Sujiwo Tejo: 'Indonesia Raya' Harus Diamandemen!
Sujiwo Tejo di Mufakat Kebudayaan
Foto: Budi
Kapanlagi.com - Peduli akan kemajuan dan kebudayaan bangsa, Sujiwo Tejo ikut berpartisipasi dalam acara Mufakat Kebudayaan yang diadakan pada hari Minggu (26/7) lalu. Dalam acara itu, artis berambut gondrong ini membacakan maklumat kebudayaan di atas panggung. Selanjutnya, ia pun menyumbangkan sumbangsih pemikiran. Di sini, mengutarakan pendapatnya bahwa lagu kebangsaan Indonesia Raya perlu diamandemen."Yang pertama lagu Indonesia Raya harus diamandemen karena kata-katanya nggak oleh kita. Pertama kali aja sudah (bernada) marah, 'In-do-ne-sia!!' Marah lah itu. Bagaimana Indonesia menjadi bangsa yang besar kalau lagu kebangsaannya diawali dengan marah-marah begitu?" ujar Sujiwo.Ditemui di Tea Addict Cafe, Jl Gunawarman, Jakarta Selatan, tempat acara berlangsung, ia secara pribadi mengatakan ingin mengenalkan Pancasila versi kemufakatan bisa diterima tafsir dalam kesederhanaan saja. "Pancasila itu Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu harus diterapkan oleh bangsa Indonesia. Artinya Ketuhanan itu suwong, dan suwong itu empty not zero," ujarnya.Sementara, menyinggung soal budaya, Sujiwo punya cerita. Saat itu ia mengunjungi Jepara, di sana para dalang jadi 'kejet-kejet' termasuk semua kesenian tradisional. Menurutnya, di era pemerintahan Soeharto, baik ada ketentuan tertulis atau tidak di televisi wajib ada acara tradisional 30% atau lebih. Itulah yang membedakan tingginya kebudayaan dulu dibanding sekarang. "Makanya dulu ada wayang, sekarang nggak ada. Kalau acara televisi dibebaskan maka tuhannya rating. Kayak kuis aja dibatasi hadiahnya," kata Sujiwo.Di kesempatan ini, ia juga menuturkan bahwa kemelekatan harta yang selama ini ada harusnya lebih dipertimbangkan. "Kalian boleh punya istri empat, jaguar empat, tapi jangan kemelekatan ke harta, sebab kalau diminta Anda harus kasih ke negara lho ya," ujarnya."Hanya dengan itu kita bisa bicara kemanusiaan. Kalau kita terikat dengan milik kita, ntar presiden jadi terikat pada anaknya. Nggak mungkin kita bicara kemanusiaan," sambungnya. "Kalau kita senang dengan kemanusiaan, baru kita bisa ngomong tentang kebangsaan. Dan orang yang punya kebangsaan yang bisa memimpin demokrasi. Nggak ada one man one put di Indonesia, (tapi) kemufakatan yang ada di Indonesia.""Semua agenda di DPR, tidak ada sidang selain bertujuan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi kalau ada sidang pleno di DPR harusnya dilihat dari kacamata kebudayaan. (Tapi) kalau tujuannya perusahaan retail bisa masuk ke pelosok tradisional, bakal banyak orang 'kejet-kejet' semua. (Lalu) mau jadi apa bangsa kita?" tutur Sujiwo panjang lebar.  Â
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
Berita Foto
(kpl/buj/boo)
Advertisement
-
Teen - Fashion Kasual Celana Jeans Ala Anak Skena: Pilihan Straight sampai Baggy yang Wajib Dicoba
-
Teen - Lifestyle Gadget Smartwatch Kece Buat Gen Z yang Stylish, Fungsional, dan Nggak Bikin Kantong Kaget
