Apa Arti Doping: Pengertian, Jenis, dan Bahayanya dalam Dunia Olahraga
Diterbitkan:
apa arti doping
Kapanlagi.com - Doping merupakan salah satu isu paling kontroversial dalam dunia olahraga yang terus menjadi perhatian global. Praktik penggunaan zat terlarang ini tidak hanya mencederai semangat sportivitas, tetapi juga membahayakan kesehatan atlet.
Pemahaman tentang apa arti doping menjadi sangat penting bagi seluruh stakeholder olahraga. Fenomena ini telah mengakibatkan banyak atlet kehilangan gelar juara dan merusak reputasi mereka di mata dunia.
Menurut Metodologi Latihan Olahraga karya Setyo Budiwanto, doping adalah upaya untuk meningkatkan ambang kelelahan alamiah tubuh. Hal ini dapat menyebabkan seseorang berakhir dengan maut karena terjadi proses yang irreversible di dalam tubuh, sehingga penggunaannya sangat berbahaya bagi kesehatan atlet.
Advertisement
1. Pengertian dan Definisi Doping
Doping berasal dari kata "dope" yang merujuk pada campuran obat-obatan dengan narkotika yang pada awalnya digunakan untuk olahraga pacuan kuda di Inggris. Dalam konteks olahraga modern, doping adalah konsumsi obat atau bahan oral maupun parenteral kepada seorang olahragawan dalam suatu kompetisi dengan tujuan meningkatkan prestasi olahraga secara tidak wajar.
Menurut IOC (International Olympic Committee) pada tahun 1990, doping didefinisikan sebagai upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis. Definisi ini menekankan bahwa penggunaan zat tersebut dilakukan tanpa keperluan medis yang sah dan semata-mata untuk keuntungan kompetitif.
World Anti-Doping Agency (WADA) menetapkan kriteria suatu zat atau metode dikategorikan sebagai doping jika memenuhi setidaknya 2 dari 3 kriteria berikut: dapat meningkatkan kinerja atlet, menimbulkan ancaman bagi kesehatan atlet, dan melanggar semangat olahraga. Kriteria ini menjadi dasar penetapan daftar zat terlarang yang diperbaharui setiap tahun.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), doping dimaknai sebagai pendadahan atau produk berupa obat atau darah untuk meningkatkan prestasi atlet. Pengertian ini menunjukkan bahwa doping tidak hanya terbatas pada obat-obatan kimia, tetapi juga mencakup manipulasi biologis seperti transfusi darah.
2. Sejarah dan Perkembangan Doping
Sejarah doping dalam olahraga dimulai pada abad ke-19, tepatnya tahun 1889 ketika istilah "dope" pertama kali dikenalkan dalam perlombaan berkuda di Inggris. Kata tersebut berasal dari suatu suku bangsa di Afrika Tengah dan pada awalnya belum menjadi masalah serius dalam dunia olahraga.
Kasus kematian pertama akibat doping terjadi pada tahun 1886 dalam perlombaan balap sepeda dari kota Bordeaux di Perancis ke Paris dengan jarak tempuh 600 km. Seorang pembalap meninggal dunia setelah diberikan obat oleh pelatihnya untuk meningkatkan kemampuan. Tragedi ini menjadi titik awal kesadaran akan bahaya penggunaan zat peningkat performa.
Pada awal perkembangannya, obat-obatan yang populer digunakan adalah gula yang dilarutkan dalam ether, minuman beralkohol, kafein, kokain, heroin, dan nitrogliserin. Penggunaan zat-zat ini terutama dijumpai dalam olahraga renang dan balap sepeda, di mana atlet membutuhkan daya tahan ekstra untuk menyelesaikan kompetisi.
Gerakan anti-doping mulai timbul pada tahun 1910 setelah seorang ilmuwan asal Rusia menemukan cara pemeriksaan doping. Masyarakat mulai menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan zat terlarang ini, sehingga kampanye pemberantasan doping mulai diadakan secara sistematis.
Pemeriksaan doping secara resmi pertama kali dilakukan pada Olimpiade Musim Dingin di Grenoble tahun 1972. Sejak saat itu, sistem pengawasan dan deteksi doping terus berkembang dengan teknologi yang semakin canggih untuk mendeteksi berbagai jenis zat terlarang dalam tubuh atlet.
3. Jenis-Jenis Doping dan Zat Terlarang
- Golongan Stimulan
Stimulan seperti amphetamine, caffeine, dan cocaine digunakan untuk mengurangi kelelahan, meningkatkan respon, kewaspadaan, dan agresi. Amphetamine bekerja dengan meningkatkan pengeluaran neurotransmitter seperti noradrenaline, dopamin, dan serotonin. Efek sampingnya meliputi ketergantungan, tremor, insomnia, peningkatan agresivitas, dan pada penggunaan jangka panjang dapat mempengaruhi kejiwaan dengan timbulnya paranoid tipe schizophrenia. - Golongan Narkotika
Obat-obatan golongan narkotik-analgetik seperti morfin dan kodein disalahgunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Cara kerjanya adalah dengan alkaloid opium dan analog sintetisnya berinteraksi dengan reseptor dalam otak yang secara normal bekerja dengan pengaruh endorphin endogen. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan yang serius. - Steroid Anabolik-Androgenik
Jenis doping ini digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan dengan memperpanjang masa latihan, mempercepat waktu pemulihan, dan menambah kekuatan otot. Steroid anabolik memiliki dua efek utama: bersifat anabolic (menambah ukuran otot) dan androgenic (efek maskulinitas). Efek sampingnya mencakup masalah kardiovaskular, hepatik, reproduksi, infeksi, psikologis, dan kosmetik. - Golongan Diuretik
Diuretik digunakan untuk meningkatkan produksi urin dengan tujuan melarutkan obat-obatan yang digunakan dan mengeluarkan metabolitnya. Obat ini juga digunakan untuk menurunkan berat badan pada cabang olahraga yang menggunakan berat badan sebagai indikator pertandingan. Efek sampingnya adalah dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. - Beta Bloker
Golongan ini digunakan untuk mengurangi rasa cemas terutama pada cabang olahraga yang menuntut konsentrasi dan ketenangan seperti panahan, menembak, dan ski jumping. Beta bloker bekerja secara kompleks dan sering digunakan sebagai terapi pada angina pectoris, hipertensi, dan beberapa kelainan jantung. Efek sampingnya dapat menimbulkan bronchospasme, insomnia, mimpi buruk, dan depresi. - Golongan Peptida Hormon
Terdiri dari Human Chorionic Gonadotropin (HCG), Luteinizing Hormone (LH), Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), dan insulin. Peptida hormon digunakan sebagai perangsang untuk meningkatkan kemampuan hormon androgen yang bertujuan mempengaruhi penampilan atlet. Efek sampingnya meliputi sakit kepala, perubahan mood, dan gynecomastia.
Menurut Bunga Rampai Farmakologi Dasar dan Klinik, toksikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari karakteristik racun dari zat-zat kimia serta dampaknya terhadap makhluk hidup. Dalam konteks doping, pemahaman toksikologi menjadi penting karena sebagian besar zat doping memiliki potensi toksik yang dapat membahayakan kesehatan atlet.
4. Bahaya dan Efek Samping Doping
Penggunaan doping menimbulkan berbagai efek samping yang dapat mengancam kesehatan dan kehidupan atlet. Efek samping ini bervariasi tergantung pada jenis obat, frekuensi penggunaan, jumlah obat, serta latar belakang kesehatan atlet. Dampak kesehatan yang paling umum meliputi hipertensi, kerusakan hati, masalah jantung, stroke, kerusakan organ, masalah reproduksi, gangguan hormonal, dan gangguan metabolisme.
Dari aspek psikologis, doping dapat menyebabkan suasana hati buruk, gangguan perilaku, kecemasan, dan depresi. Efek psikologis ini seringkali diabaikan namun dapat berdampak jangka panjang pada kualitas hidup atlet. Beberapa jenis doping seperti steroid anabolik dapat menyebabkan perubahan kepribadian yang drastis, termasuk peningkatan agresivitas yang tidak terkendali.
Efek samping spesifik berdasarkan jenis doping juga perlu diperhatikan. Steroid anabolik dapat menyebabkan masalah kardiovaskular dengan menurunkan kolesterol HDL dan meningkatkan kolesterol LDL, meningkatkan risiko arteriosclerosis. Pada sistem reproduksi, steroid dapat menyebabkan atrofi testis pada pria dan amenorrhea pada wanita, bahkan dapat mengakibatkan infertilitas permanen.
Risiko infeksi juga meningkat, terutama jika menggunakan alat suntik yang tidak steril, yang dapat menyebabkan penularan penyakit berbahaya seperti HIV dan AIDS. Efek kosmetik seperti jerawat berlebihan, pertumbuhan rambut abnormal pada wanita, dan perubahan struktur wajah juga dapat terjadi dan seringkali bersifat irreversible.
5. Sistem Pengawasan dan Pencegahan Doping
World Anti-Doping Agency (WADA) merupakan badan anti-doping dunia yang memiliki tugas mencegah penggunaan doping di tingkat internasional. WADA bekerja berdasarkan The World Anti-Doping Code yang dideklarasikan di Copenhagen pada 5 Maret 2003. Kode ini menjadi dasar kerja semua organisasi anti-doping di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, terdapat Indonesia Anti-Doping Organization (IADO) yang sebelumnya bernama Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI). IADO bertugas melakukan pengawasan doping di tingkat nasional dan merupakan representasi Indonesia dalam kegiatan pengawasan doping internasional. Organisasi ini bekerja di bawah Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Sistem pemeriksaan doping dilakukan melalui dua cara utama. Pertama, pemeriksaan di luar kompetisi (Out of Competition Test/OOCT) yang dilakukan secara intelligence sampling dengan pertimbangan risiko doping. Kedua, pemeriksaan di dalam kompetisi (In Competition Test/ICT) yang dilakukan saat kejuaraan berlangsung atas inisiatif Anti-Doping Organization.
Program pencegahan doping juga mencakup sosialisasi dan edukasi kepada atlet, pelatih, dan tim medis. Edukasi ini penting karena banyak kasus doping terjadi akibat ketidaktahuan atlet tentang kandungan zat terlarang dalam obat atau suplemen yang mereka konsumsi. Pengembangan aplikasi skrining doping juga telah dilakukan untuk membantu atlet mengidentifikasi produk yang aman dikonsumsi.
Sanksi bagi pelanggar aturan anti-doping sangat berat, mulai dari diskualifikasi, penangguhan, pencabutan medali, hingga larangan bertanding dalam jangka waktu tertentu. Sanksi ini tidak hanya berlaku untuk atlet, tetapi juga untuk pelatih, dokter, dan pihak lain yang terlibat dalam praktik doping.
6. FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Apa yang dimaksud dengan doping dalam olahraga?
Doping adalah penggunaan zat terlarang atau metode terlarang oleh atlet untuk meningkatkan performa olahraga secara tidak wajar. Praktik ini melanggar aturan kompetisi dan dapat membahayakan kesehatan atlet serta mencederai semangat sportivitas dalam olahraga.
2. Mengapa doping dilarang dalam kompetisi olahraga?
Doping dilarang karena tiga alasan utama: dapat meningkatkan kinerja atlet secara tidak adil, menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan atlet, dan melanggar semangat olahraga yang menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, dan sportivitas dalam berkompetisi.
3. Apa saja jenis-jenis doping yang paling umum digunakan?
Jenis doping yang umum meliputi stimulan (amphetamine, cocaine), steroid anabolik, narkotika (morfin, kodein), diuretik, beta bloker, peptida hormon, dan eritropoietin (EPO). Setiap jenis memiliki efek dan bahaya yang berbeda-beda bagi kesehatan atlet.
4. Bagaimana cara mendeteksi penggunaan doping pada atlet?
Deteksi doping dilakukan melalui tes urine dan darah yang dapat dilaksanakan di dalam kompetisi maupun di luar kompetisi. Teknologi deteksi terus berkembang untuk dapat mengidentifikasi berbagai jenis zat terlarang dan metabolitnya dalam tubuh atlet.
5. Apa sanksi yang diberikan kepada atlet yang terbukti menggunakan doping?
Sanksi untuk pelanggar aturan anti-doping meliputi diskualifikasi dari kompetisi, pencabutan medali dan gelar juara, larangan bertanding dalam jangka waktu tertentu (biasanya 2-4 tahun), denda, dan dalam kasus tertentu dapat berupa larangan seumur hidup dari kompetisi olahraga.
6. Apakah ada obat yang boleh dikonsumsi atlet untuk keperluan medis?
Ya, atlet dapat mengonsumsi obat tertentu untuk keperluan medis dengan izin khusus yang disebut TUE (Therapeutic Use Exemption). Izin ini diberikan oleh otoritas pengatur olahraga setelah melalui evaluasi medis yang ketat untuk memastikan penggunaan obat tersebut tidak memberikan keuntungan kompetitif yang tidak adil.
7. Bagaimana cara atlet menghindari konsumsi doping secara tidak sengaja?
Atlet dapat menghindari doping tidak sengaja dengan selalu berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum mengonsumsi obat atau suplemen, memeriksa daftar zat terlarang WADA, menggunakan aplikasi skrining doping, dan hanya membeli produk dari sumber terpercaya yang telah teregistrasi BPOM.
(kpl/fed)
Rizka Uzlifat
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Deretan Aksesori yang Bikin Gadget Gen Z Makin Ciamik, Wajib Punya Nih!
