Kapanlagi.com - Sebelumnya, film layar lebar yang menyorot etnis Tionghoa cenderung mengumbar luka lama peristiwa 1998. Namun di era milenial cerita yang ada dibuat lebih ringan dan menghibur.

Satu judul yang patut diantisipasi kehadirannya adalah THE LAST BARONGSAI. Bukan cuma sekadar tontonan, tapi drama keluarga satu ini memiliki misi khusus yang ingin disampaikan Rano Karno selaku produser eksekutif. Apakah itu?

"Sebenarnya ini kekhawatiran pribadi. Secara nyata yang memainkan barongsai bukan tidak ada. Ada, tapi lebih banyak bukan pribumi. Sementara etnisnya tidak menggemari lagi. Intinya di situ, kebudayaan harus dipertahankan, dijaga, dilestarikan. Karena itu kekuatan sebuah bangsa," curah Rano Karno ditemui dalam press junket THE LAST BARONGSAI di kawasan Cikajang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (21/12).

Angkat sejarah Cina Benteng, Rano produseri THE LAST BARONGSAI/©KapanLagi.com®/Bayu Herdianto

Ide yang tertuang dalam film besutan Ario Rubbik ini sudah mengusik Gubernur Banten itu sejak lama. Yakni tentang kultur Cina Benteng di kota Tangerang.

"Cina Benteng ini terbentuk setelah perang di antara VOC dengan Tionghoa di tahun 1740. Mereka pecah lalu lari ke Tangerang dan Karawang. Ternyata etnis ini sangat memengaruhi ekonomi dan agama. Tapi saya tidak bicara soal itu, hanya berbicara soal keseniannya," imbuh pria yang angkat nama
lewat serial Si Doel Anak Sekolahan itu.

THE LAST BARONGSAI produksi Karnos Film ini akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 26 Januari 2017. Berkisah tentang Aguan (Dion Wiyoko) yang mendapatkan kesempatan kuliah di luar negeri namun terbentur undangan kejuaraan barongsai. 

Berita Foto

+8

FOTO: Selamat! Rano Karno Dikaruniai Cucu Cantik Lagi