipta/Canva).
Kapanlagi.com - Rabies adalah infeksi virus yang sangat berbahaya, yang biasanya ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Di seluruh dunia, rabies menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit zoonosis, terutama di negara-negara dengan akses terbatas terhadap vaksinasi hewan dan layanan kesehatan.
Virus rabies menyerang sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan berbagai gejala neurologis yang parah, sehingga penting bagi kita untuk memahami cara mengenali hewan yang terinfeksi dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil. Pentingnya edukasi mengenai rabies tidak bisa diremehkan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah dengan populasi hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak divaksinasi.
Dengan mengenali tanda-tanda awal infeksi, seperti perubahan perilaku, agresivitas, atau kesulitan dalam menelan, kita dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar anda, seperti yang dilansir Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Selasa(3/12).
Advertisement
1. Apa Itu Rabies?
Rabies, penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus, mengincar sistem saraf pusat hewan berdarah panas dan manusia. Penularan virus ini umumnya terjadi melalui gigitan atau cakaran hewan terinfeksi, seperti anjing, kucing, kelelawar, rakun, dan rubah, di mana air liur yang mengandung virus dapat masuk melalui luka terbuka atau selaput lendir.
Begitu virus memasuki tubuh, ia akan merambat melalui saraf tepi menuju otak dan sumsum tulang belakang, dengan proses yang bisa berlangsung dari beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada lokasi gigitan dan jumlah virus.
Saat virus mencapai otak, peradangan pun terjadi, memicu serangkaian gejala neurologis yang menakutkan, dan sayangnya, hampir selalu berujung pada kematian jika gejala klinis sudah muncul.
(Kondisi Vidi Aldiano bikin khawatir, kesakitan jalan di panggung dan dituntun Deddy Corbuzier.)
2. Sejarah dan Penyebaran Rabies
Rabies, penyakit kuno yang telah ada sejak 2300 SM, mencatat perjalanan panjangnya dalam sejarah kesehatan manusia. Dari catatan Mesir kuno hingga deskripsi gejala oleh penulis Romawi, Cornelius Celsus, yang bahkan merekomendasikan pengobatan ekstrem dengan membakar luka gigitan, rabies terus mengintai.
Di Indonesia, jejaknya mulai terlihat pada tahun 1884 di Jawa Barat, dan sejak itu, penyakit ini menyebar ke berbagai daerah, meninggalkan sebagian besar provinsi dalam status endemis, kecuali beberapa seperti Jawa, Bali, dan Papua. Di tingkat global, rabies tetap menjadi ancaman serius, dengan sekitar 59.000 kematian setiap tahunnya, mayoritas terjadi di Asia dan Afrika, menurut data dari World Health Organization (WHO).
Advertisement
3. Ciri-ciri Hewan yang Terinfeksi Rabies
Mengenali tanda-tanda hewan terjangkit rabies sangat penting untuk mencegah penularan. Perhatikan perubahan perilaku, seperti hewan jinak yang tiba-tiba agresif atau hewan liar yang tidak takut pada manusia, yang bisa menandakan kerusakan sistem saraf.
Gejala lain termasuk hipersalivasi (air liur berlebihan), hidrofobia (takut air), perubahan suara, kejang, kelumpuhan progresif, dan penurunan nafsu makan. Tanda fisik seperti luka atau bekas gigitan di kepala dan leher juga perlu diwaspadai.
Tidak semua hewan rabies menunjukkan semua gejala, jadi tetap waspada terhadap perilaku aneh dari hewan, terutama yang liar atau tidak dikenal.
4. Penyebab Rabies pada Hewan
Rabies adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus Lyssavirus, yang menyebar melalui interaksi langsung antara hewan peliharaan dan hewan terinfeksi, terutama melalui gigitan atau cakaran. Tanpa vaksinasi rutin, hewan peliharaan rentan terhadap virus ini, terutama di lingkungan dengan populasi hewan liar tinggi, seperti kelelawar dan rakun.
Perubahan habitat akibat aktivitas manusia juga meningkatkan risiko interaksi berbahaya. Hewan peliharaan yang berkeliaran tanpa pengawasan memiliki risiko tinggi untuk bertemu hewan liar yang mungkin terinfeksi rabies.
5. Gejala Rabies pada Manusia
Rabies, penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus, seringkali tidak menunjukkan gejala langsung setelah terpapar, dengan masa inkubasi yang bervariasi antara beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Gejala awalnya mirip flu, seperti demam, sakit kepala, dan mual, yang kemudian berkembang menjadi fase neurologis akut dengan kebingungan, halusinasi, dan ketakutan ekstrem terhadap air dan udara.
Sayangnya, tanpa penanganan yang cepat, kondisi ini dapat berlanjut ke tahap koma dan kegagalan organ, yang hampir selalu berujung pada kematian. Oleh karena itu, kesigapan dalam pencegahan dan penanganan sangatlah penting untuk melawan ancaman mematikan ini.
6. Diagnosis Rabies
Mendiagnosis rabies pada hewan dan manusia adalah tantangan, terutama di fase awal infeksi. Metode yang digunakan meliputi observasi klinis pada hewan yang digigit selama 10-14 hari untuk mengidentifikasi gejala. Jika hewan menunjukkan tanda-tanda atau mati dalam periode tersebut, kemungkinan besar terinfeksi.
Tes laboratorium seperti Direct Fluorescent Antibody (DFA), Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), dan Rapid Immunodiagnostic Test (RIDT) juga digunakan untuk mendeteksi virus. Pada manusia, biopsi kulit di belakang leher dapat mendeteksi antigen sebelum gejala muncul, dan analisis cairan serebrospinal membantu menemukan antibodi atau RNA virus.
Pencitraan otak seperti CT scan atau MRI dapat menunjukkan perubahan yang mengindikasikan ensefalitis, meskipun tidak spesifik untuk rabies. Diagnosis dini penting untuk pengelolaan dan pencegahan, namun konfirmasi seringkali baru bisa dilakukan setelah kematian melalui pemeriksaan jaringan otak.
7. Penanganan dan Pengobatan Rabies
Penanganan rabies terdiri dari dua langkah utama: pencegahan setelah terpapar dan perawatan suportif untuk kasus parah. Setelah terpapar virus, langkah pertama adalah Post-Exposure Prophylaxis (PEP), yang mencakup pembersihan luka dengan sabun dan air, pemberian imunoglobulin rabies, dan vaksinasi.
Jika gejala muncul, perawatan berfokus pada pengurangan penderitaan melalui sedatif, analgesik, dan dukungan pernapasan. Protokol Milwaukee, yang menginduksi koma dan menggunakan antivirus, masih diperdebatkan efektivitasnya.
Untuk hewan terduga terinfeksi, biasanya dilakukan isolasi atau euthanasia. Pencegahan melalui vaksinasi hewan peliharaan dan edukasi masyarakat sangat penting untuk mengendalikan rabies.
8. Pencegahan Rabies
Pencegahan rabies memerlukan pendekatan holistik yang mencakup vaksinasi rutin pada hewan peliharaan, pengendalian populasi hewan liar, dan pengelolaan sampah. Edukasi masyarakat penting untuk mengenali hewan terinfeksi dan langkah-langkah setelah gigitan.
Vaksinasi pre-exposure diperlukan bagi individu berisiko tinggi, dan luka akibat gigitan harus segera dicuci dan ditangani medis. Hewan terinfeksi perlu dikarantina selama 10-14 hari. Peran pemerintah dalam regulasi dan kebijakan sangat penting. Dengan strategi yang tepat dan kesadaran tinggi, risiko penularan rabies dapat dikurangi.
9. Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
(Segera nikah! Clara Shinta dan Lxa posting foto pre-wedding tanpa bersentuhan.)
(kpl/rao)
M Rizal Ahba Ohorella
Advertisement