Profil Pramoedya Ananta Toer, Festival Seabad Sang Sastrawan Resmi Digelar

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diterbitkan:

Profil Pramoedya Ananta Toer, Festival Seabad Sang Sastrawan Resmi Digelar
Profil Pramoedya Ananta Toer. (instagram/pramoedyaanantatoer_foundation)

Kapanlagi.com - Blora, tanah kelahiran Pramoedya Ananta Toer, bersiap menyambut perayaan seabad kelahiran sang sastrawan besar. Festival yang berlangsung pada 6-8 Februari 2025 ini menghadirkan berbagai kegiatan untuk mengenang kiprah dan warisan Pram dalam dunia sastra. Mulai dari diskusi sastra, pameran buku, hingga pertunjukan seni, festival ini menjadi ajang refleksi atas perjalanan hidup dan karya-karya Pram.

Sebagai salah satu penulis paling berpengaruh di Indonesia, Pramoedya Ananta Toer dikenal dengan gaya penulisannya yang tajam dan penuh kritik sosial. Karya-karyanya tidak hanya populer di dalam negeri, tetapi juga diterjemahkan ke 41 bahasa asing. Namun, di balik kepopulerannya, ia juga mengalami berbagai tekanan politik yang membuatnya berkali-kali masuk penjara.

Festival ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap perjuangan Pram dalam menyuarakan kebenaran melalui tulisan. Dengan digelarnya acara ini, diharapkan generasi muda dapat lebih mengenal sosok Pram dan memahami bagaimana sastra dapat menjadi alat perjuangan sosial. Yuk simak profil lengkap dari Pramoedya Ananta Toer:

1. Profil Pramoedya Ananta Toer

  • Nama lengkap: Pramoedya Ananta Toer
  • Alias: Pram, Toer
  • Tempat Lahir: Blora, jawa Barat
  • Tanggal Lahir: 1925-02-06
  • Warga Negara:Indonesia
  • Ayah: M. Toer
  • Istri: Maemunah Thamrin

(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)

2. Awal Kehidupan dan Pendidikan Pram

Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Tengah, pada tahun 1925 sebagai anak sulung dari seorang kepala sekolah di Institut Boedi Oetomo. Sejak kecil, ia menunjukkan minat besar dalam dunia literasi. Pendidikan formalnya dimulai dari SD Institut Boedi Oetomo, lalu melanjutkan ke berbagai sekolah, termasuk Radio Vakschool di Surabaya dan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta.

3. Karier Awal sebagai Jurnalis dan Penulis

Sebelum menjadi sastrawan besar, Pram bekerja sebagai juru ketik dan korektor di kantor berita Domei (sekarang LKBN ANTARA) pada masa pendudukan Jepang. Dari sini, ia semakin mantap memilih jalan kepenulisan. Ia mulai menulis cerpen, puisi, dan artikel yang banyak mengangkat tema sosial serta kemerdekaan.

4. Penjara dan Perjuangan di Era Kolonial

Ketajaman kritiknya terhadap ketidakadilan membuat Pram harus mendekam di penjara pada era kolonial Belanda. Ia ditahan selama tiga tahun karena dianggap menghasut lewat tulisan-tulisannya. Namun, masa tahanan justru menjadi momen refleksi dan eksplorasi ide bagi Pram dalam berkarya.

Pada masa pemerintahan Soeharto, Pram kembali dipenjara tanpa melalui proses pengadilan. Ia ditahan di Pulau Buru selama 14 tahun bersama tahanan politik lainnya. Di sana, ia tetap menulis meskipun dalam kondisi serba terbatas. Karya fenomenalnya, Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca), lahir dari pengalaman pahitnya di pengasingan.

5. Penghargaan dan Pengakuan Internasional

  • Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
  • Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
  • Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
  • Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
  • UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Perancis, 1996
  • Doctor of Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
  • Chancellor's distinguished Honor Award, "for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
  • Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999
  • New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
  • Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
  • The Norwegian Authors Union, 2004
  • Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004

6. Rekomendasi Karya Terbaik Premoedya Ananta

Rekomendasi karya terbaik Premoedya Ananta di antaranya adalah:

  • Bumi Manusia (1980)
  • Anak Semua Bangsa (1980)
  • Jejak Langkah (1985)
  • Rumah Kaca (1988)
  • Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995)
  • Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1996)
  • Arus Balik (1995)
  • Arok Dedes (1999)
  • Larasati (2000)
  • Cerita dari Blora (1950-an)
  • Perburuan
  • Korupsi
  • Keluarga Gerilya
  • Panggil Aku Kartini Saja
  • Mangir
  • Kronik Revolusi I, II, dan III

Itulah profil Pramoedya Ananta Toer. Ikuti terus berita selebriti lainnya. Kalau bukan sekarang, KapanLagi?

Rekomendasi
Trending