Kapanlagi.com - Apa jadinya jika Ardina Rasti diminta untuk menjadi stripper alias penari seksi dengan pakaian yang serba minim? Menggugah rasa penasaran para pria tentunya. Dan untuk mendukung perannya tersebut, Rasti berupaya keras menurunkan berat badan dan juga melatih fisiknya agar terlihat lebih kencang.

"Ini peran pertama aku sebagai stripper. Secara fisik, kostum dan karakter beda banget, lumayan beratlah. Aku juga harus turunin beratku sampai 4kg (saat ini berat badan Rasti adalah 48kg). Karena sutradara juga gak mau beratku terlalu berlebih. Lagian di sini kan aku nari striptease, jadi perutnya kan pasti terlihat. Makanya untuk dapat otot-otot perut dan lengan juga, makanya aku juga dilatih oleh stripper profesional di lokasi syuting. Gimana caranya biar tarian itu gak terlihat seronok. Untuk karakter ini, aku bergaul dan observasi di lingkungan (stripper) itu cukup lama," paparnya kepada KapanLagi.com saat preskon film THE SEXY CITY, Planet Hollywood, Jakarta Selatan, Jumat (19/3).

"Aku juga diet parah banget, karena aku kan doyan makan ya, jadi ngemilnya diganti ama pisang, yoghurt dan gandum," imbuhnya.

Demi mendapatkan bentuk sixpack di perutnya, selama dua bulan terakhir Rasti melakukan latihan sit-up dan push-up masing-masing sebanyak 40 kali per hari, yang dilakukannya tiap kali bangun tidur. Namun karena sudah mulai terbiasa, saat senggang pun dirinya melakukan sit-up.

Lalu, apa yang membuatnya menerima tawaran peran tersebut?

"Aku yakin peran kayak gini nggak akan terulang lagi. Ini drama klasik. Apalagi nama-nama di dalamnya, ada Tio Pakusadewo juga. Di sini juga adegan ciuman pertamaku (dengan Jerry Interveld). Dan aku juga harus jatuh cinta sama Kak Baim di sini," kilahnya.

Terlepas dari perannya sebagai Poppy dalam film tersebut, saat ditanya soal kekasih baru, Rasti mengaku masih menjomblo. Semenjak putus dari Lucky Wija, Rasti berusaha untuk bisa menjalani hari-harinya sendiri, tanpa kekasih yang selalu menemaninya.

"Kalo dulu kan lima tahun bersama, terus sekarang sendiri. Ya pastinya beda. Selama ini ada dua otak sekarang jadi satu otak, ya buatku ini untuk pembelajaran aja. Ketika mengambil keputusan ya ambil sendiri, resikonya untuk diri sendiri juga. Belajar lebih menghargai diri sendiri. Ternyata sendiri juga enak, seru. Aku lagi menikmati kesendirian," pungkasnya.