DJ Panda dan Cancel Culture, Ketika Satu Skandal Menghapus Banyak Peluang
Diperbarui: Diterbitkan:

DJ Panda © instagram.com/djpanda_official
Kapanlagi.com - Kasus kehamilan Erika Carlina di luar nikah tak hanya memancing kehebohan publik, tapi juga menyeret nama DJ Panda ke pusaran kontroversi. Setelah Erika secara terbuka mengumumkan kehamilannya dan identitas ayah dari anak yang dikandungnya, DJ Panda secara blak-blakan mengakui dirinya adalah pria yang dimaksud.
Klarifikasi ini disampaikan melalui akun Instagram pribadinya dan menjadi sorotan besar warganet. Alih-alih meredakan kegaduhan, pengakuan tersebut justru memperbesar gelombang cancel culture yang menimpa DJ yang sebelumnya populer di kalangan anak muda ini.
Advertisement
1. Dylan Wang versi Indonesia
Sebelum kasus ini mencuat, nama DJ Panda memang belum terlalu dikenal publik luas, namun di dunia nightlife dan komunitas DJ, ia cukup memiliki nama. Parasnya yang tampan membuat banyak penggemar menyebutnya sebagai 'Dylan Wang versi Indonesia'.
Ia aktif mengunggah aktivitas nge-DJ-nya melalui live streaming dan konten media sosial, yang membuatnya semakin memiliki fanbase loyal. Gaya performa yang energik dan interaktif membuatnya sering tampil di berbagai event hiburan malam, baik di Jakarta maupun kota-kota besar lain.
(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)
2. Jadwal Banyak Dibatalkan
DJ Panda © instagram.com/djpanda_official
Namun, semuanya berubah drastis setelah kasus kehamilan Erika Carlina menjadi berita utama. Dalam hitungan hari, jadwal manggung DJ Panda dibatalkan di berbagai klub malam.
Cancel culture menjadi fenomena besar yang semakin sering terjadi, di mana warganet menggunakan kekuatan kolektif media sosial untuk “menghukum” seseorang yang dianggap melakukan kesalahan.
Advertisement
3. Berdampak pada Finansial
DJ Panda © instagram.com/djpanda_official
Dampaknya tidak hanya berupa hujatan daring, tapi juga bisa berujung pada kerugian ekonomi yang signifikan. Cancel culture dapat dilakukan dengan cara memberikan rating rendah ke produk atau tempat hiburan yang masih bekerja sama dengan artis yang terlibat skandal. Kasus ini menunjukkan bagaimana tekanan digital bisa merembet ke aspek profesional dan finansial secara cepat.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Di Korea Selatan, cancel culture bahkan bisa lebih ekstrem. Artis seperti Kim Seon-ho pernah mengalami pembatalan berbagai proyek film dan iklan setelah isu pribadinya muncul ke publik. Meski lantas terbukti tak sepenuhnya bersalah, butuh waktu dan upaya besar baginya untuk kembali diterima publik.
4. Kasus Saipul Jamil
Persamaan antara Indonesia dan Korea terletak pada kekuatan warganet yang sangat masif dalam menggerakkan opini publik. Perbedaannya, di Korea biasanya agensi sangat aktif mengelola damage control, sedangkan di Indonesia, artis lebih banyak bergerak sendiri tanpa manajemen krisis yang solid.
Di Indonesia sendiri, contoh nyata lain dari korban cancel culture adalah Saipul Jamil. Setelah keluar dari penjara karena kasus pencabulan terhadap remaja laki-laki, ia sempat kembali muncul di TV. Namun kemunculan itu langsung menuai protes keras dari publik hingga muncul petisi yang mendesak stasiun televisi tidak lagi memberi panggung pada Saipul.
5. Kuasa Publik
DJ Panda © instagram.com/djpanda_official
Pertanyaannya kemudian, apakah dampak cancel culture ini bersifat sementara atau bisa menjadi permanen? Jawabannya sangat bergantung pada dinamika publik dan respons sang artis. Ada kasus seperti Gisel atau Ariel NOAH yang perlahan bangkit dan kembali diterima publik, meski sempat 'di-cancel'.
Namun ada pula yang tenggelam selamanya dari radar hiburan. Faktor seperti permintaan maaf yang tulus, kontribusi positif ke masyarakat, serta perubahan perilaku sering jadi kunci pemulihan. Tapi tetap saja, jalan menuju pemulihan reputasi bukanlah hal mudah dan sering kali memakan waktu bertahun-tahun.
Fenomena DJ Panda menambah daftar panjang nama-nama publik figur yang harus berhadapan dengan gelombang cancel culture. Terlepas dari benar atau salahnya keputusan netizen, realita ini menunjukkan betapa besar kuasa publik dalam menentukan arah karier seseorang di era digital.
(Kena spill Ruben Onsu, Ayu Ting Ting ternyata sudah punya pacar baru?)
Advertisement