Memperingati Hari Kartini, Pementasan Terbitlah Terang Menjadi Pembukaan Pameran Sunting di Museum Nasional

Penulis: Jesselin Rahardja

Diterbitkan:

Memperingati Hari Kartini, Pementasan Terbitlah Terang Menjadi Pembukaan Pameran Sunting di Museum Nasional
KapanLagi/Jesselin Rahardja

Kapanlagi.com - Dalam memperingati Hari Kartini, Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation mengajak para seniman multigenerasi bersatu dalam sebuah pertunjukan sastra dan suara berjudul TERBITLAH TERANG: PEMBACAAN SURAT DAN GAGASAN KARTINI yang bertempat di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Pementasan merupakan sebuah penghormatan terhadap pemikiran, perjuangan, dan jiwa seorang Raden Ajeng Kartini yang hingga hari ini masih menjadi nyala api bagi perempuan dan bangsa Indonesia.

Pementasaan ini memiliki konsep monolog yang dibacakan oleh suara para seniman ternama Indonesia seperti Christine Hakim, Ratna Riantiarno, Reza Rahadian, Marsha Timothy, Maudy Ayunda, Lutesha, Cinta Laura, Chelsea Islan, Happy Salma, dan Bagus Ade Putra dengan arahan sutradara Sri Qadariatin. Para seniman multigenerasi ini tidak hanya membacakan, tetapi menghidupkan isi hati Kartini yang ditulis lebih dari seabad silam. Yuk, lihat informasi mengenai pementasan TERBITLAH TERANG: PEMBACAAN SURAT DAN GAGASAN KARTINI di bawah...

1. Pementasan Perempuan Visioner yang Menjadi Refleksi Saat Ini

Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation menjelaskan bahwa pementasan TERBITLAH TERANG: PEMBACAAN SURAT DAN GAGASAN KARTINI merupakan sebuah refkleksi makna perjuangan dan semangat Kartini sebagai perempuan visioner di masa sekarang.

�Pementasan ini tidak sekadar mengenang sosok Raden Ajeng Kartini sebagai pahlawan emansipasi, tetapi juga sebagai perempuan visioner yang meletakkan dasar kesadaran diri, kesetaraan, dan keberanian berpikir. Melalui surat-suratnya yang jujur dan menggugah, Kartini menunjukkan bahwa perubahan besar selalu berawal dari keberanian untuk merasakan, merenung, dan menyuarakan kebenaran yang diyakini. Ini menjadi momen penting bagi generasi muda untuk merefleksikan makna perjuangan dan melanjutkan semangat Kartini di masa sekarang. Dengan pendidikan, keberanian, dan empati, kita bisa menciptakan dunia yang lebih adil, setara, dan manusiawi. Karena semangat Kartini bukan sekadar milik masa lalu, ia adalah cahaya yang menuntun langkah kita hari ini dan di masa depan,� ucap Renitasari Adrian di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Senin (21/04).

(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)

2. Tulisan R.A. Kartini Masih Relevan di Masa Sekarang

Sri Qadariatin juga menambahkan bahwa melalui pementasan ini, Kartini bukan sekadar tokoh sejarah, namun ia hadir sebagai suara yang relevan untuk jawaban dari tantangan di zaman sekarang.

�Pementasan ini tidak sekadar menjadi bentuk penghormatan terhadap R.A. Kartini sebagai tokoh emansipasi perempuan, tetapi juga sebagai ruang reflektif bagi publik untuk menelusuri pemikiran dan keberanian perempuan dalam melampaui batas-batas sosial dan budaya zamannya. Melalui pembacaan surat-surat Kartini, penonton diajak menyelami dimensi personal seorang perempuan yang visioner, yang menulis bukan hanya sebagai bentuk ekspresi diri, tetapi juga sebagai upaya membangun kesadaran kolektif. Kartini tidak hanya meninggalkan warisan narasi, tetapi juga semangat untuk berpikir merdeka, merasa utuh, dan bersuara jujur,� ucap Sri Qadariatin.

3. Kebebasan Berpikir dan Literasi Menjadi Hal yang Perlu Diperjuangkan Saat Ini

Maudy Ayunda menjelaskan bahwa kebebasan dan literasi merupakan dimensi pemikiran Kartini yang dapat diperjuangkan di masa sekarang. Menurut Maudy, kebebasan berpikir merupakan alasan Kartini menjunjungkan pendidikan. Selain itu, pemikiran Kartini merupakan medium dalam tulisan bacaan sehingga literatur harus diperjuangkan.

"Saya rasa diberbagai dimensi pemikiran-pemikiran Kartini, sebenarnya hari ini pun masih banyak perkembangan yang masih bisa kita perjuangkan. Kalau buat saya salah satu dimensi yang paling ngena adalah kebebasan dalam berpikir, kebebasan dalam aktualisasi diri, saya rasa Kartini menjunjungkan pendidikan karena hal tersebut. Yang kedua literasi, kenapa sosok Kartini penting, dari pemikiran-pemikiran beliau adalah medium tulisan bacaan yang menjadi bagian besar dalam hidup beliau. Saya sangat percaya akan pentingnya budaya belajar, budaya cinta membaca, budaya cinta menulis untuk menyampaikan pemikiran dan perspektif perspektif kita. Di generasi sekarang pun saya harap masih makin banyak lagi generasi-generasi yang akan menuliskan dan menggoreskan perspektif dan pemikiran mereka sebagai bentuk perjuangan kita seperti sama hal yang dulu Kartini melakukan hal yang sama," ucap Maudy Ayunda.

4. Kekerasan dan Pelecehan Wanita Menjadi Hal yang Diperjuangkan Saat Ini

Cinta Laura menyampaikan bahwa kekerasan dan pelecehan seksual pada wanita di Indonesia merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan melalui semangat Kartini saat ini. Ia menyampaikan walaupun adanya UUTPKS, Indonesia masih sering terjadi victim blaming yang membuat perempuan tidak dihargai.

"Sampai saat ini yang aku perjuangkan adalah melawan kekerasan dan pelcehan seksual di negara kita, walaupun UUTPKS sudah disahkan pada tahun 2022 kemarin, secara implementasi jauh lebih sempurna. Ini hal yang sangat menyedihkan, aku sadar korban kekerasan dan pelecehan bukanlah hanya perempuan laki-laki pun bisa menjadi korban, tetapi wanitalah yang mayoritas menjadi korban kekerasan dan pelecehan yang terjadi di negara kita. Dengan perkembangan jaman walaupun sudah banyak berubah menjadi lebih baik, negara kita masih sering terjadi victim blaming di mana korbanlah yang disalahkan atas apa yang terjadi pada mereka. Di media pun di ekspresikan tidak berpihak pada korban dan bagaimana masyarakat dapat menghargai perempuan kalau apa yang mereka baca dan tonton tidak mendukung itu. Aku dan teman-teman akan konsisten menyuarakan kepada Indonesia adalah bagaimana kita bisa terbebas dari pelecehan dan perempuan bisa merasa aman, nyaman dan dihargai dimanapun," ucap Cinta Laura.

5. Pembukaan Pameran SUNTING: JEJAK PEREMPUAN INDONESIA PENGGERAK PERUBAHAN

Pementasan TERBITLAH TERANG: PEMBACAAN SURAT DAN GAGASAN KARTINI merupakan bagian dari pembukaan pameran SUNTING: JEJAK PEREMPUAN INDONESIA PENGGERAK PERUBAHAN yang berlangsung pada 22 April - 31 Juli 2025 di Museum Nasional Indonesia. Pertunjukan ini memiliki konsep monolog surat-surat Kartini yang diambil dari â� buku PANGGIL AKU KARTINI SAJA karya Pramoedya Ananta Toer, terbitan Lentera Dipantara 2006 dan buku KARTINI: KUMPULAN SURAT-SURAT 1899-1904 karya Wardinam Djoyonegoro, Jilid 1, terbitan Pustaka Obor 2024.

Kartini menulis surat pertamanya kepada salah satu sahabat penanya, Estelle (Stella) Zeehandelaar, seorang aktivis feminisme di Belanda. Surat tersebut menjadi titik awal dari rangkaian korespondensi yang kemudian dikenal luas sebagai bentuk pemikiran awal perempuan Indonesia tentang emansipasi, pendidikan, dan keadilan sosial. Melalui surat-surat ini pula, Kartini tak hanya memperlihatkan kecerdasan dan kepekaan sosialnya, tetapi juga keberanian untuk menggugat struktur sosial yang timpang dan membungkam suara perempuan. Surat kepada Stella adalah cermin dari pertemuan lintas budaya yang menghidupkan solidaritas, serta semangat zaman yang tak terbendung.

Kebimbangan Kartini juga tersampaikan dengan jujur dan mendalam melalui korespondensinya dengan Tuan dan Nyonya Abendanon, pasangan yang menjadi pendukung besar perjuangan Kartini. Melalui surat-surat ini, Kartini mengungkapkan kerinduannya akan kebebasan, hasratnya untuk belajar, dan harapannya terhadap masa depan perempuan di tanah airnya.

Pameran SUNTING merupakan penghormatan atas peran perempuan Indonesia dalam sejarah, dengan Sunting sebagai simbol kekuatan, martabat, dan perubahan sosial. Dari penerbitan Sunting Melayu oleh Rohana Kudus hingga perjuangan R.A. Kartini, perempuan telah aktif menyuarakan kesetaraan dan membentuk arah bangsa melalui berbagai bidang. Pameran ini mengajak refleksi atas kontribusi perempuan dalam membangun peradaban serta mendorong partisipasi kita dalam perjuangan menuju masa depan yang lebih setara.

Rekomendasi
Trending