Selain Soekarno, Tokoh-tokoh Berikut Juga Pernah Difilmkan

Penulis: Alfan

Diperbarui: Diterbitkan:

Selain Soekarno, Tokoh-tokoh Berikut Juga Pernah Difilmkan
'SOEKARNO: INDONESIA MERDEKA' @ (Dok. filmsoekarno)

Kapanlagi.com - Setelah pengadilan memutuskan bahwa SOEKARNO: INDONESIA MERDEKA bisa diputar kembali, para pengagum founding father negeri ini pun bisa bernafas lega. Pasalnya, setelah sempat tayang 2013 lalu, film tersebut dihentikan penayangannya karena digugat oleh putri sang proklamator sendiri. Drama pencekalan tersebut dikabarkan karena ada ketidakcocokan fakta sejarah dalam film yang dibintangi Ario Bayu tersebut.
Memang bukan perkara mudah menampilkan drama kehidupan seorang tokoh yang banyak dikenal orang. Transformasi cerita seluruh kehidupan menjadi sebuah film dengan durasi yang terbatas membuat banyak hal yang pastinya terasa berbeda, terutama bagi orang-orang yang mengenal langsung sosok tersebut. Karena faktor itulah, Rachmawati Soekarnoputri meminta pihak MPV Pictures menghentikan penayangan SOEKARNO tersebut.
Terlepas dari benar tidaknya fakta sejarah yang ada dalam SOEKARNO, genre biografi ternyata masih menjadi pilihan para pembuat film Indonesia. Semenjak era 70an, film yang berkisah tentang seorang tokoh sering dipilih para sineas untuk diangkat ke layar lebar. Mungkin mereka beranggapan bahwa semakin terkenal seorang tokoh, semakin tinggi popularitas filmnya nanti.
Karya biografi sendiri sebenarnya tidak melulu dianggap sebagai sebuah sejarah. Sebuah biografi sebenarnya adalah cerita kehidupan seseorang yang disampaikan menurut sudut pandang penceritanya. Jika yang bercerita adalah orang yang menyukainya, maka cerita tersebut akan terdengar bagus. Begitu juga sebaliknya.
Meskipun begitu, sebuah karya biografi yang diceritakan pada banyak orang tidak akan dibuat dengan asal-asalan. Penceritaannya pastilah didasarkan pada berbagai macam sudut pandang agar menghasilkan sebuah gambaran yang objektif. Untuk itu, seseorang yang membuat sebuah karya biografi, baik buku maupun film, pasti akan melakukan riset yang mendalam agar karyanya bisa diterima banyak orang.
Berikut ini adalah film-film Indonesia yang bercerita tentang tokoh-tokoh besar negeri ini. Apakah film-film tersebut sudah memberikan gambaran yang objektif? Silakan nilai sendiri!

1. 'TOHA, PAHLAWAN BANDUNG SELATAN' (1961)

'TOHA, PAHLAWAN BANDUNG SELATAN' (1961)

Terasa asing judul di atas? Yup, nama Toha sebagai pahlawan Kota Bandung memang kurang cukup dikenal saat ini. Mungkin karena ia memang jarang diperbincangkan dan tenggelam dalam ketenaran para pahlawan kemerdekaan lainnya.

Meskipun begitu, aksi heroiknya pernah diabadikan oleh Usmar Ismail melalui karyanya 55 tahun yang lalu. Pria asal Minangkabau ini tertarik dengan aksi Toha yang dengan gagah berani mempertahankan kotanya direbut kembali oleh Belanda.

Diceritakan bahwa Toha berhasil meledakkan gudang mesiu Belanda di Bandung dan membuat pertahanan mereka lumpuh. Tokoh Toha muncul ketika Belanda berusaha merebut kembali kedaulatan Indonesia di saat masa peralihan Jepang ke Belanda yang didukung Inggris.

Toha, sebagai orang biasa, digambarkan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap penderitaan orang-orang di sekitarnya. Ia rela berkorban demi kedaulatan bangsa meski harus kehilangan nyawanya. Cerita ini juga ditambahi bumbu percintaan oleh Usmar Ismail untuk melengkapi gambaran kehidupan Toha.

Usmar Ismail sendiri memang dikenal sebagai pelopor perfilman Indonesia yang banyak membuat film perjuangan. Film-filmnya antara lain adalah DARAH DAN DOA (1950), ENAM DJAM DI DJOGJA (1951), LEWAT DJAM MALAM (1954), dan PEDJUANG (1960). DARAH DAN DOA sendiri dijadikan tonggak lahirnya film asli Indonesia dan tanggal syuting pertamanya (30 Maret) ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.

TOHA, PAHLAWAN BANDUNG SELATAN dibintangi oleh Ismed M. Noor, Mieke Wijaya, Rachmat Hidayat, Wahab Abdi, Mila Karmila, Bambang Irawan, dan Masito Sitorus. Film tersebut saat itu masih dibuat dalam format hitam putih.

(Ashanty berseteru dengan mantan karyawannya, dirinya bahkan sampai dilaporkan ke pihak berwajib.)

2. 'TAPAK-TAPAK KAKI WOLTER MONGINSIDI' (1982)

'TAPAK-TAPAK KAKI WOLTER MONGINSIDI' (1982)

Wolter Monginsidi adalah pahlawan nasional yang lahir dan berjuang di Pulau Sulawesi. Pria kelahiran 14 Februari 1925 di Manado, Sulut ini berjuang melawan penjajahan Belanda saat ia berada di Makassar, Sulsel. Ia gugur di sana dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.

Kisah hidupnya tersebut kemudian diabadikan oleh Frank Rorimpandey dan Achiel Nasrun pada tahun 1982 dalam TAPAK-TAPAK KAKI WOLTER MONGINSIDI. Dengan bintang utamanya Roy Marten, film tersebut menggambarkan semangat juang pembentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) ini.

Dalam film tersebut, tokoh yang pernah mengajar Bahasa Jepang itu digambarkan sebagai sosok yang flamboyan, berani, terkadang nekad, dan agak emosional. Ia dan pasukannya selalu mengganggu Belanda. Akibat aksinya tersebut, Robert, nama kecil Monginsidi, akhirnya ditangkap.

Ketika akan dijatuhi hukuman, ayah Mongisidi mengajukan permohonan ampun bagi anaknya. Saat melakukan negosiasi, ternyata ia dijebak sehingga membuat putranya dihukum mati. Monginsidi dieksekusi tembak oleh tentara Belanda dan meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan para pengikutnya.

Film yang skenarionya ditulis oleh Putu Wijaya, Tim Angsa Gading Film, dan S. Sinansari Ecip ini menjadi unggulan dalam ajang Festival Film Indonesia 1983. Penghargaan Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik, diberikan pada Roy Marten, sebagai pemeran Wolter Mongisidi.

Selain ayah Gading Marten tersebut, film ini juga dibintangi oleh Tari Sutiono, Farouk Afero, Charlie Sahetapy, dan Ray Sahetapy. Ray Sahetapy sendiri saat ini sedang menunggu rilis film terbarunya, NEGERI TANPA TELINGA, pada pertengahan bulan Agustus mendatang.

3. 'R.A. KARTINI' (1982)

'R.A. KARTINI' (1982)

Ibu kita Kartini, putri sejati
Putri Indonesia, harum namanya
Wahai ibu kita Kartini, putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

Lirik lagu di atas merupakan gambaran kebanggaan pada tokoh pejuang emansipasi perempuan, R.A. Kartini, yang dibuat oleh W.R. Supratman. Karena pemikiran-pemikirannya yang maju, sosok Kartini begitu populer hingga ke mancanegara.

Lantaran hal itu, Sjuman Djaya pada tahun 1982 merilis film biopik perempuan berdarah biru tersebut. Film tersebut digarapnya mendekati cerita asli kehidupan R.A. Kartini. Hanya saja, ia menambahkan kisah-kisah romantis dalam cerita yang sudah populer ini.

R.A. KARTINI dibintangi oleh aktor-aktor handal seperti Jenny Rachman, Wisnu Wardhana, Nani Widjaja, Bambang Hermanto, dan Adi Kurdi. Film yang diproduseri Harris Lasmana tersebut mendapatkan banyak pujian di kalangan pengamat film.

Tak kurang dari 10 penghargaan diraih film berdurasi 127 menit tersebut. Delapan di antaranya adalah penghargaan Piala Citra untuk kategori Tata Artistik Terbaik, Penyuntingan Terbaik, Skenario Terbaik, Penyutradaraan Terbaik, Film Cerita Terbaik, Pemeran Pembantu Wanita Terbaik, Tata Musik Terbaik, dan Tata Kamera Terbaik.

Untuk bisa melihat karya Sjuman Djaya ini, kita bisa melihatnya di Koleksi Sinematek Indonesia. Kopiannya dalam bentuk film 35mm atau format VHS.

4. 'TJOET NJA DHIEN' (1988)

'TJOET NJA DHIEN' (1988)

Pada era penjajahan Belanda dahulu, tanah rencong telah melahirkan banyak pejuang, baik pria maupun wanita, yang bangkit bertempur membela bangsa. Salah satu pejuang wanita yang kemudian ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional adalah Cut Nyak Dhien. Perjuangannya melawan Belanda memang layak diteladani para generasi muda Indonesia.

Kegigihannya tersebut kemudian diabadikan seniman Eros Djarot dalam sebuah film drama epos TJOET NJA DHIEN pada tahun 1988. Film tersebut merupakan film pertama Eros Djarot dan langsung mendapatkan penghargaan terbanyak dalam ajang Festival Film Indonesia 1989.

Dalam film tersebut diceritakan perjuangan gigih Dhien bersama suaminya, Teuku Umar, melawan tentara Kerajaan Belanda yang menduduki tanah mereka kala itu. Setelah suaminya meninggal, Dhien memimpin pergerakan melawan Belanda dan mengalami berbagai macam pertempuran dan pengkhianatan.

Semakin lama, tubuh Dhien semakin melemah dan sakit-sakitan. Ia kemudian tertangkap dan dibuang ke tanah Jawa. Melalui film ini, Eros Djarot ingin menegaskan bahwa dalam setiap perjuangan, kekuatan iman adalah segalanya.

Dari sisi prestasi, TJOET NJA DHIEN memiliki catatan yang fantastis. Ada 19 penghargaan yang diterimanya, salah satunya adalah Grand Prix de la Semaine de la Critique kategori Feature Films dalam ajang bergengsi dunia, Festival de Cannes. Selain itu, film ini membawa pemeran Dhien, Christine Hakim, menyabet Piala Citra untuk keenam kalinya, sebuah perolehan terbanyak untuk aktor maupun aktris selama FFI 1973-1992.

Selain dibintangi oleh Christine Hakim, bintang-bintang besar lain yang memeriahkan TJOET NJA DHIEN adalah Slamet Rahardjo, Rudy Wowor, Hendra Yanuarti, Pitrajaya Burnama, Rita Zahara, dan Rosihan Anwar. Film berdurasi 150 menit ini didistribusikan oleh Kanta Indah Film dan diproduseri Alwin Abdullah, Alwin Arifin, dan Sugeng Djarot.

5. 'GIE' (2005)

'GIE' (2005)

Tokoh muda pergerakan Indonesia pada tahun 60-an, Soe Hok Gie, merupakan salah satu sosok yang cerita hidupnya diangkat ke dalam layar lebar. Dibuat berdasarkan buku cacatan harian karya Gie sendiri, film ini termasuk salam satu dari 25 film terbaik sepanjang masa.

Riri Riza adalah orang di balik kesuksesan film tersebut. Dinamai dengan nama tokohnya sendiri, GIE telah menarik lebih dari 350.000 penonton dalam waktu lima bulan.

Hampir sama dengan cerita aslinya, film ini menceritakan tentang kehidupan pemuda keturunan Tionghoa yang sangat kritis dengan kondisi lingkungan dan negaranya. Semangatnya untuk terus belajar dan melawan ketidakadilan membuat Gie dianggap sebagai sosok yang anng kali dikucilkan.

Dalam film ini, sutradara LASKAR PELANGI ini dengan berani menambahkan tokoh-tokoh tambahan. Tujuannya agar cerita tersebut lebih kuat dan dramatis.

Hasilnya, film ini masuk dalam 11 nominasi Piala Citra FFI 2005. Tiga di antaranya berhasil mendapatkan penghargaan Film Bioskop Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik (Nicholas Saputra), dan Pengarah Sinematografi Terbaik.

Film yang diproduksi oleh Mira Lesmana ini dibintangi artis-artis papan atas seperti Wulan Guritno, Indra Birowo, Lukman Sardi, Sita Nursanti, Thomas Nawilis, dan Jonathan Mulia. Selain itu, masih ada Christian Audy, Donny Alamsyah, Robby Tumewu, Tutie Kirana, Gino Korompis, Surya Saputra, dan Happy Salma yang menyemarakkan film berdurasi 147 menit ini.

6. 'SANG MURABBI' (2006)

'SANG MURABBI' (2006)

Mungkin banyak yang merasa kurang familiar dengan judul film ini. Hal itu wajar karena film tentang perjalanan hidup Almarhum KH Rahmat Abdullah (1953-2005) ini tidak disebarkan di bioskop-bioskop reguler, melainkan hanya berada di kalangan tarbiyah. Meskipun begitu, film ini layak diperhatikan karena kisah hidup sang tokoh menggambarkan nilai-nilai perjuangan yang begitu kuat.

Kisah film ini dimulai dengan narasi ibu Rahmat Abdullah, bahwa sejak kecil cita-cita putranya hanya menjadi guru. Cita-citanya itu terwujud ketika Rahmat dewasa. Bahkan, dirinya berkembang menjadi seorang ustad yang berjuang menyeimbangkan pendidikan agama, di samping pendidikan formal.

Dalam perjalanannya tersebut, banyak kondisi yang tidak menguntungkan dirinya. Apalagi setelah Peristiwa Tanjung Priok, dirinya dianggap menyebarkan ajaran sesat oleh masyarakat. Ia kemudian juga terlibat dalam Partai Keadilan (embrio Partai Keadilan Sosial-red.) dan terpilih sebagai anggota DPR.

Film ini disutradarai oleh Zul Ardhia dan dibintangi oleh Sutan Reinaldy, Aty Cancer, dan Astri Ivo. Dengan durasi 93 menit, film ini merupakan salah satu contoh film drama dokumenter.

Di akhir film ini terdapat beberapa testimoni tokoh-tokoh terkenal yang menguatkan sosok Rahmat Abdullah ini. Testimoni tersebut diberikan oleh KH Hilmi Aminuddin (Ketua Majelis Syuro PKS), Tifatul Sembiring (Presiden PKS), dan DR Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI).

Meskipun film ini bergenre drama dokumenter, bukan berarti film ini akan terasa sepi. Untuk menghidupkannya, dua lagu soundtrack film ini dibawakan oleh kelompok Nasyid Izzatul Islam, yakni Sang Murobbi dan Doa Robitoh.

7. 'SANG PENCERAH' (2010)

'SANG PENCERAH' (2010)

Diangkat dari kisah nyata pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, SANG PENCERAH termasuk jajaran film-film laris pada tahun 2010. Film besutan Hanung Bramantyo ini mengangkat semangat toleransi dan kerja sama antarwarga yang berbeda keyakinan. Film ini mengangkat sisi lain Ahmad Dahlan yang jarang diketahui publik saat ini.

Dimulai dari kegelisahan Dahlan muda, SANG PENCERAH menampakkan gambaran kehidupan Yogyakarta yang dipenuhi penyimpangan syariat Islam yang mengarah pada kesesatan, syirik, dan bid'ah. Hal itu semakin disadarinya sepulang dari memperdalam ajaran Islam di Mekah.

Konflik mulai timbul ketika ia mempermasalahkan arah kiblat yang sudah ditetapkan oleh Masjid Besar Kauman. Berdasarkan perhitungannya, arah sholat masyarakat di sana bukannya menghadap ke arah Ka'bah, namun malah melenceng jauh ke Afrika.

Sebagai seorang sutradara, Hanung tak main-main membawa atmosfer Yogyakarta pada akhir abad ke-19. Ia membuat reka ulang Stasiun Tugu dan jalan Malioboro di kompleks Kebun Raya Bogor. Dana produksi film yang memperoleh penghargaan Penata Artistik Terpuji ini mencapai sekitar Rp12 miliar.

Usaha tersebut tidak sia-sia. SANG PENCERAH mampu meraih lebih dari selusin penghargaan dalam berbagai ajang di Indoensia. Beberapa di antaranya adalah penghargaan Sutradara dan Aktor Terbaik dalam Festival Film Bandung 2011. Selain itu, film produksi Raam Punjabi ini juga mendapatkan penghargaan Film Indonesia Terbaik di Jakarta International Film Festival 2010.

Peran utama SANG PENCERAH ini dimainkan oleh salah satu aktor papan atas saat ini, Lukman Sardi. Selain itu, ia juga ditemani oleh artis-artis senior seperti Slamet Rahardjo, Ikranegara, Yati Surachman, dan Sujiwo Tejo.

8. 'SOEGIJA' (2012)

'SOEGIJA' (2012)

Satu lagi film yang diangkat dari perjalanan hidup pahlawan nasional, SOEGIJA. Nama yang mungkin kurang familiar ini ternyata memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia Serikat tahun 1940-1949.

Diangkat dari sisi kemanusiaan yang universal, SOEGIJA menceritakan catatan harian Albertus Soegijapranata tentang renungan-renungannya melihat ketidakadilan dalam masyarakat. Ia kemudian mencoba berperan di semua tingkat, baik politik lokal, nasional, maupun internasional.

Perjuangan Soegija dalam film ini tergolong dalam perang diplomasi. Ia merupakan salah satu tokoh yang berusaha meyakinkan Vatikan untuk mengakui kemerdekaan RI. Atas peran sertanya tersebut Presiden Soekarno memberikan penghargaan Pahlawan Nasional.

Sutradara senior Garin Nugraha ini mengungkapkan bahwa ini merupakan film termahal yang pernah ia buat. Garin berusaha merekonstruksi berbagai peristiwa sejarah di sekitar kehidupan tokoh agama ini. Film yang diproduseri oleh Djaduk Ferianto ini mengambil lokasi di sekitar daerah Yogyakarta dan Semarang.

Film ini dibintangi oleh Budayawan Indoensia, Nirwan Dewanto. Selain itu, film yang menggunakan campuran Bahasa Indonesia, Jawa, Belanda, dan Jepang ini juga diramaikan oleh Annisa Hertami, Wouter Zweers, Wouter Braaf, Nobuyuki Suzuki, Olga Lydia, Margono, dan Butet Kartaredjasa.

Di luar cerita film ini, ada sebuah fakta menarik yang perlu diketahui. Lantaran film ini bercerita tentang kehidupan tokoh Katolik, banyak sekolah-sekolah Katolik yang mewajibkan siswanya menonton film ini.

9. 'HABIBIE & AINUN' (2012)

'HABIBIE & AINUN' (2012)

Tahun 2012 menjadi tahun spesial bagi mantan presiden Indonesia, Bapak BJ Habibie. Pasalnya, cerita kehidupan dirinya bersama almarhum istri tercinta dibuat dan diputar di layar lebar. HABIBIE & AINUN menjadi film biopik tokoh nasional yang mengungkap sisi lain kehidupannya.

Film yang dibintangi aktor muda berbakat Reza Rahardian ini bercerita tentang sisi kehidupan pribadi seorang ilmuwan Indonesia terhebat, BJ Habibie. Kisah hidupnya berawal ketika ia jatuh cinta pada teman sekolahnya, Ainun. Kisah mereka kemudian berlanjut hingga jenjang pernikahan.

Dalam film ini, sutradara Faozan Rizal berusaha menampilkan arti kesetiaan cinta melalui kisah hidup mantan Menristek Indonesia tersebut. Walaupun diterpa berbagai macam cobaan, Habibie dan Ainun membuktikan arti cinta sepanjang hayat.

Film drama romantis ini memecahkan jumlah rekor penayangan di layar lebar. Pada hari ketiga pemutaran, film ini sudah ditayangkan di hampir 241 bioskop di seluruh Indonesia dan masih terus berlanjut.

Besarnya animo masyarakat terhadap film ini membawa HABIBI & AINUN meraih tiga Piala Citra FFI dan Jati Mas AFI. Selain itu, melalui film ini pula, aktor Reza Rahadian memantapkan dirinya sebagai Aktor Terbaik dalam Festival FIlm Indonesia.

HABIBIE & AINUN ini dibintangi oleh Bunga Citra Lestari, Tio Pakusadewo, Ratna Riantiarno, Mike Lucock, dan Vita Mariana. Sebagai penghidup suasana, musisi Melly Goeslaw juga menyumbangkan sebuah lagu berjudul Cinta Sejati yang dinyanyikan oleh pemeran Ainun, Bunga Citra Lestari.

10. 'SANG KIAI' (2013)

'SANG KIAI' (2013)

Tokoh ulama besar NU, KH. Hasyim Asy'ari, menjadi inspirasi Rako Prijanto dalam film biopiknya, SANG KIAI. Tokoh yang juga merupakan pahlawan kemerdekaan nasional ini memiliki banyak pengikut, utamanya di Pulau Jawa.

Film ini diawali dengan pendudukan Jepang terhadap Indonesia menggantikan Belanda. Kedatangan pasukan yang mengaku 'saudara jauh' itu ternyata tidak mengubah keadaan hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih baik.

Dalam dominasi pendudukan Jepang, KH Hasyim Asyari dengan tegas menolak ritual Sekerai yang diwajibkan militer Jepang. Hal itu karena menurutnya orang-orang Islam hanya wajib menyembah Tuhannya, Allah SWT. Karena penolakan tersebut Jepang menangkap pendiri pesantren Tebu Ireng itu.

Melalui jalur diplomasi, Wahid Hasyim, putra beliau, mencoba membebaskan ayahnya dari tahanan Jepang. Di sisi lain, Harun, santri Sang Kiai, malah menggunakan jalan kekerasan untuk membela gurunya itu.

Film yang resmi dirilis 30 Mei 2013 ini dibintangi oleh Ikranagara, Adipati Dolken, Agus Kuncoro Adi, Dayat Simbaia, Christine Hakim, dan Boy Permana. Film ini diproduseri oleh Gope T. Samtani.

Dalam ajang Festival Film Indoensia, SANG KIAI mendapatkan empat Piala Citra. Penghargaan tersebut antara lain Penata Suara Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, Sutradara Terbaik, dan membuatnya mendapatkan predikat sebagai Film Terbaik 2013.

(Deddy Corbuzier buka suara terkait isu cerai, marah ke pihak Pengadilan Agama!)

Rekomendasi
Trending