Nama Nama Wali Songo: Sembilan Tokoh Penyebar Islam di Nusantara
Diterbitkan:

nama nama wali songo
Kapanlagi.com - Wali Songo merupakan sembilan tokoh penyebar Islam yang memiliki peran fundamental dalam sejarah keagamaan di Nusantara. Mereka berhasil mengubah lanskap spiritual Pulau Jawa melalui pendekatan dakwah yang bijaksana dan akomodatif terhadap budaya lokal.
Keberhasilan Wali Songo dalam menyebarkan Islam tidak lepas dari metode dakwah yang unik dan damai. Para wali ini tidak menggunakan kekerasan, melainkan pendekatan kultural yang menghargai tradisi masyarakat setempat sambil mengintegrasikannya dengan nilai-nilai Islam.
Mengutip dari Ensiklopedi Budaya Islam Nusantara, para sejarawan dunia mengakui bahwa Wali Songo berhasil melakukan "mission impossible" dengan membalikkan keadaan dalam waktu kurang dari 50 tahun, padahal selama 800 tahun sebelumnya bangsa Nusantara selalu menolak agama Islam. Dakwah Wali Songo adalah dakwah kultural yang menggunakan budaya dan tradisi lokal sebagai media penyebaran ajaran Islam.
Advertisement
1. Pengertian dan Makna Wali Songo
Istilah Wali Songo berasal dari dua kata: "Wali" yang dalam bahasa Arab berarti orang yang mencintai atau dicintai Allah, dan "Songo" yang dalam bahasa Jawa berarti sembilan. Secara harfiah, nama nama Wali Songo merujuk pada sembilan orang suci yang menyebarkan Islam di Jawa. Namun, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa "songo" berasal dari bahasa Arab "tsana" yang berarti mulia.
Dalam konteks sejarah Islam Nusantara, Wali Songo bukan hanya sekedar sembilan individu, tetapi merupakan representasi dari dewan dakwah atau dewan mubaligh. Ketika salah satu wali wafat atau pergi, posisinya akan digantikan oleh wali lainnya, sehingga jumlah sembilan tetap terjaga. Konsep ini menunjukkan bahwa Wali Songo adalah sebuah institusi dakwah yang terorganisir dengan baik.
Masyarakat Jawa sering menyebut para wali dengan sebutan "Sunan" yang berarti orang yang terhormat atau yang dijunjung tinggi. Setiap wali memiliki sebutan yang disesuaikan dengan tempat tinggal atau wilayah tempat mereka menyebarkan ajaran Islam. Melansir dari Ensiklopedi Budaya Islam Nusantara, para wali ini memiliki kemampuan ilmu kanuragan yang digunakan saat menghadapi bahaya, namun mereka tetap tidak pernah menyakiti orang yang bermaksud jahat, sehingga justru membuat lawan-lawan mereka sadar dan ingin belajar dari para wali.
2. Daftar Lengkap Nama Nama Wali Songo
Berikut adalah daftar lengkap nama-nama Wali Songo beserta nama asli dan wilayah dakwah mereka:
- Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) — Wafat 1419 M, dimakamkan di Gresik. Beliau dianggap sebagai "Ayah Wali Songo" karena merupakan penyebar Islam pertama di Jawa dan ayah dari Sunan Ampel.
- Sunan Ampel (Raden Rahmat) — Wafat 1478 M, dimakamkan di Surabaya. Beliau merupakan putra dari Sunan Gresik yang mendirikan pesantren di Ampel Denta dan menjadi perancang Kerajaan Islam di Pulau Jawa.
- Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) — Wafat 1525 M, dimakamkan di Tuban. Beliau merupakan putra Sunan Ampel yang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan pencipta gamelan sekaten serta tembang Durma.
- Sunan Giri (Raden Paku/Jaka Samudra) — Wafat awal abad ke-16, dimakamkan di Gresik. Murid Sunan Ampel yang aktif dalam pendirian Kesultanan Demak dan pencipta tembang dolanan anak.
- Sunan Drajat (Raden Qasim) — Wafat 1522 M, dimakamkan di Lamongan. Beliau merupakan putra bungsu Sunan Ampel yang dikenal dengan ajaran sosialnya dan dakwah bil-hikmah.
- Sunan Kalijaga (Raden Sahid) — Wafat pertengahan abad XV, dimakamkan di Demak. Wali asli Jawa yang menggunakan wayang dan kesenian sebagai media dakwah.
- Sunan Kudus (Ja'far Sadiq) — Wafat 1550 M, dimakamkan di Kudus. Mendapat julukan "wali al-'ilm" karena keluasan ilmunya dan membangun Masjid Menara Kudus.
- Sunan Muria (Raden Umar Said) — Wafat abad ke-16, dimakamkan di Kudus. Beliau merupakan putra dari Sunan Kalijaga yang berdakwah di daerah terpencil dan mengajarkan pertanian kepada masyarakat.
- Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) — Wafat 1570 M, dimakamkan di Cirebon. Pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten yang menyebarkan Islam di Jawa Barat.
Menurut Ensiklopedi Budaya Islam Nusantara, keberadaan para Wali Songo tidak dapat dilepaskan dari kerajaan Champa sekitar tahun 1300-an Masehi, di mana terdapat tokoh ulama Ibrahim Asmaraqandi yang menikah dengan keturunan Ratu Champa dan memiliki putra Raden Rahmat yang kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel.
3. Metode Dakwah dan Pendekatan Budaya
Keunikan dari para tokoh Wali Songo terletak pada metode dakwah mereka yang sangat menghargai budaya lokal. Berbeda dengan penyebaran Islam di wilayah lain yang sering menggunakan pendekatan militer, Wali Songo memilih jalan damai melalui akulturasi budaya. Mereka belajar bahasa lokal, memperhatikan kebudayaan dan adat, serta kesenangan dan kebutuhan masyarakat.
Para wali menggunakan berbagai media dakwah yang kreatif dan inovatif. Sunan Kalijaga menciptakan wayang dengan tokoh Punakawan dan menggunakan kesenian tradisional. Sunan Bonang mengembangkan gamelan dengan menambahkan rebab dan bonang, serta menciptakan tembang-tembang keislaman. Sunan Giri menciptakan permainan anak-anak seperti "cublak-cublak suweng" yang mengandung nilai-nilai Islam.
Dalam bidang arsitektur, para wali juga menunjukkan toleransi budaya. Bangunan masjid dan langgar dibuat bercorak Jawa dengan genteng bertingkat-tingkat, bahkan Masjid Kudus dilengkapi menara dan gapura bercorak Hindu. Pendekatan ini membuat masyarakat tidak merasa asing dengan Islam karena dikemas dalam bingkai budaya yang sudah mereka kenal.
Melansir dari Ensiklopedi Budaya Islam Nusantara, Wali Songo juga mendirikan pesantren-pesantren yang menurut sebagian sejarawan mirip padepokan-padepokan Hindu dan Buddha untuk mendidik calon-calon dai. Hal ini menunjukkan bagaimana mereka mengadaptasi sistem pendidikan yang sudah ada sambil mengisinya dengan konten Islam.
4. Warisan Spiritual dan Budaya
Warisan dari Wali Songo tidak hanya berupa masjid dan makam yang hingga kini masih diziarahi, tetapi juga berupa tradisi spiritual dan budaya yang masih hidup di masyarakat Jawa. Kidung Rumeksa Ing Wengi karya Sunan Kalijaga masih dibaca sebagai doa perlindungan. Tradisi sekaten yang berasal dari "syahadatain" masih diselenggarakan di berbagai keraton.
Para wali juga meninggalkan warisan dalam bentuk ajaran tasawuf dan tarekat. Konsep "kasunyatan" atau pengetahuan tentang hakikat realitas yang dikembangkan Wali Songo menjadi bagian penting dari spiritualitas Jawa-Islam. Mereka berhasil menyinkronkan konsep-konsep filosofis Jawa dengan ajaran Islam tanpa menghilangkan esensi keduanya.
Dalam bidang sosial, ajaran Sunan Drajat tentang kepedulian sosial - "paring teken marang kang kalunyon lan wuto, paring pangan marang kang kaliren" (memberi tongkat kepada orang buta, memberi makan kepada yang lapar) - masih menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Tradisi pengajian yang dimulai oleh para wali berkembang menjadi sistem pendidikan pesantren yang tersebar di seluruh Nusantara.
Mengutip dari Ensiklopedi Budaya Islam Nusantara, tradisi dungo (doa) dalam bahasa Jawa yang dikembangkan Wali Songo masih dipraktikkan dalam berbagai ritual masyarakat, seperti ritual mapag sri yang diisi dengan dzikir dan tahlil, serta tradisi membaca Al-Quran saat kehamilan dengan surat-surat tertentu seperti Muhammad, Ar-Rahman, Maryam, dan Yusuf.
5. Pengaruh Terhadap Perkembangan Islam Nusantara
Wali Songo memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembanga karakteristik ajaran Islam Nusantara yang moderat dan toleran. Pendekatan dakwah mereka yang menghargai keberagaman budaya menjadi fondasi bagi pengembangan Islam yang ramah dan inklusif di Indonesia. Model pesantren yang mereka kembangkan menjadi pusat pendidikan Islam yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu umum dan keterampilan hidup.
Konsep "Islam Nusantara" yang berkembang saat ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi yang dimulai oleh Wali Songo. Mereka menunjukkan bahwa Islam dapat beradaptasi dengan budaya lokal tanpa kehilangan identitas dan prinsip-prinsip dasarnya. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan tradisi Jawa dalam berbagai aspek kehidupan.
Para wali juga berperan dalam pembentukan struktur sosial-politik Islam di Jawa. Mereka tidak hanya berdakwah, tetapi juga terlibat dalam pendirian kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Cirebon, dan Banten. Sunan Ampel tercatat sebagai perancang Kerajaan Islam di Pulau Jawa dan yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama Demak.
Dalam konteks kekinian, warisan Wali Songo menjadi rujukan penting dalam menghadapi tantangan modernitas dan globalisasi. Pendekatan mereka yang menggabungkan kearifan lokal dengan ajaran universal Islam memberikan inspirasi bagi pengembangan dakwah yang kontekstual dan efektif di era modern.
6. FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Q: Siapa saja nama nama Wali Songo dan apa nama asli mereka?
A: Nama nama Wali Songo adalah: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim), Sunan Giri (Raden Paku), Sunan Drajat (Raden Qasim), Sunan Kalijaga (Raden Sahid), Sunan Kudus (Ja'far Sadiq), Sunan Muria (Raden Umar Said), dan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).
2. Q: Mengapa disebut Wali Songo dan bukan nama lain?
A: Istilah Wali Songo berasal dari kata "Wali" yang berarti orang suci atau yang dekat dengan Allah, dan "Songo" dalam bahasa Jawa yang berarti sembilan. Ada juga pendapat yang menyatakan "songo" berasal dari bahasa Arab "tsana" yang berarti mulia, sehingga Wali Songo berarti para wali yang mulia.
3. Q: Di mana saja wilayah dakwah nama nama Wali Songo?
A: Wilayah dakwah Wali Songo tersebar di sepanjang pesisir utara Jawa, mulai dari Cirebon (Sunan Gunung Jati), Demak (Sunan Kalijaga), Kudus (Sunan Kudus dan Sunan Muria), Tuban (Sunan Bonang), Lamongan (Sunan Drajat), Gresik (Sunan Gresik dan Sunan Giri), hingga Surabaya (Sunan Ampel).
4. Q: Apa metode dakwah utama yang digunakan Wali Songo?
A: Metode dakwah utama Wali Songo adalah pendekatan kultural yang damai, menggunakan akulturasi budaya lokal dengan ajaran Islam. Mereka memanfaatkan kesenian tradisional seperti wayang, gamelan, tembang, dan permainan anak-anak sebagai media penyebaran Islam tanpa memaksa atau menghapus tradisi yang sudah ada.
5. Q: Siapa di antara nama nama Wali Songo yang paling senior?
A: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) dianggap sebagai wali paling senior dan dijuluki "Ayah Wali Songo" karena beliau adalah penyebar Islam pertama di Jawa dan ayah dari Sunan Ampel. Beliau wafat pada tahun 1419 M dan dimakamkan di Gresik.
6. Q: Apakah semua Wali Songo berasal dari luar Jawa?
A: Tidak semua Wali Songo berasal dari luar Jawa. Sunan Kalijaga (Raden Sahid) adalah wali yang asli orang Jawa, putra Tumenggung Wilatikta dari Tuban. Sunan Muria juga lahir di Jawa sebagai putra Sunan Kalijaga. Sementara wali lainnya berasal dari berbagai daerah seperti Asia Tengah, Champa, dan Arab.
7. Q: Apa warisan terpenting dari nama nama Wali Songo bagi Islam Indonesia?
A: Warisan terpenting Wali Songo adalah model Islam Nusantara yang moderat dan toleran, sistem pendidikan pesantren, tradisi dakwah kultural yang menghargai keberagaman, serta integrasi nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal. Mereka juga meninggalkan berbagai karya seni, arsitektur, dan tradisi spiritual yang masih hidup hingga kini di masyarakat Indonesia.
(kpl/cmk)
Chiara Mahardika Kinanti Sarono
Advertisement