Rocketry: The Nambi Effect
Biography Drama

Rocketry: The Nambi Effect

2022 157 menit
9.5/10
Rating 8.6/10
Sutradara
Madhavan
Penulis Skenario
Madhavan Ananth Mahadevan Rahul Pandey Sreedevi Krishnan Sukhmani Sadana Anjali Nair
Studio
Tricolour Productions Varghese Moolan Pictures Sarke Studio

Nambi Narayanan seorang ilmuwan yang kini duduk di hadapan kamera dalam sebuah wawancara televisi bersama aktor terkenal. Dengan suara tenang, ia mulai menelusuri kembali perjalanan panjang hidupnya yang penuh pencapaian sekaligus luka.

Kisah itu membuka pintu menuju masa lalu ketika ia masih menjadi seorang insinyur muda yang bekerja di Thumba Equatorial Rocket Launching Station. Pada hari yang tampak seperti hari kerja biasa, sebuah percobaan nyaris berakhir tragis ketika A. P. J. Abdul Kalam terancam terkena ledakan. Dalam hitungan detik, Nambi melompat dan menarik rekannya itu keluar dari bahaya.

Pada tahun 1969, upayanya berbuah ketika ia diterima di Princeton University untuk program magister di bidang pendorong roket berbahan bakar kimia. Pemerintah India membiayai pendidikannya dengan harapan Nambi kembali membawa perubahan bagi masa depan teknologi luar angkasa negaranya. Di Princeton, ia belajar di bawah bimbingan Profesor Luigi Crocco, seorang pakar yang melihat kecemerlangan dalam diri Nambi. Crocco bahkan merekomendasikannya untuk magang di NASA.
Saat bekerja di NASA, Nambi bertemu Barry Amaldev dan ikut dalam proyek proyek besar yang membuatnya semakin dihormati. NASA bahkan menawarkan gaji besar, posisi permanen, dan fasilitas yang cukup untuk membuat siapa pun tinggal. Tetapi Nambi memilih untuk menolak. Ia memutuskan pulang ke India karena percaya bahwa ilmu yang ia dapat hanya akan berarti jika dipakai untuk membangun negerinya sendiri.
Ketika kembali bekerja di ISRO, ia menunjukkan kecerdikannya lagi dengan memperoleh peralatan senilai ratusan juta pound dari Skotlandia tanpa biaya apa pun. Namun perjalanan tidak mudah. Setelah kematian Vikram Sarabhai yang penuh tanda tanya, dukungan terhadap proyek Nambi berkurang dan pemerintah tidak memiliki dana yang cukup. Situasi itu membuatnya mencari jalan lain agar pengembangan mesin roket tetap berjalan.
Nambi kemudian menjalin kerja sama dengan komunitas ilmiah Prancis. Prancis membutuhkan ilmuwan berbakat untuk mengembangkan mesin bahan bakar cair, sementara India butuh teknologi yang lebih maju untuk dikuasai. Sebelum berangkat, Nambi dan lima puluh dua rekannya belajar bahasa Prancis secara diam diam tetapi berpura pura tidak memahaminya ketika tiba di laboratorium. Upaya itu mereka lakukan agar dapat mengetahui isi rapat penting yang tidak pernah mereka diundang.
Dalam pengamatan mereka, tim Nambi menyadari mesin roket Prancis memiliki cacat yang berisiko. Ia menggunakan temuan itu sebagai kesempatan. Ia menawarkan perbaikan dengan syarat mereka diberi akses penuh terhadap data uji dan mekanisme mesin. Mereka pun mendapat izin. Setelah membantu memperbaiki mesin, rombongan ilmuwan India membawa pulang pengetahuan tersebut dan mulai mengembangkan mesin bahan bakar cair mereka sendiri.
Keterbatasan dana dan fasilitas membuat proses itu berlarut larut sampai delapan tahun. Namun kerja keras mereka terbayar ketika mesin itu diuji di fasilitas Prancis yang sama. Hasilnya melampaui ekspektasi. Mesinnya mencapai tekanan jauh di atas standar. Dengan bangga Nambi menamainya VIKAS sebagai penghormatan terakhir untuk Sarabhai.
Setelah keberhasilan itu, fokus Nambi beralih ke pengembangan mesin kriogenik. Ia yakin teknologi ini akan membawa India menjadi negara yang mampu bersaing dalam pasar satelit global. Ia menyadari ISRO tidak memiliki waktu panjang untuk mengejar ketertinggalan sehingga membeli mesin dari negara lain menjadi jalan tercepat. Pilihannya jatuh pada Uni Soviet setelah ia memberi sinyal bahwa ia memahami kemampuan rudal kriogenik mereka melalui informasi dari teman lamanya di Princeton.
Uni Soviet setuju memberikan empat mesin. Namun kabar itu sampai ke Amerika yang berusaha keras menggagalkan kesepakatan tersebut. Ketika Uni Soviet berada di ambang keruntuhan politik, Nambi memanfaatkan kekacauan untuk mempercepat proses pengiriman. Dengan bantuan ilmuwan Rusia, ia dan rekan rekannya berhasil membawa pulang beberapa mesin tanpa terdeteksi.
Setibanya di India, kehidupan Nambi tampak kembali stabil sampai suatu hari ia ditangkap secara tiba tiba. Berita tentang dirinya menyebar cepat. Tuduhan mata mata dan pengkhianatan dilemparkan ke publik tanpa bukti jelas. Ia dibawa ke sebuah rumah tamu di Trivandrum yang disulap menjadi ruang interogasi. Di sana ia disiksa, dipukul, dan dipaksa membuat pengakuan palsu. Di sela sela rasa sakit, Nambi menyadari bahwa pihak yang menangani kasus ini berusaha membuatnya mengulangi kalimat yang mereka ucapkan. Ia juga menemukan adanya alat perekam tersembunyi.
Tuduhan yang diarahkan kepadanya melibatkan seorang perempuan asal Maladewa bernama Mariam. Nambi disebut menjadi korban perangkap perempuan itu dan kemudian menjual rahasia roket India ke Pakistan. Tuduhan itu menyebar liar dan merusak nama baik keluarganya.
Setelah luka fisiknya semakin parah, ia dilarikan ke rumah sakit. Di tempat itulah ia bertemu P. M. Nair, seorang pejabat CBI yang mulai menyelidiki kasus tersebut. Penyelidikan itu perlahan membuka banyak kejanggalan. Namun sementara kebenaran mulai terungkap, Nambi masih harus berhadapan dengan dampak dari fitnah yang menghancurkan hidupnya. Di tengah tekanan dan rasa sakit itu, akankah langkah berikutnya membawa Nambi pada pemulihan harga diri dan kebenaran yang telah lama ia perjuangkan?
Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.
Madhavan Nambi Narayanan
Simran Meena Narayanan
Rajit Kapoor Vikram A Sarabhai (Hindi
Ravi Raghavendra Vikram A Sarabhai (Tamil
Misha Ghoshal Geeta Narayanan
Shyam Renganathan Shankar
Muralidaran Arunan
Karthik Kumar P M Nayar
Sam Mohan Unni
Rajeev Ravindranathan Param