Cerita Elma Theana Bisa Keluar Dari Padepokan Gatot Brajamusti

Diterbitkan: Senin, 05 September 2016 16:22 WIB

Elma Theana © KapanLagi.com

Kapanlagi.com - Penangkapan Aa Gatot Brajamusti dalam sebuah pesta narkoba di Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu tentunya mengejutkan publik. Ditambah lagi dengan pendalaman kasus yang menemukan banyak barang-barang ilegal seperti senjata api beserta peluru dan alat-alat untuk mengkonsumsi narkoba di rumahnya makin menjelaskan siapa sosok Gatot sebenarnya.

Elma Theana mengungkapkan bahwa dirinya adalah salah satu orang yang pernah menjadi murid dari padepokan milik Gatot Brajamusti. Dari awal kedatangannya ke tempat Gatot, Elma mengaku sudah mendapatkan peringatan dari keluarganya.

"Keluarga sudah banyak yang bilang 'Elma, itu tuh tempat nggak bener. Tempat apa'. Tapi saya merasakannya mungkin dalam keadaan tidak normal ya. 'Nggak kok, di sini nggak ada apa-apa'. Itu kan target atau gimana. Alhamdulillah nggak ada apa-apa. Menurut saya waktu itu nggak merasakan keganjilan yang aneh-aneh. Ya namanya juga lagi nggak fokus," cerita Elma saat ditemui ditemui di Gedung Trans TV, Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan pada (5/9).

Elma Theana sempat merasa tidak fokus saat belajar di tempat Aa Gatot Brajamusti © KapanLagi.com/Budy Santoso

Kesadaran Elma kembali saat ia bertemu dengan seseorang yang melihat bahwa keadaan-nya sedang 'tidak normal'. Aktris berusia 41 tahun ini kemudian disadarkan lewat rukiyah.

"Saya bertemu dengan seseorang yang melihat saya 'tidak normal' dalam arti kata bagaimana lah. Saya mungkin ada sedikit rukiyah atau gimana ya. Akhirnya tiba-tiba saya sadar bahwa oh iya ternyata saya bukan di situ tempatnya. Melanggar dari akidah-akidah normal Islam yang sesungguhnya. Kok bisa ya, ya menyesali keadaan itu lah," akunya.

"Memang saya waktu itu bodoh. Memang saya kurang imannya, merasa terpana oleh karomah-karomah seseorang ternyata itu nggak boleh. Dalam beragama itu, dalam berguru kita nggak boleh melihat guru itu bisa menghilang, guru itu punya apa. Itu nggak boleh. Kita harus melihat apakah ajarannya menambah keyakinan kita kepada Allah. Lihat juga bagaimana perilakunya. Saya sebenarnya melihat, merasa tahu itu salah, nggak benar, tapi saya nggak berdaya. Ya sudahlah," tambahnya panjang.