[Review] EXODUS: GODS AND KINGS

Tuhan, Musa dan Kontroversi

Penulis: Fitrah Ardiyanti

Diperbarui: Diterbitkan:

Tuhan, Musa dan Kontroversi EXODUS: GODS AND KINGS/©20Th Century Fox

KapanLagi.com - Oleh: Tita Chamberlin

Kisah klasik Musa adalah salah satu yang tertua dalam kitab dan ajaran manapun. Mengisahkan seseorang pemberontak yang lahir di tengah-tengah kekuasaan seorang Pharaoh atau Firaun yang bengis, rasis dan keji. Hollywood pun nampaknya ikut tersihir dengan kisah ini.Disutradarai oleh Ridley Scott, EXODUS: GODS AND KINGS resmi dirilis akhir tahun 2014. Dibintangi oleh sederet nama besar seperti Christian Bale, Ben Kingsley, dan Joel Edgerton,  film ini menelan budget US$ 140 juta (setara dengan 1,8 triliun Rupiah). sayangnya, film produksi studio 20th Century Fox ini gagal masuk ajang bergengsi Oscars 2015.Sejak menit awal film ini diputar, kita disuguhi adegan-adegan laga dengan efek suara menggema dan dramatis. Christian Bale berperan sebagai Musa, sedangkan Joel Edgerton berperan Ramesses, putra sang Firaun Seti (Ben Kingsley). Ya, Musa dan Ramesses diceritakan hidup bersama dalam istana megah milik penguasa yang lalim tersebut. Namun, Firaun lebih mempercayakan banyak hal kepada Musa.Seperti biasa, konflik pun terjadi ketika sang Firaun Seti wafat. Musa yang dikirim untuk memantau kota Pithom, bertemu dengan seorang pendeta. Ia mengatakan bahwa Musa lahir dari bangsa Yahudi dan ditakdirkan untuk memimpin mereka melawan Firaun. Tak begitu saja percaya, ia memilih untuk pulang ke istana.Berita ini sampai ke telinga Ramesses dan ibunya, Queen Tuya. Musa pun akhirnya diasingkan, setelah mengakui dirinya adalah keturunan Yahudi. Di pengasingan inilah ia bertemu Zipporah yang kemudian ia pinang menjadi istrinya. Dari perkawinannya ini, Musa dikaruniai seorang putra yang diberi nama Gershom.
Bersama sejak kanak-kanak, Ramesses tega usir Musa/©20th Century FoxBersama sejak kanak-kanak, Ramesses tega usir Musa/©20th Century Fox
Di tengah kebimbangannya tentang hidup, ia kemudian 'bertemu' dengan Tuhan. Lewat beberapa kejadian gaib yang indah, ia pun akhirnya memutuskan untuk kembali membebaskan kaumnya dari cengkeraman Firaun Ramesses, bereksodus ke tanah yang baru.  Meski terancam kehilangan keluarga, Musa terus maju.Penonton juga akan dibuat terkesima oleh wabah yang diturunkan di Mesir, tempat tinggal Firaun ketika dirinya tak mau mengakui keberadaan Tuhan. Dari wabah belalang, penyakit kulit, hingga serbuan buaya yang membuat Sungai Nil berwarna merah darah. Semuanya, membuat bulu kuduk berdiri.Setelah film ini diputar, ternyata banyak kontroversi yang mengiringinya. Beberapa mempertanyakan jalan cerita EXODUS yang dinilai melenceng dari ajaran agama manapun. Namun, begitulah Hollywood. Apapun dilakukan agar segalanya lebih dramatis, walau kurang make sense.Tapi, namanya juga film. Mungkin kurang bijak jika kita lalu membandingkannya dengan sesuatu yang terlalu dalam dan serius. Sebab, pada dasarnya film adalah sebuah sarana hiburan. Duduk, santai dan nikmati, adalah sebuah cara mengapresiasi kerja keras para sineas di balik EXODUS.Lebih jauh, film ini juga memicu pemboikotan di mana-mana. Istilah white-washing seringkali digunakan sebab Hollywood dituduh rasis dengan memilih Christian Bale menjadi Musa. Mereka menganggap bahwa sosok Musa harusnya diperankan oleh orang-orang kulit berwarna atau yang berasal dari wilayah Timur Tengah, tempat kisah klasik ini bermula. Lucunya, bagaimana mereka bisa menebak apa ras dan bagaimana wajah Musa?Di luar kontroversi yang mengikuti, EXODUS adalah salah satu film drama epic dan kolosal yang patut untuk dipertimbangkan. Meski ceritanya jauh dari The Book of Life manapun, special effect dan CGInya sangat memanjakan mata. Kota-kota tua di zaman Firaun nampak sangat megah dan belum pernah kita lihat di film manapun. Enjoy, sit back and relax.

(Lesti sedang hamil anak ketiga, dan saat ini sedang ngidam hal yang di luar nurul!)

(kpl/tch)

Rekomendasi
Trending