'MEN AT WORK' Raih Penghargaan Tertinggi JAFF 2006

Penulis: Rita Sugihardiyah

Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Film MEN AT WORK karya sutradara asal Iran, Mani Haghigh, meraih penghargaan tertinggi 'Golden Hanoman' dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2006 di Yogyakarta, sedangkan 'Silver Hanoman' dimenangi film BEING CYRUS yang disutradarai Homi Adajania dari India.

"Penghargaan 'Netpac Award' diraih film BETINA hasil besutan sutradara Lola Amaria, sementara film AHLAAN karya sutradara Muhamed Al Daradjee asal irak meraih Geber Award," kata Presiden Netpac, Garin Nugroho kepada wartawan di Yogyakarta, Sabtu (12/08).

Dewan juri JAFF 2006 yang terdiri atas Seno Gumira Ajidarma, PM Laksono serta Wang Tuck Cheong asal Malaysia juga menetapkan film TODO-TODO TEROS karya sutradara Filipina, John Tores sebagai peraih 'Jury Special Mention' serta film berujudul HARAP TENANG ADA UJIAN karya sutradara Indonesia, Ifa Isfansyah mendapat penghargaan sebagai film pendek favorit.

Garin mengatakan, selain eksibisi, JAFF 2006 juga menyelenggarakan kompetisi untuk 12 film Asia yang telah diseleksi oleh kurator. Kriteria penjurian antara lain mencakup alur cerita, tingkat kesulitan dan pengemasan.

"Khusus untuk pendek yang dipilih dari seluruh Indonesia dan diikutkan dalam festival ini, penilaian didasarkan pilihan penonton dalam sepekan terakhir. Pilihan penonton kemudian menetapkan film HARAP TENANG ADA UJIAN sebagai pemenang," kata dia.

Penilaian dalam JAFF 2006 yang diikuti lebih 20 film Asia serta film-film pendek dari seluruh Indonesia sangat ketat, ini terbukti dari selisih perolehan suara yang tidak terlalu jauh antara satu film dan film-film lainnya," kata Garin yang juga dikenal sebagai sutradara handal di Indonesia.

Ia menambahkan, film pendek adalah genre film yang patut diperhatikan perkembangannya saat ini karena durasi, bentuk dan alur ceritanya sangat khas.

"JAFF 2006 berlangsung cukup sukses karena didukung oleh semua pihak. Semula panitia tidak begitu berharap karena kondisi Yogyakarta baru saja ditimpa musibah bencana, namun ternyata tingkat apresiasi maupun paritipasi warga kota ini cukup bagus," tuturnya.

Sementara itu, pengamat film dari Singapura, Philip Cheah mengatakan festival film di Yogyakarta ini sangat bagus, dan diharapkan tahun depan ada kegiatan yang sama dengan melibatkan lebih banyak lagi film-film bermutu.

"Yogyakarta cukup potensial sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan semacam ini karena dikenal sebagai kota budaya yang warganya memiliki tingkat apresiasi tinggi terhadap film," kata Philip Cheah.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

(*/rit)

Rekomendasi
Trending