Tahun 1860, di penghujung masa Edo, seorang ronin tanpa arah melangkah sendirian di pedesaan yang sepi. Ketika tiba di persimpangan, ia memilih jalannya secara acak, seolah menyerahkan nasib pada takdir.

Dalam perjalanannya, ronin itu berhenti di sebuah rumah sederhana untuk meminta air. Dari dalam rumah, ia mendengar keluhan pasangan tua yang kehilangan satu-satunya anak mereka. Sang anak kabur ke kota untuk bergabung dengan kelompok "penjudi", tempat yang kini dipenuhi penjahat dan dikuasai oleh dua geng yakuza yang saling berebut wilayah.

Setibanya di kota, ronin mampir ke izakaya kecil. Pemiliknya, Gonji, memperingatkannya agar segera meninggalkan kota berbahaya itu. Ia menceritakan tentang dua pemimpin yakuza yang sedang berperang, Ushitora dan Seibei, yang bertarung demi bisnis perjudian besar milik Seibei. Dulu, Ushitora adalah tangan kanan Seibei, tapi segalanya berubah ketika Seibei menunjuk putranya, Yoichiro, yang lemah dan tidak berguna, sebagai penerus.

Kini, kota itu pun terpecah dua. Wali kotanya, Tazaemon, seorang pedagang sutra, masih berpihak pada Seibei, sedangkan Ushitora bergandengan tangan dengan pembuat sake lokal, Tokuemon, dan menjadikannya wali kota baru.

Namun, di tengah perebutan kekuasaan dan darah yang siap tumpah, langkah ronin ini justru baru dimulai. Akankah kehadirannya mengubah arah peperangan di kota penuh dosa itu, atau justru menjerumuskannya lebih dalam ke dalam kekacauan?