Nama Asli Sunan Drajat: Sejarah dan Identitas Wali Songo yang Peduli Sosial
nama asli sunan drajat
Kapanlagi.com - Sunan Drajat merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa yang dikenal dengan kepeduliannya terhadap kaum miskin dan anak yatim. Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qasim atau Raden Syarifuddin, yang merupakan putra dari Sunan Ampel.
Beliau lahir di Ampeldenta pada tahun 1470 dan wafat di Paciran, Lamongan pada tahun 1522. Sejak kecil, nama asli Sunan Drajat yaitu Raden Qasim telah menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam menyerap ilmu agama dari ayahnya.
Mengutip dari buku "Sejarah Wali Songo" karya Zulham Farobi, Sunan Drajat menerapkan metode dakwah yang lembut dan damai sehingga dapat diterima dengan sangat baik oleh masyarakat Jawa. Pendekatan sosialnya yang unik membuat beliau dikenal sebagai wali yang paling peduli terhadap kesejahteraan rakyat.
Advertisement
1. Identitas dan Nama Asli Sunan Drajat
Nama utama Sunan Drajat yang paling dikenal adalah Raden Qasim, meskipun beliau juga disapa Raden Syarifuddin dan dicatat dalam naskah kuno sebagai Qosim, Kasim, atau Masih Munat. Gelar "Sunan Drajat" disandangnya karena beliau memulai pusat dakwahnya di Desa Drajat, Lamongan, sebuah desa yang berkat usahanya berubah dari gersang menjadi makmur, memberikannya gelar kehormatan lain dari Sultan Demak, "Sunan Mayang Madu". Sebagai putra dari Sunan Ampel dan adik bungsu Sunan Bonang, beliau memiliki silsilah yang mulia, yakni keturunan ke-23 Nabi Muhammad SAW. Garis keturunan ini, yang dapat ditelusuri hingga generasi ke-34 dari Rasulullah SAW melalui Sunan Ampel, memperkuat legitimasi spiritual dan posisinya dalam struktur Walisongo.
2. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Raden Qasim tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat religius dan terpelajar. Ayahnya, Sunan Ampel, merupakan tokoh sentral dalam penyebaran Islam di Jawa Timur dan pemimpin spiritual Wali Songo. Dari ayahnya inilah beliau memperoleh pendidikan agama yang mendalam sejak usia dini.
Pendidikan Sunan Drajat tidak hanya terbatas pada ilmu agama dari ayahnya, tetapi juga dari para ulama yang datang bersama kapal-kapal dagang ke Pulau Jawa. Keterbukaan terhadap berbagai sumber ilmu ini membuat pengetahuan Islamnya semakin luas dan mendalam. Beliau juga belajar dari muslim-muslim yang datang dari berbagai daerah.
Berbeda dengan kakaknya Sunan Bonang yang lebih fokus pada dakwah melalui seni dan budaya, Sunan Drajat sejak muda telah menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Kepedulian ini kemudian menjadi ciri khas dakwahnya di kemudian hari.
3. Wilayah Dakwah dan Penyebaran Islam
Perjalanan dakwah Sunan Drajat dimulai dari Gresik, tempat beliau pertama kali mendarat di daerah Jelak, Banjarwati pada akhir abad ke-15 M. Di sana beliau membangun musala yang tidak hanya digunakan untuk ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan dakwah dan pendidikan.
1. Titik Awal di Gresik (Banjaranyar)
-
Beliau memulai dakwah di Desa Jelak, Gresik, dengan membangun sebuah musala yang kemudian berkembang menjadi pesantren.
-
Desa ini berkembang pesat karena banyaknya santri, hingga berganti nama menjadi Banjaranyar.
2. Perpindahan ke Lamongan (Desa Drajat)
-
Sunan Drajat meninggalkan pesisir utara dan melakukan perjalanan ke selatan, tiba di sebuah desa bernama Drajat.
-
Nama desa ini menjadi asal-usul gelar beliau, "Sunan Drajat".
3. Pusat Dakwah Utama (Dalem Duwur)
-
Beliau memilih Lamongan karena posisinya yang strategis dan berada di bawah pengaruh Sultan Demak.
-
Di sana, beliau mendirikan pesantren utama yang diberi nama Dalem Duwur.
4. Pembangunan Infrastruktur dan Pengakuan
-
Di Dalem Duwur, beliau membangun masjid sebagai pusat ibadah dan pemukiman untuk komunitas Muslim baru.
-
Keberhasilan dakwahnya mengubah wilayah gersang menjadi subur dan makmur.
-
Pencapaian ini mendapat pengakuan resmi dari Kerajaan Demak.
Strategi dakwah Sunan Drajat berbeda dengan wali lainnya karena beliau melakukan pendekatan langsung tanpa menggunakan media seni seperti yang dilakukan Sunan Bonang. Pendekatan ini terbukti efektif dalam menarik masyarakat untuk memeluk Islam.
4. Metode Dakwah dan Ajaran Sosial
Sunan Drajat dikenal sebagai wali yang paling memperhatikan aspek sosial dalam dakwahnya. Beliau selalu mengutamakan kesejahteraan kaum fakir miskin dan mengusahakan peningkatan taraf hidup masyarakat sebelum mengajarkan ajaran Islam secara mendalam.
Metode dakwah beliau dimulai dengan mengajarkan keterampilan praktis kepada masyarakat, seperti cara bertanam, berdagang, membangun rumah, dan membuat alat untuk memikul barang dagangan. Setelah kehidupan ekonomi masyarakat membaik, barulah beliau mengajarkan ajaran Islam secara bertahap.
Pendekatan ini sangat efektif karena membangun kepercayaan masyarakat terlebih dahulu. Masyarakat melihat manfaat nyata dari kehadiran Sunan Drajat dalam kehidupan mereka, sehingga lebih mudah menerima ajaran agama yang disampaikan.
Ajaran utama yang ditekankan Sunan Drajat meliputi etos kerja keras, empati yang diwujudkan melalui sifat dermawan, sikap tenggang rasa, kepedulian terhadap sesama, gotong royong, solidaritas sosial, dan komitmen untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungan sekitar.
5. Ajaran Catur Piwulang dan Pepali Pitu
Sunan Drajat mewariskan dua ajaran filosofis yang menjadi pedoman hidup bagi para pengikutnya. Ajaran pertama adalah Catur Piwulang yang terdiri dari empat prinsip utama dalam membantu sesama manusia.
- Paring teken marang kang kalunyon lan wuto - Berikan tongkat kepada orang yang berjalan di jalan licin dan buta
- Paring pangan marang kang keliren - Berikanlah makanan kepada orang yang kelaparan
- Paring sandang marang kang kawudan - Berikanlah pakaian kepada orang yang telanjang
- Paring payung marang kang kodanan - Berikanlah payung kepada orang yang kehujanan
Ajaran kedua adalah Pepali Pitu yang merupakan tujuh filosofi hidup yang lebih komprehensif. Ajaran ini mencakup aspek spiritual, sosial, dan moral yang harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Pepali Pitu ini dapat ditemukan tertera di anak tangga kompleks Makam Sunan Drajat sebagai pengingat bagi para peziarah.
Kedua ajaran ini menunjukkan bahwa Sunan Drajat tidak hanya fokus pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga menekankan pentingnya implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Pendekatan holistik ini menjadi ciri khas yang membedakan beliau dari wali lainnya.
6. FAQ (Frequently Asked Questions)
Apa nama asli Sunan Drajat?
Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qasim atau Raden Syarifuddin. Beliau juga dikenal dengan nama lain seperti Qosim, Kasim, dan Masih Munat dalam berbagai naskah sejarah.
Mengapa disebut Sunan Drajat?
Beliau disebut Sunan Drajat karena memulai dakwahnya di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Desa yang awalnya gersang ini kemudian menjadi subur dan makmur berkat usaha beliau.
Siapa orang tua Sunan Drajat?
Sunan Drajat adalah putra dari Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Dewi Candrawati. Beliau merupakan adik bungsu dari Sunan Bonang dan termasuk keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad SAW.
Kapan Sunan Drajat lahir dan wafat?
Sunan Drajat lahir di Ampeldenta pada tahun 1470 dan wafat di Paciran, Lamongan pada tahun 1522. Beliau dimakamkan di Lamongan, Jawa Timur.
Apa ciri khas dakwah Sunan Drajat?
Ciri khas dakwah Sunan Drajat adalah pendekatan sosial yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Beliau mengajarkan keterampilan praktis terlebih dahulu sebelum menyampaikan ajaran agama.
Apa itu ajaran Catur Piwulang?
Catur Piwulang adalah empat ajaran Sunan Drajat tentang cara membantu sesama, yaitu memberi tongkat pada yang buta, makanan pada yang lapar, pakaian pada yang telanjang, dan payung pada yang kehujanan.
Di mana lokasi makam Sunan Drajat?
Makam Sunan Drajat terletak di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Kompleks makam ini menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi hingga saat ini.
(kpl/thy)
Advertisement