'Nyai Ontosoroh', Adaptasi Karya Pramoedya Ananta Toer Dipentaskan

Kapanlagi.com - Pementasan teater Nyai Ontosoroh adaptasi dari Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer akan diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya (GBB) Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 12-14 Agustus, dengan pemeran utama aktris Happy Salma.

"Ini merupakan pementasan puncak Nyai Ontosoroh setelah naskahnya dipentaskan keliling di delapan daerah mulai Desember 2006," ujar Produser sekaligus penulis naskah Nyai Ontosoroh, Faiza Marzoeki dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (10/8).

Faiza mengungkapkan pementasan puncak teater Nyai Ontosoroh memerlukan waktu empat bulan. Sedangkan penyusunan naskahnya perlu waktu dua tahun dengan beberapa kali revisi dan konsultasi dengan Pramoedya sebelum novelis itu meninggal dunia.

"Saya meminta izin dan berbicara pada Pak Pram, pada dasarnya dia tidak ada masalah dan memberikan saya kebebasan untuk menulisnya," kata Faiza.

Teater Nyai Ontosoroh adalah kisah perlawanan Sanikem, seorang perempuan yang dirampas kedaulatannya justru oleh ayah kandungnya dan dihinakan oleh masyarakat.

Cerita berlatar belakang masa penjajahan kolonial tahun 1898 ini mengungkap bagaimana Sanikem menghadapi pergulatan hidup dan melawan sebagai jalan untuk merebut kembali kedaulatannya.

Wawan Sofwan, sutradara pementasan ini mengungkapkan ada beberapa kendala dalam menerjemahkan Nyai Ontosoroh di atas panggung teater.

"Diperlukan teknik pemanggungan tertentu karena mengusung Bumi Manusia dari bahasa tulisan menjadi bahasa tutur bukan hal mudah," ujarnya.

Pementasan ini didukung 42 pemain dan 85 kru. Mereka berasal dari berbagai latar belakang profesi. Aktris dan presenter Happy Salma didaulat menjadi pemeran utama.

Nyai Ontosoroh tampaknya akan mendapat perhatian besar dari masyarakat Jakarta. Hal ini tampak dari penjualan tiket selama tiga hari hingga hari-H min dua menjelang pementasan sebanyak 80 persen tiket telah terjual.

"Yang tersisa tinggal di daerah balkon dan sayap, sedangkan yang VIP sudah habis terjual," ujar Faiza.

Tokoh Perlawanan

Pementasan teater Nyai Ontosoroh digagas oleh beberapa organisasi perempuan yang peduli pada pembebasan perempuan, peduli terhadap pentingnya penegakan hak asasi manusia.

Organisasi itu di antaranya Institut Ungu, Jaringan Nasional Perempuan Mahardika, dan Perguruan Rakyat Merdeka didukung sejumlah LSM antara lain Elsam, JAri, Koalisi Perempuan Indonesia, Kalyanamitra, LBH APIK, Kontras, dan Pramoedya Institut Solidaritas Perempuan.

Anggota produser pementasan ini, Andy, mengungkapkan Agustus dipilih menjadi waktu pementasan puncak Nyai Ontosoroh karena diyakini ceritanya masih relevan dengan momentum kemerdekaan bangsa Indonesia, 17 Agustus.

"Kami berharap pementasan ini dapat memberi gambaran bahwa masih banyak persoalan perempuan di negeri ini yang harus diselesaikan," kata Andy.

Pementasan Nyai Ontosoroh ini sekaligus merupakan satu ajang berkesenian untuk memperingati perayaan Hari Hak Asasi Manusia dan Hari Perempuan Indonesia yang kedua-duanya jatuh pada bulan Desember.

Gerakan Perempuan dan HAM merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam sejarah perjuangan di mana pun termasuk di Indonesia. Teater akhirnya dipilih sebagai medium untuk memperingati sekaligus melakukan penyadaran tentang pentingnya penghargaan terhadap HAM di Indonesia 

(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)

(*/boo)

Rekomendasi
Trending