'IDENTITAS', Mayat Pun Butuh Sebuah Identitas

Penulis: Rere Rizkarima

Diterbitkan:

KapanLagi.com - Pemain: Tio Pakusadewo, Leony, Ray Sahetapy, Titi Sjuman

Setiap manusia yang hidup selalu membutuhkan identitas. Bahkan ketika mati pun masih butuh sebuah identitas, agar dirinya diakui dalam sebuah kehidupan bermasyarakat. Lalu bagaimana jika tidak ada identitas yang dimiliki? Apa ia akan terkucilkan dari kehidupan itu sendiri? Inilah yang dikupas oleh Aria Kusumadewa dalam IDENTITAS.

Bermula dari Adam (Tio Pakusadewo) yang merasa tidak memiliki identitas karena kehidupan masa lalu ayahnya. Adam yang berprofesi sebagai petugas di kamar mayat ini menjadi pribadi yang tertutup di tempat kerjanya. Setiap hari kerjanya mengurusi jenazah-jenazah yang datang. Jika pertama kalinya melihat jenazah Adam masih tak nyaman, tapi sekarang ia merasa jenazah-jenazah itu adalah sahabatnya.

Suatu ketika secara tak sengaja Adam melihat seorang perempuan berusia 20 tahunan (Leony), berwajah oriental yang menarik perhatiannya. Perempuan itu berjuang untuk pengobatan ayahnya di sebuah bangsal miskin di sebuah rumah sakit. Bahkan karena biaya pengobatan yang cukup mahal, perempuan itu harus melacurkan dirinya.

Melihat kegigihannya, Adam pun jatuh hati. Ia berjuang untuk membantu perempuan itu. Adam berusaha mendapatkan keringanan pengobatan dengan mendapatkan Askeskin, namun ternyata itu tidak mudah, semuanya terbentur masalah identitas.

Tiba-tiba sang perempuan itu hilang, dan beberapa waktu setelahnya mayat perempuan itu sudah ada di ruang kerja Adam. Rasa sedih, kecewa dan marah bercampur menjadi satu. Saat Adam memperjuangkan hak mati perempuan itu, Adam pun lagi-lagi harus terbentur masalah indentitas. Namun tekad Adam sudah bulat, ia akan memperjuangkan hak mayat itu, meski haknya sendiri menjadi taruhannya.

Diangkat dari ide sederhana, tentang pentingnya identitas yang ada di masyarakat. Tanpa adanya identitas, seseorang pun bisa terkucilkan dari masyarakat. Aria mengemas IDENTITAS menjadi suguhan yang bisa dinikmati, dengan ciri khasnya, yakni sentilan sosial serta tak melupakan idealismenya.

(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)

(kpl/riz)

Editor:

Rere Rizkarima

Rekomendasi
Trending