Di masa depan distopia, Cassius Green menjalani hidup sederhana bersama kekasihnya, Detroit, di garasi rumah pamannya. Untuk menyambung hidup, Cassius bekerja sebagai telemarketer di RegalView, meski awalnya ia selalu gagal meyakinkan pelanggan. Semuanya berubah ketika rekannya, Langston, mengajarinya menggunakan "suara putih" yang terdengar percaya diri dan serba berkecukupan. Dengan persona itu, Cassius langsung menonjol.

Di tempat kerja, gerakan serikat pekerja mulai terbentuk di bawah komando Squeeze yang mengajak Cassius, Detroit, dan Sal untuk bergabung. Cassius ikut aksi protes dan mengira ia akan dipecat, tetapi justru dinaikkan ke posisi Power Caller. Di ruangan khusus para elit perusahaan, ia diminta terus memakai suara putih dan akhirnya mengetahui rahasia besar RegalView. Perusahaan itu ternyata menjadi perantara penjualan senjata militer serta tenaga kerja murah dari WorryFree, sebuah korporasi yang membuat pekerjanya menandatangani kontrak seumur hidup yang mirip perbudakan.

Keberhasilan mendadak membuat hidup Cassius berubah. Ia punya apartemen baru, mobil mewah, dan bisa melunasi rumah pamannya agar tidak jatuh ke tangan WorryFree. Hubungannya dengan Detroit sempat membaik, tetapi sikapnya mulai berubah. Ia berhenti mendukung perjuangan serikat pekerja, sementara Detroit justru keluar dari RegalView dan bergabung diam diam dengan kelompok perlawanan Left Eye Faction. Ketegangan itu membuat hubungan mereka retak, apalagi Detroit merasa Cassius telah kehilangan moralnya.

Suatu pagi, Cassius melintasi barisan piket dan kepalanya terkena lemparan kaleng soda yang terekam kamera. Video tersebut viral dan berubah menjadi meme besar yang bahkan menguntungkan sang pelempar. Hubungannya dengan Detroit semakin berjarak, terutama setelah ia muncul di pameran seni Detroit tanpa diundang dan mencoba menghentikan pertunjukannya. Tindakannya justru membuat Detroit mengusirnya dan kemudian lebih dekat dengan Squeeze, meninggalkan Cassius untuk merenungkan apa sebenarnya harga dari kesuksesan yang ia kejar. Apakah pilihan yang ia ambil akan membawanya menuju jalan yang benar atau justru menjerumuskannya lebih jauh?

Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.