Potret Rumah Merah Bekas Syuting Genta Buana yang Kini Tak Terawat

Penulis: Haneeza Afra Nur Zhafirah

Diperbarui: Diterbitkan:

Potret Rumah Merah Bekas Syuting Genta Buana yang Kini Tak Terawat
Potret Rumah Merah Bekas Syuting Genta Buana yang Kini Tak Terawat

Kapanlagi.com - Pecinta sinetron tanah air pasti tidak asing dengan kemegahan rumah merah Genta Buana, yang seringkali menjadi panggung bagi berbagai produksi sinetron terkenal pada era tahun 2000an.

Namun, seiring berjalannya waktu, takdir rumah merah Genta Buana tampaknya berubah drastis. Salah satu aktor yang pernah membintangi sinetron Genta Buana, @afdhalyusmann, mengunggah video mengejutkan di TikTok.

Video tersebut memperlihatkan dirinya menelusuri kondisi terkini rumah merah. Tempat yang dulu dipenuhi keramaian dan kehidupan kini telah dilanda semak belukar dan menjadi semacam hutan kecil.

1. Akses Masuk Telah Dipenuhi Semak Belukar

Akses Masuk Telah Dipenuhi Semak Belukar

Akses ke dalam rumah merah Genta Buana kini terhalangi oleh semak belukar yang tak terkendali. Saat Afdhal Yusman memasuki gerbang, dia harus menembus semak-semak yang tumbuh begitu lebat, bahkan setinggi dirinya.

Suasana yang dulu dipenuhi gemerlap sinetron tergantikan oleh hamparan semak yang menjajah setiap sudut. Penggemar yang dulu terbiasa melihat kemegahan rumah ini, kini dihadapkan pada pemandangan yang kontras.

Pagar putih yang dahulu menjulang megah dan menjadi penanda kemewahan rumah, kini berubah menjadi saksi bisu waktu. Besi-besi pagar yang besar dan kokoh telah tergerus oleh karat, menambah kesan usang dan terlupakan.

Seluruh permukaan tanah di sekitar rumah juga sepertinya telah menyerah pada alam, tertutupi oleh rerumputan yang menjadikan rumah itu semakin tenggelam dalam keterlantaran.

(Ashanty berseteru dengan mantan karyawannya, dirinya bahkan sampai dilaporkan ke pihak berwajib.)

2. Terbengkalai Selama 20 Tahun

Terbengkalai Selama 20 Tahun

Afdhal Yusman, dengan nada lirih, mengungkapkan bahwa rumah merah Genta Buana telah ditinggalkan selama 20 tahun, menyisakan kenangan dan nostalgia yang tak terlupakan.

Keterlantaran ini menjadi semacam perekam waktu, karena tidak ada usaha yang dilakukan untuk memindahkan atau mengubah apa pun dalam dua dekade terakhir.

Gading-gading megah yang menjulang di depan rumah masih kokoh berdiri. Meskipun 20 tahun terlewati, cat putih dan merah yang menjadi ciri khas rumah ini nampaknya masih mempertahankan keanggunan mereka.

Rumah merah Genta Buana, dengan segala elemennya yang masih utuh, memberikan pandangan eksklusif kepada kita tentang bagaimana keadaan rumah ini terjaga seiring berjalannya waktu.

3. Tak Terjamah, Seluruh Barang di Rumah Merah Masih Rapih

Tak Terjamah, Seluruh Barang di Rumah Merah Masih Rapih

Sofa-sofa yang dulu menyaksikan berbagai adegan cinta dan konflik di sinetron Genta Buana masih dengan anggunnya menempati posisi aslinya.

Bahkan hingga ke tirainya, segala barang di dalam rumah ini seakan membentuk suatu pemandangan yang membawa kita kembali ke masa kejayaan sinetron tahun 2000an.

Afdhal Yusman, sebagai saksi hidup di masa itu, mengungkapkan bahwa barang-barang tersebut tidak berubah sama sekali sejak rumah ini terbengkalai.

Meskipun tertutup debu, sofanya yang terbuat dari kulit masih mempertahankan kemegahannya. Bagian luar sofa yang terlihat bersih dan terawat menunjukkan ketahanan material yang luar biasa.

Setiap furnitur dan hiasan di dalamnya membawa jejak cerita yang dulu hidup dan sekarang terlelap dalam kesunyian.

4. Karpet yang Elegan Masih Menghiasi Tangga

Karpet yang Elegan Masih Menghiasi Tangga

Setiap anak tangga kayu di rumah merah Genta Buana masih setia ditemani oleh karpet yang panjang, namun sayangnya, keindahan motifnya kini tenggelam dalam debu yang membalutnya.

Karpet yang elegan, mungkin dulu menjadi daya tarik tersendiri, kini menjadi saksi bisu dari pengabaian yang berlarut-larut.

Dinding yang didominasi warna merah keunguan dengan aksen putih memberikan latar belakang dramatis untuk dua bingkai yang menyimpan kenangan.

5. Balkon dengan Pemandangan Rumput Menjulang di Halaman Rumah

Balkon dengan Pemandangan Rumput Menjulang di Halaman Rumah

Seiring langkahnya menapaki lantai dua, Afdhal Yusman menyaksikan bahwa furnitur di dalam rumah ini masih utuh, menyiratkan ketidakberubahannya selama dua dekade terakhir.

Namun, ketika pintu balkon terbuka, Afdhal dihadapkan pada pemandangan yang berbeda. Daun-daun yang berguguran menari-nari di lantai balkon, menjadi saksi bisu dari perjalanan waktu yang tak terelakkan.

Balkon yang dulu menjadi tempat bersantai dengan pemandangan yang indah, kini berubah menjadi semacam hutan kecil yang terlupakan. Hening yang menggantikan suara ceria yang dulu sering menggema di sini menciptakan kontras yang menyedihkan.

6. Genta Buana film Indosiar tahun berapa?

Genta Buana Paramita telah membangun jejaknya dalam industri produksi televisi Indonesia dengan karya-karya unggulannya yang telah ditayangkan di beberapa jaringan televisi terkemuka.

Antara tahun 1999 hingga 2014, produksi mereka telah sukses menghiasi layar kaca melalui stasiun televisi Indosiar, memberikan kontribusi berharga terhadap ragam program hiburan yang disajikan kepada pemirsa.

7. Siapa produser Genta Buana?

Pak Budi Sutrisno, sebagai produser utama di Genta Buana Paramita, telah memainkan peran kunci dalam kesuksesan produksi-pra produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

Dengan pengalamannya yang kaya dan visinya yang unik, Pak Budi Sutrisno telah berhasil membimbing tim produksi untuk menciptakan sejumlah program televisi yang mendalam dan menarik.

8. 'Misteri Ilahi' Indosiar tahun berapa?

'Misteri Ilahi' sebuah acara televisi yang menghiasi layar Indosiar pada era 2000-an, memegang peranan penting dalam membentuk selera hiburan masyarakat Indonesia pada waktu itu.

Dengan genre yang memadukan elemen misteri, religi, dan dramatis, acara ini berhasil memikat pemirsa dengan cerita-cerita yang menginspirasi dan membangkitkan rasa keajaiban.

(Deddy Corbuzier buka suara terkait isu cerai, marah ke pihak Pengadilan Agama!)

(kpl/haz)

Rekomendasi
Trending