KLovers, pernah nggak sih kita merasa hidup berjalan di tempat dan sulit bergerak maju karena sistem sosial yang terasa menekan? Nah, film The White Tiger coba membungkus rasa itu dengan cara yang tak biasa. Lewat kisah seorang pria bernama Balram Halwai, kita diajak menelusuri sisi kelam India modern, penuh ketimpangan kelas, korupsi, dan perjalanan ambisi yang pahit tapi inspiratif.

Film ini adalah adaptasi dari novel populer karya Aravind Adiga dan disutradarai oleh Ramin Bahrani, rilis tahun 2021 melalui Netflix. Dengan genre drama komedi hitam, The White Tiger bukan hanya kisah seorang sopir, tapi kritik sosial yang tajam, disajikan dengan gaya sinematik yang berani.

Cerita film ini dibuka dengan cara yang tak biasa: Balram mengirim email kepada Perdana Menteri Tiongkok, Wen Jiabao, dan menceritakan kisah hidupnya sambil mengajukan pertemuan. Ia percaya bahwa kelas bawah di India hidup dalam sebuah sistem perbudakan modern yang tak terlihat, seperti ayam-ayam di kandang menunggu untuk disembelih kapan saja.

Dari titik ini, kita diajak flashback ke masa kecil Balram di desa Laxmangarh. Ia sebenarnya anak cerdas dan dijuluki sebagai 'white tiger' karena dianggap istimewa dan hanya muncul sekali dalam seratus tahun. Ia bahkan hampir mendapat beasiswa ke Delhi. Sayangnya, hidup punya rencana lain.

Karena utang keluarga kepada tuan tanah desa bernama the Stork, Balram dipaksa bekerja di kedai teh dan tidak boleh bersekolah lagi. Ayahnya meninggal akibat tuberkulosis tanpa bantuan medis, dan sejak itu Balram sadar bahwa nasib kelas bawah seperti dirinya tak akan berubah jika tidak melawan sistem.

Saat dewasa, Balram memiliki ambisi besar: menjadi sopir keluarga Stork, terutama untuk putra mereka, Ashok, yang baru pulang dari Amerika bersama istrinya Pinky. Ia meminta neneknya membiayai kursus mengemudi dengan janji akan membagi gaji. Dan berhasil, KLovers. Ia diterima sebagai sopir kedua.

Tapi pekerjaan itu ternyata bukan hanya soal nyetir. Ia sering diberi tugas rendahan, dihina, dan diperlakukan seperti budak. Lebih parahnya lagi, kesetiaan Balram selalu ditekan dengan ancaman bahwa jika ia berkhianat sedikit saja, seluruh keluarganya bisa dibunuh. Balram tetap bertahan, berharap kesetiaannya akan membawanya keluar dari kemiskinan.

Ashok dan Pinky kemudian pindah ke Delhi untuk urusan politik dan suap menyuap agar keluarga mereka bisa menghindari pajak. Di kota inilah kehidupan Balram mulai berubah.

Di Delhi, hubungan Balram dengan Ashok dan Pinky terlihat lebih hangat dibanding anggota keluarga lainnya. Mereka kadang mengobrol seperti teman, meskipun pada akhirnya tetap menganggap Balram hanyalah pelayan.

Puncak tragedi terjadi saat ulang tahun Pinky. Mereka mabuk berat dan memaksa Balram membiarkan Pinky menyetir. Di tengah malam, Pinky menabrak seorang anak kecil hingga meninggal. Keluarga Stork langsung menyusun skenario: Balram dipaksa menandatangani surat pengakuan bahwa ia adalah pelaku. Neneknya bahkan mendukung keputusan itu.

Meski tidak ada tindak hukum lanjut, peristiwa tersebut membuka mata Balram. Ia sadar: hidupnya sama sekali tidak berarti bagi majikannya. Ia hanyalah 'sopir cadangan' yang bisa dibuang kapan saja.

Setelah Pinky meninggalkan Ashok dan kembali ke New York, Balram semakin melihat kenyataan pahit kehidupan pelayan. Ia mulai merasa bahwa menjadi orang baik tidak akan membawanya keluar dari kemiskinan. Kesetiaan ternyata tidak cukup untuk menjamin hidupnya.

Pelan-pelan, ia mulai menipu Ashok secara diam-diam: membuat invoice palsu, menjual bensin ilegal, hingga menggunakan mobil majikannya sebagai taksi gelap. Dari sini, benih pemberontakan dalam dirinya tumbuh semakin besar.

Namun masalah juga ikut datang. Keluarga Stork marah karena Balram memberikan uang kepada pengemis. Neneknya mengirim keponakannya untuk tinggal bersamanya agar bisa bekerja sebagai sopir juga. Ia juga tahu bahwa neneknya masih ingin menikahkannya tanpa izin. Sementara itu, Ashok bersiap mengganti sopir baru dan membawa suap besar untuk politisi.

Balram sadar: ini kesempatan terakhir untuk keluar dari 'kandang ayam'.

Dalam momen penuh tekanan dan kesadaran yang pahit, Balram mengambil keputusan ekstrem. Ia membunuh Ashok menggunakan botol wiski, mencuri uang suapnya, dan kabur bersama keponakannya menuju Bangalore, kota yang sedang berkembang pesat sebagai pusat IT India.

Ia memang diburu polisi, tapi berhasil menghindarinya. Dengan uang itu, Balram menyuap polisi setempat dan menutup taksi ilegal lainnya. Ia lalu membangun perusahaan taksi sendiri dan menjadi kaya.

Yang menarik, Balram kini memperlakukan para sopirnya sebagai karyawan, bukan pelayan. Ia bahkan bertanggung jawab ketika salah satu sopirnya menewaskan anak kecil. Ia juga membiayai pendidikan keponakannya, meski ia sadar keluarganya di kampung mungkin sudah terbunuh sebagai balasan atas tindakannya.

The White Tiger bukan hanya cerita tentang ambisi. Ini adalah gambaran keras tentang sistem sosial India yang mengekang kelas bawah, tapi juga menunjukkan bahwa mimpi bisa diwujudkan jika kita punya keberanian untuk melawan.

Film ini mendapat banyak pujian, bahkan masuk nominasi Academy Awards ke-93 untuk kategori Best Adapted Screenplay. Dengan akting kuat dari Adarsh Gourav, serta kehadiran Priyanka Chopra dan Rajkummar Rao, film ini sangat layak ditonton KLovers yang suka cerita perjuangan, kritik sosial, dan drama penuh kejutan.