Cap Go Meh adalah perayaan yang menandai hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, yang melambangkan puncak dari rangkaian perayaan Imlek.
Mengungkap Sejarah Cap Go Meh, Gambarkan Ikatan Raja dan Warganya Sejak Abad ke-7 Masehi
Diperbarui: Diterbitkan:

Festival Cap Go Meh. (credit:: Liputan6.com/Herman Zakharia)
Kapanlagi.com - Cap Go Meh, yang berarti "malam kelima belas" dalam dialek Hokkien, merupakan puncak dari perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tionghoa. Perayaan ini kaya akan tradisi dan makna mendalam yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Sejak abad ke-7 Masehi, Cap Go Meh telah menjadi simbol persatuan antara raja dan rakyat, mencerminkan harmoni sosial dan budaya yang begitu erat. Tradisi ini tak hanya dirayakan di Tiongkok, tetapi juga telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, dengan berbagai adaptasi lokal yang menarik.
Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang asal-usul Cap Go Meh, bagaimana perayaannya berevolusi dari waktu ke waktu, serta makna dan tradisi yang menyertainya. Mari kita bersama-sama memahami bagaimana festival ini tetap relevan dan bermakna hingga saat ini, seperti yang dirangkum oleh Kapanlagi.com pada Kamis (30/1).
Advertisement
1. Asal-usul Cap Go Meh: Gambarkan Kebersamaan Raja dengan Rakyat diMasa Dinasti Han
Perayaan Cap Go Meh, yang berakar dari masa Dinasti Han sekitar abad ke-7 Masehi, adalah sebuah tradisi yang memukau, di mana raja dan rakyat bersatu merayakan malam ke-15 bulan pertama dalam kalender Tionghoa.
Di tengah kilauan lampion berwarna-warni yang menghiasi ladang para petani, suasana meriah tercipta untuk mengusir hama dan mempercantik pemandangan.
Tak hanya itu, pertunjukan musik dan tarian barongsai menambah semarak, memperkuat ikatan sosial antara penguasa dan masyarakat.
"Perayaan Cap Go Meh berawal dari sebuah ritual penghormatan kepada Dewa Thai Yi pada masa pemerintahan Dinasti Han," tulis laman indonesia.travel.id oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Perkembangan Cap Go Meh Melalui Migrasi dan Akulturasi Budaya
Seiring berjalannya waktu, perayaan Cap Go Meh telah bertransformasi sejalan dengan migrasi masyarakat Tionghoa ke berbagai wilayah, terutama ke selatan Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara.
Tradisi ini beradaptasi dengan budaya lokal, menciptakan perpaduan yang kaya akan makna. Di Indonesia, Cap Go Meh telah menyatu dengan budaya setempat, menghasilkan tradisi yang unik dan bervariasi di setiap daerah.
Di Kota Tanjungpinang, misalnya, perayaan ini dimeriahkan dengan alunan musik melayu yang khas, menambah keindahan dan keunikan suasana setiap tahunnya.
Advertisement
3. Makna Tradisi Cap Go Meh
Cap Go Meh bukan sekadar penutup perayaan Tahun Baru Imlek, melainkan simbol harapan akan kebahagiaan, kesejahteraan, dan masa depan yang lebih cerah.
Tradisi yang kaya seperti festival lampion yang berkilauan dan pertunjukan barongsai yang memukau diyakini mampu mendatangkan keberuntungan serta mengusir energi negatif.
Dominasi warna merah dalam perayaan ini bukan hanya sekadar hiasan, tetapi melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan, mencerminkan semangat dan aspirasi komunitas Tionghoa.
Lebih dari itu, bagi masyarakat Tionghoa, Imlek dan Cap Go Meh adalah momen sakral untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan mempererat tali kasih dengan orang-orang terkasih.
"Imlek (dalam hal ini Cap Go Meh) bagi kami, terutama yang beragama Konghucu dan Buddha, adalah sebuah ibadah. Selain itu, juga sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga, saling berbagi kebahagiaan, dan tentunya berdoa kepada Tuhan agar tahun yang baru ini membawa keberkahan, kelimpahan, dan kesehatan yang lebih baik," ujar Wakil Ketua MABT (Masyarakat Adat Budaya Tionghoa) di Pontianak, Adi Sucipto, dikutip dari RRI.
4. Ragam Tradisi Cap Go Meh di Berbagai Daerah
Cap Go Meh dirayakan dengan beragam cara di seluruh Indonesia, menampilkan kekayaan budaya dan akulturasi yang memukau. Di Singkawang, Kalimantan Barat, misalnya, tradisi Pawai Tatung menyajikan pertunjukan seni yang memikat dengan sentuhan magis yang tak terlupakan.
Sementara itu, di Palembang, Sumatra Selatan, suasana perayaan berpusat di Klenteng Hok Tjing Rio di Pulau Kemaro, di mana ziarah dan festival budaya yang unik menciptakan momen yang penuh makna dan keindahan.
5. Cap Go Meh sebagai Cerminan Kebersamaan dan Harmoni Sosial
Sejak pertama kali dirayakan, Cap Go Meh telah menjadi lambang indah dari persatuan antara raja dan rakyat, menciptakan suasana harmoni yang menyatukan masyarakat.
Perayaan ini mengingatkan kita akan betapa pentingnya kerukunan dan saling menghormati dalam kehidupan sosial, nilai-nilai yang tetap bergema hingga hari ini.
Dengan beragam tradisi dan makna yang terkandung di dalamnya, Cap Go Meh mengajarkan kita untuk terus merawat hubungan harmonis di tengah keragaman yang ada.
6. Apa itu Cap Go Meh?
7. Bagaimana asal-usul perayaan Cap Go Meh?
Perayaan ini berawal pada masa Dinasti Han sekitar abad ke-7 Masehi, di mana raja dan rakyat bersama-sama merayakan malam ke-15 bulan pertama dalam kalender Tionghoa.
8. Apa makna dari perayaan Cap Go Meh?
Cap Go Meh melambangkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik, serta menandai akhir dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.
9. Bagaimana Cap Go Meh dirayakan di Indonesia?
Di Indonesia, Cap Go Meh dirayakan dengan berbagai tradisi yang telah berakulturasi dengan budaya lokal, seperti Pawai Tatung di Singkawang dan ziarah ke Pulau Kemaro di Palembang.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/rmt)
Ricka Milla Suatin
Advertisement