Dosen Yusri Fajar Tetap Yakin Film 'SURAT DARI PRAHA' Plagiat
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Dua sisi berbeda ditunjukkan oleh penulis buku kumpulan cerita pendek Surat Dari Praha, Yusri Fajar dengan sutradara film SURAT DARI PRAHA Angga Dwimas Sasongko. Penulis tersebut menolak disebut gegabah atau terlalu dini terkait tuduhan plagiator pada rumah produksi Visinema Pictures.
"Sejak persoalan ini bergulir, mereka (Visinema Pictures) mengajak pertemuan pada 9 Agustus 2015. Kami sangat terbuka. Saat itu yang datang Irvan Ramli, penulis skenario dan didampingi, Aries," kata Yusri Fajar di Rumah Keadilan, Jalan Pisang Kipas IV Malang, Selasa (2/2) petang.
Saat itu, kata Yusri terjadi diskusi tentang SURAT DARI PRAHA namun tidak ditemukan titik temu, sehingga disepakati untuk pertemuan lanjutan. "Saat itu ada semangat pertemuan lanjutan. Hal itu yang menjadi dasar kami berani menunggu," katanya.
Sejak pertemuan pada bulan Agustus 2015 hingga kemudian digelar preskon 20 Januari 2016 merupakan waktu yang panjang. Yusri merasa gelisah dan kaget dengan kemunculan berita dan trailer film yang sudah beredar luas. Padahal pada keyakinan bahwa film itu hasil plagiasi karyanya.
Yusri Fajar tetap yakin film SURAT DARI PRAHA plagiat karyanya. ©KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Di sisi lain Visinema Pictures sebelumnya menggelar preskon dan menganggap pihak Yusri mengiring opini dan menghakimi tanpa legal standing. Pihak Visinema merasa keberatan dengan tudingan seolah keras kepala dan menolak mediasi.
"Kami merasa dirugikan karena dikesankan sebagai pihak yang tidak mau diajak mediasi dan keras kepala. Perlu ditegaskan kami tidak pernah mendapat somasi dan karena itu sulit mempelajari dan merespon keberatan saudara Yusri," kata Sutradara Angga dalam jumpa pers di Filosofi Kopi, kawasan Melawai, Jakarta Selatan, Senin (1/2).
Pihak Yusri sendiri mengatakan menginginkan ruang dialog dan diskusi, dengan harapan bisa ada upaya saling menghargai sebagai sesama pencipta karya. Dosen Universitas Brawijaya itu lantas mengungkap bagaimana awal mula ia menemukan bahwa karyanya ada kemungkinan diplagiat.
"Awal 2015, ada teman yang memberitahu saya kalau ada film berjudul SURAT DARI PRAHA. 'Itu bukumu yang difilmkan?' Secara sekilas temanya mirip, tentang eksil (orang yang terasingkan) di Praha," kisahnya.
Sebagian orang sudah familiar dengan judul itu, sehingga saat disebut SURAT DARI PRAHA langsung yang dipahami nama Yusri Fajar sebagai penulisnya. Buku SURAT DARI PRAHA memang sudah launching di berbagai kota.
"Temen-temen sudah mengetahui semua tentang itu. Publikasi sejak 2012, pernah dilaunching dan didiskusikan di Yogjakarta, Madura dan Jember," ungkapnya.
Buku SURAT DARI PRAHA sendiri berisi kumpulan cerpen tentang mahasiswa Indonesia yang dikirim presiden Soekarno belajar di Praha. Karena kisruh peristiwa G/30-S/PKI, para mahasiswa tidak bisa kembali ke Indonesia.
Mereka diberi pilihan, boleh pulang ke Indonesia asalkan mau mengakui kalau terlibat pemberontakan PKI. Tetapi karena merasa tidak terlibat, dan menjaga sebuah idealisme terpaksa kehilangan kewarganegaraan.
"Sejak persoalan ini bergulir, mereka (Visinema Pictures) mengajak pertemuan pada 9 Agustus 2015. Kami sangat terbuka. Saat itu yang datang Irvan Ramli, penulis skenario dan didampingi, Aries," kata Yusri Fajar di Rumah Keadilan, Jalan Pisang Kipas IV Malang, Selasa (2/2) petang.
Saat itu, kata Yusri terjadi diskusi tentang SURAT DARI PRAHA namun tidak ditemukan titik temu, sehingga disepakati untuk pertemuan lanjutan. "Saat itu ada semangat pertemuan lanjutan. Hal itu yang menjadi dasar kami berani menunggu," katanya.
Sejak pertemuan pada bulan Agustus 2015 hingga kemudian digelar preskon 20 Januari 2016 merupakan waktu yang panjang. Yusri merasa gelisah dan kaget dengan kemunculan berita dan trailer film yang sudah beredar luas. Padahal pada keyakinan bahwa film itu hasil plagiasi karyanya.
Di sisi lain Visinema Pictures sebelumnya menggelar preskon dan menganggap pihak Yusri mengiring opini dan menghakimi tanpa legal standing. Pihak Visinema merasa keberatan dengan tudingan seolah keras kepala dan menolak mediasi.
"Kami merasa dirugikan karena dikesankan sebagai pihak yang tidak mau diajak mediasi dan keras kepala. Perlu ditegaskan kami tidak pernah mendapat somasi dan karena itu sulit mempelajari dan merespon keberatan saudara Yusri," kata Sutradara Angga dalam jumpa pers di Filosofi Kopi, kawasan Melawai, Jakarta Selatan, Senin (1/2).
Pihak Yusri sendiri mengatakan menginginkan ruang dialog dan diskusi, dengan harapan bisa ada upaya saling menghargai sebagai sesama pencipta karya. Dosen Universitas Brawijaya itu lantas mengungkap bagaimana awal mula ia menemukan bahwa karyanya ada kemungkinan diplagiat.
"Awal 2015, ada teman yang memberitahu saya kalau ada film berjudul SURAT DARI PRAHA. 'Itu bukumu yang difilmkan?' Secara sekilas temanya mirip, tentang eksil (orang yang terasingkan) di Praha," kisahnya.
Sebagian orang sudah familiar dengan judul itu, sehingga saat disebut SURAT DARI PRAHA langsung yang dipahami nama Yusri Fajar sebagai penulisnya. Buku SURAT DARI PRAHA memang sudah launching di berbagai kota.
"Temen-temen sudah mengetahui semua tentang itu. Publikasi sejak 2012, pernah dilaunching dan didiskusikan di Yogjakarta, Madura dan Jember," ungkapnya.
Buku SURAT DARI PRAHA sendiri berisi kumpulan cerpen tentang mahasiswa Indonesia yang dikirim presiden Soekarno belajar di Praha. Karena kisruh peristiwa G/30-S/PKI, para mahasiswa tidak bisa kembali ke Indonesia.
Mereka diberi pilihan, boleh pulang ke Indonesia asalkan mau mengakui kalau terlibat pemberontakan PKI. Tetapi karena merasa tidak terlibat, dan menjaga sebuah idealisme terpaksa kehilangan kewarganegaraan.
Simak Juga:
Dianggap Plagiat, Muncul Petisi Tolak Film 'SURAT DARI PRAHA'
Mengenal Hak Cipta Karya Seni, Jangan Buru-Buru Bilang Plagiat!
Dituduh Menjiplak, Sutradara 'SURAT DARI PRAHA' Beri Klarifikasi
Dee Fokus Buku Terakhir, 'SUPERNOVA AKAR' Difilmkan 2 Tahun Lagi
Rio Dewanto Buka-Bukaan Bakal Produseri Film 'SUPERNOVA AKAR'
(Kondisi Vidi Aldiano bikin khawatir, kesakitan jalan di panggung dan dituntun Deddy Corbuzier.)
(kpl/dar/sjw)
Reporter:
Darmadi Sasongko
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement