Fenomena Pengobatan Alternatif (3)

Awas Jangan Tertipu Pengobatan Berkedok Agama

Penulis: Adhib Mujaddid

Diperbarui: Diterbitkan:

Awas Jangan Tertipu Pengobatan Berkedok  Agama Ilustrasi

Kapanlagi.com - Kisruh Praktek pengobatan yang dijalankan oleh Muhammad Susilo Wibowo atau akrab disapa Ustaz Guntur Bumi yang berbuntut panjang. Mulai pelaporan ke pihak kepolisian hingga mengundang MUI angkat bicara. Ini menimbulkan pertanyaan besar, mengapa masyarakat Indonesia dapat mudah percaya pada sosok yang dapat menyembuhkan ataupun menjawab berbagai permasalahan dengan cara-cara yang kurang dapat diterima dengan logika.
Padahal kisruh seperti ini bukan sekali atau dua kali dialami oleh masyarakat. Beberapa tahun yang lalu, seorang bocah kecil yang bernama Ponari sempat membuat fenomena lewat batu yang dicelupkan ke dalam air kemudian diminum pasien untuk mengobati penyakit yang diderita. Sontak saja dalam hitungan minggu ribuan orang mendatangi kediaman orangtua bocah asal Jombang Jawa Timur tersebut dan berharap mendapatkan kesembuhan dari penyakit lewat batu Ponari.

Ponari @foto: padepokankerispusakaalam.blogspot.comPonari @foto: padepokankerispusakaalam.blogspot.com


Dalam pandangannya Fathun Karib, Sosiolog dari, Departemen Sosiologi FISIP UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, ada dua hal yang menjadi dasar bagi masyarakat umum ketika memutuskan untuk mendatangi tempat pengobatan alternatif. "Kebiasaan mendatangi penyembuh selain dokter dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dilakukan karena orang tua dan generasi-generasi yang sebelumnya melakukan ini," Fathun.
"Yang kedua fenomena pengobatan alternatif sebagai kenyataan yang muncul akibat hilangnya kepercayaan orang yang mengalami sakit terhadap diri sendiri dan institusi modern yang tidak mampu memenuhi ekspektasi orang yang menderita sakit. Dalam hal ini ekspektasi orang yang sakit adalah mendapatkan kesembuhan, namun lembaga institusi modern seperti rumah sakit dan dokternya tidak dapat terjangkau oleh masyarakat umum dari segi finansial. Jadi harus diakui bahwa masyarakat kita masih hidup di alam sosial yang berakar pada tradisi dan modernitas yang harus dijalani tanpa sepenuhnya bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang muncul dari modernitas itu sendiri," papar Fathun.
Akan halnya saat ditanya tentang praktek pengobatan menggunakan kedok Agama, Sosiolog Universitas Islam Syarif Hidayatullah ini dengan tegas mengemukakan bahwa semuanya kembali pada kepercayaan masyarakat. Ia meminta masyarakat lebih memilih cara yang rasional.
"Kedoknya bisa apa saja baik itu agama maupun hal lainnya. Namanya anda jualan obat apapun akan anda gunakan agar obat itu laku. Agama tertentu misalnya melihat bahwa baik itu dokter atau tabib hanya sebagai orang yang membantu kesembuhan dari penyakit. Sang penyembuh sebenarnya ya Sang Maha Kuasa," sebut Fathun.
Masalahnya masyarakat kita terpaku kepada apa yang instan sehingga bukan kepada Tuhan dia percaya tetapi kepada tabib, orang pintar atau dukun. Masalah kepercayaan ini yang mesti diperbaiki di masyarakat sehingga orang tidak lagi tertipu oleh kedok apapun. Pilihlah cara, jalan dan metode pengobatan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan percayakan pilihan anda sebagai jalan untuk mencapai kesembuhan yang hanya datang dari tuhan yang anda yakini," sambungnya.
Sosiolog ini juga mengemukakan bahwa masyarakat menjadi mudah merasa kecewa dan menjadi marah manakala kesembuhan tak kunjung datang setelah menjalani pengobatan. Rasa  kecewa tersebut kemudian meningkat menjadi marah ataupun bentuk lain seperti mencap orang yang yang melakukan praktek pengobatan sebagai kepalsuan.
"Hal ini dikarenakan sifat dari masyarakat yang mengalami deprivasi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mungkin salah satu yang patut dipertanyakan selain para pelaku pengobatan alternatif atau pemerintah yang bertanggung jawab terhadap kesehatan warga negaranya adalah masyarakat itu sendiri. Kenapa anda mengambil keputusan untuk menggunakan pengobatan alternatif? Inilah inti permasalahannya, pergi ke dokter atau memilih salah satu jenis cara, metode dan jalan penyembuhan harus dipandang sebagai sebuah pilihan yang didasari oleh rasionalisasi dan pengetahuan," papar Fathun.
Fathun sendiri menganjurkan agar masyarakat tidak dengan cepat menghakimi atau bahkan menyalahkan pelaku praktek pengobatan alternatif bila harapan kesembuhan belum didapat.
"Masyarakat harus mendasari pilihannya atas dasar rasio bukan atas dasar suggestive dan keinginan instant. Sulitnya masyarakat mendasari pilihannya atas kondisi sosio-kultural yang melekat didalam diri mereka. Dilain pihak pemerintah dan institusi kesehatan tidak mempermudah dengan jalan birokrasi dan administrasi yang menyulitkan masyarakat. Dua hal ini yang membuat tidak ada gunanya menyalahkan pelaku pengobatan alternatif karena mereka berhasil memberikan harapan untuk sembuh walau itu hanya pada level suggestive dan tidak menyelesaikan masalah kesehatan sebenarnya," ujarnya.
"Pilihlah cara, jalan dan metode pengobatan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan percayakan pilihan anda sebagai jalan untuk mencapai kesembuhan yang hanya datang dari Tuhan yang anda yakini," pungkas Fathun.

(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)

(kpl/rod/adb)

Editor:

Adhib Mujaddid

Rekomendasi
Trending