Carrie
Drama Horror Thriller

Carrie

2013 100 menit R
6.4/10
Rating 5.8/10
Sutradara
Kimberly Peirce
Penulis Skenario
Lawrence D. Cohen Roberto Aguirre-Sacasa Stephen King
Studio
Metro-Goldwyn-Mayer (MGM) Screen Gems Misher Films

Lorong sekolah terasa seperti tempat paling sunyi bagi Carrie White (Chloë Grace Moretz), meski setiap hari dipenuhi suara siswa lain. Carrie adalah remaja pemalu yang tumbuh dengan rasa takut dan kebingungan tentang tubuh serta dunianya sendiri. Di sekolah, ia menjadi sasaran ejekan karena sifatnya yang tertutup dan caranya bersikap yang dianggap aneh. Di rumah, ia hidup di bawah aturan keras sang ibu, Margaret White (Julianne Moore), perempuan religius fanatik yang melihat dosa di hampir setiap hal. Dunia Carrie seolah dibangun dari larangan, rasa bersalah, dan ketakutan yang tidak pernah benar benar ia pahami.

Segalanya berubah menjadi mimpi buruk ketika Carrie mengalami menstruasi pertamanya di kamar mandi sekolah. Ia tidak pernah diberi penjelasan apa pun tentang perubahan tubuh karena ibunya menganggap hal itu kotor dan berdosa. Dalam kepanikan, Carrie meminta tolong, tetapi yang ia dapatkan justru tawa dan hinaan dari teman teman sekelasnya. Insiden itu direkam dan menyebar, memperkuat posisi Carrie sebagai bahan olok olok. Dari titik ini, rasa malu dan trauma mulai menumpuk, membentuk tekanan batin yang semakin sulit ditahan.

Guru olahraga Sue Snell (Gabriella Wilde) merasa bersalah setelah ikut menertawakan Carrie. Ia mencoba menebus kesalahannya dengan cara yang ia anggap benar, termasuk mendorong pacarnya, Tommy Ross (Ansel Elgort), untuk mengajak Carrie ke pesta prom. Namun niat baik Sue tidak berjalan mulus, terutama karena masih ada Chris Hargensen (Portia Doubleday), siswi populer yang menyimpan dendam setelah dihukum akibat insiden di kamar mandi. Chris melihat Carrie sebagai target empuk untuk balas dendam yang lebih besar.

Di tengah tekanan sosial itu, Carrie mulai menyadari ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Emosi yang memuncak sering kali diikuti kejadian ganjil, benda bergerak sendiri, kaca retak, dan pintu tertutup tanpa disentuh. Carrie perlahan memahami bahwa ia memiliki kekuatan telekinetik, kemampuan menggerakkan benda dengan pikiran. Awalnya, kekuatan ini membuatnya takut. Ia berusaha mengendalikan diri, menyembunyikannya dari dunia, sama seperti ia menyembunyikan perasaan selama ini.

Margaret White justru melihat perubahan pada putrinya sebagai tanda dosa yang semakin besar. Ia memperketat aturan di rumah, mengurung Carrie, memaksanya berdoa, dan menanamkan rasa bersalah yang lebih dalam. Bagi Margaret, dunia luar adalah sumber kebejatan, dan Carrie harus dilindungi dengan cara apa pun. Namun, tekanan ini justru memperparah kondisi mental Carrie. Ketakutan berubah menjadi kemarahan yang terpendam, dan kemarahan itu memperkuat kekuatannya.

Ketika Tommy benar benar datang mengajak Carrie ke prom, hidupnya terasa seperti membuka pintu ke dunia yang selama ini tertutup. Carrie ragu, curiga, dan takut dipermainkan. Namun Tommy bersikap tulus, dan Carrie akhirnya percaya. Untuk pertama kalinya, ia merasa diterima sebagai manusia biasa. Ia memilih gaun, belajar berdandan, dan melihat bayangan diri yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Malam prom menjadi simbol harapan, bahwa hidupnya bisa berubah menjadi lebih baik.

Di balik senyum dan lampu pesta, rencana Chris berjalan tanpa diketahui siapa pun. Dendam dan rasa iri bercampur menjadi niat jahat yang matang. Saat Carrie dan Tommy dinobatkan sebagai raja dan ratu prom, momen kebahagiaan itu berubah menjadi kehancuran. Sebuah kejadian kejam terjadi di hadapan seluruh siswa, mempermalukan Carrie dengan cara paling brutal. Tawa dan teriakan memenuhi ruangan, mengulang trauma lama dalam skala yang jauh lebih besar.

Tekanan yang selama ini dipendam Carrie akhirnya meledak. Rasa sakit, malu, dan amarah menyatu, membuka kendali penuh atas kekuatan telekinetiknya. Aula prom berubah menjadi medan kekacauan. Lampu, air, api, dan logam bergerak tanpa kendali, mengikuti emosi Carrie yang tak terbendung. Tidak ada lagi gadis pemalu yang meminta tolong. Yang tersisa adalah seseorang yang merasa dikhianati oleh dunia dan memilih untuk membalasnya.

Kekacauan tidak berhenti di sekolah. Carrie berjalan pulang dengan langkah kosong, meninggalkan kehancuran di belakangnya. Namun rumah yang seharusnya menjadi tempat aman justru menyimpan ancaman terakhir. Margaret White menunggu dengan keyakinan bahwa putrinya telah dirasuki kejahatan. Pertemuan mereka menjadi benturan tragis antara cinta yang salah arah dan kemarahan yang sudah terlanjur meledak. Hubungan ibu dan anak yang rapuh itu mencapai akhir yang menyakitkan.

Ketika segalanya berakhir, kota kecil yang tenang berubah selamanya. Carrie White tidak lagi hanya dikenang sebagai gadis aneh di sekolah, melainkan sebagai simbol dari apa yang bisa terjadi ketika seseorang didorong melampaui batas kemanusiaannya. Di balik horor dan kehancuran, tersimpan pertanyaan tentang empati, tanggung jawab, dan harga dari perundungan yang sering dianggap sepele.

Carrie bukan hanya kisah tentang kekuatan supranatural, tetapi juga potret gelap tentang kesepian remaja, tekanan keluarga, dan kejamnya lingkungan sosial. Jika sejak awal Carrie diberi pemahaman, kasih sayang, dan ruang untuk menjadi dirinya sendiri, apakah semua ini bisa dicegah?

Penulis Artikel: Anastashia Gabriel

Chlou00eb Grace Moretz Carrie White
Julianne Moore Margaret White
Gabriella Wilde Sue Snell
Portia Doubleday Chris Hargensen
Zou00eb Belkin Tina
Samantha Weinstein Heather
Karissa Strain Nicki
Katie Strain Lizzy
Ansel Elgort Tommy Ross
Demetrius Joyette George