in partnership with Indosiar

Pendapat Erie Suzan Terkait Dangdut yang Dinilai Norak

Penulis: Editor Kapanlagi.com

Diterbitkan:

Pendapat Erie Suzan Terkait Dangdut yang Dinilai Norak
Erie Suzan (credit: kapanlagi.com/Budy Santoso)

Kapanlagi.com - Dalam dunia tarik suara tak cukup hanya dengan sekedar bernyanyi dengan baik, tapi juga harus memiliki keunikan atau ciri khas tertentu yang dapat menghipnotis para pecinta musik, termasuk genre dangdut. Dangdut pun tak hanya sekedar soal bernyanyi dengan cengkok, tetapi seorang penyanyi dangdut juga dituntut tampil menarik dan bisa bergoyang khas dangdut di atas panggung.


Ibaratnya seperti sayur tanpa garam, jika dangdut tanpa goyangan rasanya tidak lengkap. Akan tetapi sampai saat ini ada beberapa orang yang masih menilai bahwa dangdut itu norak bahkan masih banyak yang menampilkan goyangan-goyangan yang vulgar. Lantas bagaimana pendapat Erie Suzan terkait hal itu? 

1. Banyak yang Menilai Dangdut Norak

Eri Suzan mengungkapkan ia setuju bahwa sampai saat ini dangdut masih dinilai norak oleh sebagian masyarakat. Ketika mendapat pekerjaan di luar daerah, dirinya berbagi cerita terkait dangdut ke penyanyi yang ditemuinya.

Sebagai senior di dunia hiburan dangdut, Erie pun berbagi pengalamannya soal dangdut. Ia pun memberikan saran kepada para pendatang baru untuk tetap berpenampilan sopan saat di atas panggung.

"Masih, masih ada. Jadi makanya kadang-kadang kalau aku pribadi sebenarnya cuek, karena aku membawa diri aku pribadi saja. Tapi ketika ada kegiatan untuk ngamen di luar daerah, dan ketemu sama penyanyi di sana, menjadi kesempatan buat aku untuk sharing kepada mereka. Karena dangdut secara kuantitas bertambah, tapi kualitas menurun," tutur Erie Suzan.

"Jadi sayang, padahal bakat dangdut banyak banget hanya mereka tidak sadar dengan potensi mereka. Mereka terlalu sibuk melihat kelebihan orang," ujar Erie.

"Dari situ aku sharing dan mereka mulai paham, seperti cara berpakaian juga. Kan dangdut itu tidak harus berpakaian heboh, berdandan menor. Yang penting kan suara, dan terlihat sopan," tambahnya.

(Ammar Zoni dipindah ke Nusakambangan dan mengaku diperlakukan bak teroris.)

2. Dangdut Identik dengan Goyang

© KapanLagi.com/Budy Santoso

Begitu banyak penyanyi dangdut di Indonesia yang memiliki goyangan khas masing-masing. Sebab bagaimana pun juga rasanya akan tak lengkap jika seorang penyanyi dangdut tampil di atas panggung tanpa sebuah goyangan.

Begitu halnya dengan Erie Suzan yang juga mengakui bahwa dangdut identik dengan goyang. Namun ada beberapa hal yang menurutnya harus diingat terkait lagu dangdut.

"Memang betul dangdut identik dengan goyang. Tapi harus situasional, kan tidak semua lagu dangdut harus goyang heboh. Misal bawakan lagu Keramat, masa sih harus goyang. Tergantung lagunya," jelas perempuan kelahiran tahun 1978 itu.

3. Cara Hadapi Penonton Rusuh

Lalu saat ditanya cara meredam penonton dangdut yang sering rusuh karena bergoyang, Erie Suzan ternyata punya sendiri untuk menghadapi penonton yang rusuh saat menikmati penampilannya. 

"Ada istilah kesenggol dikit bacok karena keasikan goyang itu. Sebenarnya kalau aku pribadi tergantung seorang performer. Makanya aku nggak suka terlibat politik karena hanya di seni yang tidak melihat latar belakang pendidikan, jadi kita murni tampil dengan karakter masing-masing," ungkapnya.

"Semua orang suka musik, dan aku memanfaatkan itu untuk share musik yang aku suka. Jadi sebelum bernyanyi aku selalu menyapa mereka Hai apa kabar, mari kita menikmati hiburan ini secara positif, jangan ada yang berantem," tutur Erie Suzan.

Lebih lanjut, menurutnya sebagai seorang penampil tidak harus memakai pakaian dan goyangan yang seronok agar tidak memancing publik untuk ke hal yang negatif. Tak hanya itu, hargai diri sendiri juga merupakan salah satu kunci untuk menjadi seorang pekerja seni.

"Kan bagaimana kita yang menjadi performer, kalau kita pakai pakaian yang seronok dan goyang, itu kan diri kita yang memancing. Bagaimana orang mau menghargai kita, kalau kita sendiri tidak menghargai diri kita sendiri," pungkasnya.

Penulis: Nanda Sukma

(kpl/dan/mag/nan)

Reporter:

Dadan Deva

Rekomendasi
Trending