Sejak Yatim Piatu, Shahnaz Haque Nangis Setiap Lebaran
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Lebaran selalu dirayakan dalam suasana kehangatan dengan anggota keluarga yang lengkap. Saling memaafkan dan berbagi melengkapi kemenangan Ramadan. Pasangan Shanaz Haque dan Gilang Ramadhan merasakan keganjilan saat merayakan tanpa orang tua masing-masing, setelah mereka meninggal beberapa waktu lalu.
"Saya sama Gilang itu kan yatim piatu. Jadi selama bulan Ramadan, apalagi pas malam takbir, orang pada takbiran sementara kita berdua hu..hu..hu.. nangis di rumah. Kami merindukan orang tua yang sudah meninggal, pasti itu," ujar Shanaz Haque ditemui di buka bersama yatim piatu di Masjid Agung Al-Azhar, Blok S, Jakarta Selatan, Selasa (1/8).
Semangat itu pulalah yang kemudian menumbuhkan empati untuk berbagi pada anak-anak kurang beruntung yang ditinggalkan kedua orang tuanya. Mereka menyisihkan rezeki, ikut meringankan beban berat yang harus ditanggung.
"Ya nggak pas Ramadan saja. Kita usahakan selalu menyisihkan rezeki yang dikaruniakan pada kita," terangnya.
Semangat berbagi juga diturunkan kepada anak-anak. Mereka jadi lebih terasah untuk mengasihi sesamanya. Kebiasaan untuk berbagi tumbuh setelah orang tuanya sejak dini membiasakannya.
"Anak diajarin berbagi. Diajarin ngasih mainan kepada orang miskin. Jadi misalnya mereka itu mau punya mainan atau buku baru, itu biasanya anak-anak itu ngasih yang lama hand to hand kepada anak-anak jalanan," terangnya.
"Karena itu saya tidak pernah kasih uang ke anak jalanan. Saya kasihnya mainan dan buku. Tapi anak-anak saya harus kasih hand to hand. Supaya mereka punya empati lebih baik," sambungnya menjelaskan.
"Saya sama Gilang itu kan yatim piatu. Jadi selama bulan Ramadan, apalagi pas malam takbir, orang pada takbiran sementara kita berdua hu..hu..hu.. nangis di rumah. Kami merindukan orang tua yang sudah meninggal, pasti itu," ujar Shanaz Haque ditemui di buka bersama yatim piatu di Masjid Agung Al-Azhar, Blok S, Jakarta Selatan, Selasa (1/8).
Semangat itu pulalah yang kemudian menumbuhkan empati untuk berbagi pada anak-anak kurang beruntung yang ditinggalkan kedua orang tuanya. Mereka menyisihkan rezeki, ikut meringankan beban berat yang harus ditanggung.
"Ya nggak pas Ramadan saja. Kita usahakan selalu menyisihkan rezeki yang dikaruniakan pada kita," terangnya.
Semangat berbagi juga diturunkan kepada anak-anak. Mereka jadi lebih terasah untuk mengasihi sesamanya. Kebiasaan untuk berbagi tumbuh setelah orang tuanya sejak dini membiasakannya.
"Anak diajarin berbagi. Diajarin ngasih mainan kepada orang miskin. Jadi misalnya mereka itu mau punya mainan atau buku baru, itu biasanya anak-anak itu ngasih yang lama hand to hand kepada anak-anak jalanan," terangnya.
"Karena itu saya tidak pernah kasih uang ke anak jalanan. Saya kasihnya mainan dan buku. Tapi anak-anak saya harus kasih hand to hand. Supaya mereka punya empati lebih baik," sambungnya menjelaskan.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/uji/dar)
Reporter:
puji puput
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement