Kapanlagi.com - Bagi Kua Etnika, tampil di gelaran Jazz Gunung seperti tampil di rumah sendiri. Selain karena pentholan mereka, Djaduk Ferianto adalah salah satu penggagas acara tahunan jazz ini, mereka selalu tampil dalam tiga kali perhelatan jazz di Java Banana, Lodge, Cafe & Gallery, Probolinggo, Jawa Timur ini. Tak heran Djaduk dan kawan-kawan ini tampil santai dengan penuh canda serta obrolan hangat dengan penonton.Para personilnya hampir kesemuanya memakai atasan tuxedo dengan bawahan sarung motif etnik, kecuali sang vokalis, Trie Utami yang mengenakan gaun hitam. Dibuka dengan lagu Sinden, Trie utami tanpa canggung langsung mempertunjukkan cengkok vokalnya dengan teknik pernafasan yang prima hingga bisa menghasilkan suara yang powerful. Iie pun santai menari mengikuti irama lagu.

Tak hanya vokal, Trie Utami juga menyuguhkan tariannya.Selepas lagu pertama mereka nyanyikan, trio
Djaduk,
Butet, dan
Trie Utami secara mengalir saling berkelakar di venue sambil sesekali mengajak penonton untuk ikut menanggapi. Kedekatan ketiganya lah yang membuat guyonan-guyonan segar mencuat begitu saja dari mulut mereka. Seperti saat ada seorang penonton menyeletuk bahwa
Iie masih tetap ayu,
Iie pun dengan spontan menimpali. "Loh, aku saja dibilang tetap ayu. Ini bedanya saya dengan Djaduk, saya tetap ayu, pake 'y'. Dia pake 's', tetap
asu," ucapnya. Alih-alih marah karena dibilang asu (anjing, jawa-red),
Djaduk malah tertawa.
Butet pun turut menanggapi kecentilan
Trie Utami dengan memberi sebutan khusus untuknya. "
cilik cemokhot (kecil-kecil menggigit)," ujarnya gemas. Guyonan tadi langsung mereka timpali dengan menyanyikan lagu kedua, yang berjudul
Konstan. Di lagu ini,
Iie nge-
jive dengan bernyanyi persis seperti pola bunyi-bunyian intsrumen tiap-tiap personil
Kua Etnika.Di gelaran Jazz Gunung ini,
Kua Etnika merangkul
Maya Hassan untuk berkolaborasi.
Maya yang saat itu mengenakan jumpsuit serta jubah hitam mengkilap memboyong harpa merahnya untuk menghibur para pecinta jazz di Jazz Gunung. Dengan lampu dimatikan dan hanya ada terang temaram obor, duetnya dengan
Kua Etnika membuat penonton terbawa menikmati indahnya malam di lereng Bromo. Di lagu kedua,
Maya kembali memperdengarkan denting permainan harpanya yang merdu dalam lagu
Rising Sun yang pas dibawakan mengingat Bromo terkenal dengan pemandangan matahari terbitnya.

Maya Hassan memboyong harpanya ke gunung untuk para pecinta jazz.Dalam lagu
Kembang Boreh,
Kua Etnika menyuguhkan musik jazz dengan sentuhan dangdut dan permainan arbab.
Iie pun dengan merdu menyanyikan cengkok india. Ia terlihat sangat menikmati lagu ini. Setelah menghibur penonton dengan 5 lagu,
Kua Etnika pun pamit kepada penonton.
Djaduk mewakili rekan-rekannya mengucapkan terima kasih kepada para penonton Jazz Gunung. "Jazz Gunung tidak akan ada tanpa kehadiran anda, seperti kesenian yang tak akan hidup kalau tidak ada yang mengapresiasi," ucapnya. Penampilan
Kua Etnika yang begitu hangat ini ditutup dengan lagu
Reog dan aksi atraksi solo tiap-tiap personilnya.  Â