The Conference membuka cerita dengan deretan karakter pegawai pemerintahan daerah yang menjadi pusat kisah, yakni Katia Winter sebagai Lina, Adam Lundgren sebagai Jonas, dan Eva Melander sebagai Eva. Film ini mengikuti rombongan aparatur sipil yang dikirim ke sebuah konferensi team building di lokasi terpencil, dengan agenda memperbaiki kerja sama sekaligus membahas proyek pembangunan pusat perbelanjaan baru yang kontroversial.

The Conference sejak awal sudah memberi sinyal ada yang tidak beres. Retret yang seharusnya penuh permainan motivasi dan diskusi santai justru dipenuhi kecanggungan, sindiran, dan rahasia kotor. Para peserta membawa beban masing masing, terutama terkait proyek mall yang dibangun di kawasan pertanian dan diduga sarat korupsi. Di balik senyum basa basi dan jargon pelayanan publik, kita melihat konflik kepentingan, manipulasi data, hingga praktik suap yang pelan pelan terkuak lewat percakapan dan pertengkaran kecil antarpeserta.

Situasi berubah drastis ketika konferensi itu berubah menjadi mimpi buruk. Satu per satu peserta menyadari mereka tidak hanya terisolasi dari dunia luar, tetapi juga sedang diburu. Seorang pria misterius muncul sebagai ancaman nyata. Motivasinya bukan kekerasan tanpa arah, melainkan balas dendam atas kematian sang ayah yang bunuh diri setelah menjadi korban penipuan proyek properti. Proyek pusat perbelanjaan yang sedang mereka bahas ternyata menjadi pemicu runtuhnya hidup sebuah keluarga.

Ketegangan meningkat saat kepanikan memecah solidaritas palsu. Rahasia terbongkar, aliansi runtuh, dan setiap karakter dipaksa menghadapi konsekuensi dari keputusan mereka sendiri. The Conference menyorot bagaimana kepentingan pribadi dan upaya menyelamatkan diri membuat nilai moral semakin kabur. Dalam kondisi terpojok, beberapa peserta mulai saling menyalahkan, sementara yang lain berusaha menutup masa lalu agar tidak ikut terseret.

Di tengah kekacauan tersebut, rasa bersalah dan ketakutan menjadi senjata paling mematikan. Karakter seperti Lina, Jonas, dan Eva dipaksa bercermin pada peran mereka dalam sistem yang selama ini mereka jalani. Retret yang awalnya bertujuan membangun kerja sama justru menjadi ruang penghakiman, di mana kebenaran muncul dengan cara brutal dan tak terhindarkan.