Kapanlagi.com - Berbeda dengan SURGA YANG TAK DIRINDUKAN (2015) dan SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 (2017) yang mengangkat poligami, film SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 3 mengusung tema poliandri. Karenanya Hanung Bramantyo yang bertindak sebagai co-producer mengajak Pritagita Arianegara duduk di kursi penyutradaraan.
Menurut Hanung, perlu suara perempuan untuk film ketiga ini mengingat tema yang diemban. Karena jika memaksa dirinya sebagai sutradara, akan masuk ego seorang laki-laki.
© KapanLagi.com/Adi Abbas Nugroho
"Cerita film ketiga ini membalik semuanya. Karena itu saya membutuhkan Prita untuk menyutradarai film ini karena ini cerita tentang perempuan menghadapi yang datang dari masa lalu. Kalau saya sutradara, pasti ada nilai laki-laki saya masuk di situ, ada ego laki-laki saya muncul di situ. Karena harus muncul sisi perempuan di sini," kata Hanung ditemui di MD Place, kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (17/3/2021).
"Mas Hanung bilang harus sutradara perempuan karena ada suara perempuan yang harus diangkat. Ini kesempatan untuk membuat bahwa perempuan mempunyai suara ketika ada hal yang apa-apa durhaka, dikaitkan dengan kedurhakaan terhadap laki-laki atau suami. Di sini dikasih ruang bicara masih di bawah dasar agama," jelas wanita berkacamata yang akrab disapa Prita tersebut.
"Kalau laki-laki keluar rumah dia pulang bawa wanita itu seolah common. Tapi ketika perempuan keluar harus izin, kalau nggak izin dosa, dan pulang bawa rahasia itu dosa besar. Nah kita berbicara itu di film ini yang kemudian membuat peran Pras dan Meirose menjadi berbeda. Kita selalu melihat yang durhaka perempuan, kita lupa laki-laki juga ada hukum-hukum yang lebih berat ketika melakukannya terhadap perempuan," tutup Hanung.