Nama Pahlawan Revolusi Indonesia: Mengenal Para Perwira yang Gugur dalam G30S/PKI

Penulis: Chiara Mahardika Kinanti Sarono

Diterbitkan:

Nama Pahlawan Revolusi Indonesia: Mengenal Para Perwira yang Gugur dalam G30S/PKI
nama pahlawan revolusi

Kapanlagi.com - Pahlawan Revolusi merupakan gelar kehormatan yang diberikan kepada para perwira TNI Angkatan Darat yang gugur dalam tragedi G30S/PKI. Gelar ini diberikan sebagai bentuk penghormatan tertinggi atas pengorbanan mereka dalam mempertahankan ideologi Pancasila.

Sepuluh nama pahlawan revolusi ini diabadikan dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai sosok yang rela berkorban untuk negara. Mereka menjadi korban penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak pada 30 September 1965.

Penetapan gelar Pahlawan Revolusi dilakukan melalui Keputusan Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno. Mengutip dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional, para nama pahlawan revolusi ini terdiri dari perwira tinggi yang memiliki dedikasi tinggi terhadap bangsa dan negara.

1. Pengertian dan Makna Pahlawan Revolusi

Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan oleh Presiden Soekarno dalam kapasitasnya sebagai Panglima Komando Operasi Tertinggi (KOTI) kepada sejumlah perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang gugur dalam Gerakan 30 September. Gelar ini merupakan bentuk penghargaan tertinggi yang diberikan kepada para perwira yang mengorbankan nyawa mereka untuk mempertahankan ideologi Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Para perwira yang gugur dalam tugas ini juga diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) sebagai bentuk penghormatan posthumous. Contohnya adalah Ahmad Yani yang sebelumnya berpangkat Letnan Jenderal TNI menjadi Jenderal TNI. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar ini dilebur ke dalam pahlawan nasional Indonesia sehingga tidak ada pembedaan dengan pahlawan nasional lainnya.

Tragedi G30S/PKI yang terjadi pada 30 September 1965 menjadi salah satu peristiwa kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa ini merenggut banyak nyawa, terutama para perwira tinggi TNI yang kemudian dikenang sebagai Pahlawan Revolusi. Mereka adalah tokoh yang berkorban demi menjaga ideologi dan keutuhan negara dari ancaman komunisme yang ingin mengganti dasar negara Pancasila.

Melansir dari situs resmi Kementerian Pertahanan RI, penetapan gelar Pahlawan Revolusi ini dilakukan berdasarkan Ketetapan Presiden yang dikeluarkan pada tanggal 5 Oktober 1965 dan 19 Oktober 1965, hanya beberapa hari setelah tragedi tersebut terjadi.

2. Daftar Lengkap Nama Pahlawan Revolusi Indonesia

Daftar Lengkap Nama Pahlawan Revolusi Indonesia

Terdapat sepuluh nama pahlawan revolusi yang dianugerahi gelar kehormatan tersebut berdasarkan pengorbanan mereka dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Berikut daftar lengkap para pahlawan revolusi Indonesia:

  1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani — Kepala Staf Angkatan Darat, lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 19 Juni 1922.

  2. Letjen (Anumerta) Suprapto — Deputi Kepala Staf Angkatan Darat, lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, pada 20 Juni 1920.

  3. Letjen (Anumerta) S. Parman — Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat, lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918.

  4. Letjen (Anumerta) M.T. Haryono — Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat, lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 20 Januari 1924.

  5. Mayjen (Anumerta) D.I. Panjaitan — Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat, lahir di Balige, Tapanuli, Sumatera Utara, pada 9 Juni 1925.

  6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo — Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat, lahir di Kebumen, Jawa Tengah, pada 28 Agustus 1922.

  7. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean — Ajudan Jenderal A.H. Nasution, lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939.

  8. Brigjen (Anumerta) Katamso Darmokusumo — Komandan Korem 072/Pamungkas, lahir di Sragen, Jawa Tengah, pada 5 Februari 1923.

  9. Kolonel (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto — Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, lahir di Gedaran, Gunungkidul, pada 12 Agustus 1926.

  10. Aip II (Anumerta) Karel Satsuit Tubun — Anggota Polisi Militer, lahir di Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928.

Berdasarkan data dari Wikipedia Indonesia, kesepuluh pahlawan revolusi tersebut ditetapkan melalui tiga Ketetapan Presiden, yaitu:

  • Ketetapan Presiden Nomor 111/KOTI/1965,

  • Ketetapan Presiden Nomor 114/KOTI/1965, dan

  • Ketetapan Presiden Nomor 118/KOTI/1965.

3. Biografi Singkat Para Pahlawan Revolusi

Biografi Singkat Para Pahlawan Revolusi

Jenderal Ahmad Yani merupakan sosok yang paling dikenal di antara para Pahlawan Revolusi. Sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, ia memiliki peran strategis dalam kepemimpinan militer Indonesia. Ahmad Yani dikenal sebagai perwira yang tegas menentang ideologi komunis dan menolak rencana pembentukan Angkatan Kelima yang diusulkan PKI. Pendidikan militernya dimulai dari sekolah Heiho di Magelang dan dilanjutkan dengan pendidikan PETA di Bogor, di mana ia mendapat penghargaan berupa pedang samurai istimewa.

Letjen Suprapto adalah perwira berpengalaman yang pernah menempuh pendidikan di Akademi Militer Kerajaan di Bandung. Ia dikenal sebagai sosok yang loyal dan berdedikasi tinggi terhadap negara. Suprapto pernah menjabat sebagai ajudan Panglima Besar Jenderal Soedirman dan terlibat dalam berbagai operasi militer penting, termasuk pertempuran Ambarawa. Sikapnya yang tegas menentang rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima membuatnya menjadi target utama dalam peristiwa G30S.

Letjen S. Parman dikenal sebagai perwira intelijen yang sangat berpengalaman dan memiliki kemampuan analisis yang tajam. Ia pernah menempuh pendidikan intelijen di Jepang dan memiliki peran penting dalam membongkar berbagai rencana subversif. Parman berhasil mengungkap rencana Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) Westerling pada tahun 1950 dan memiliki pengetahuan mendalam tentang strategi PKI, yang membuatnya menjadi ancaman bagi kelompok tersebut.

Menurut buku Sejarah Nasional Indonesia, para Pahlawan Revolusi ini memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman militer yang beragam, namun semuanya memiliki komitmen yang sama untuk mempertahankan ideologi Pancasila dan kedaulatan NKRI.

4. Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan dan Revolusi

Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan dan Revolusi

Para pahlawan revolusi tidak hanya berperan dalam peristiwa G30S/PKI, tetapi juga memiliki kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mayoritas dari mereka adalah veteran perang kemerdekaan yang telah berjuang sejak masa revolusi fisik 1945-1949. Ahmad Yani, misalnya, pernah terlibat dalam operasi penumpasan pemberontakan PKI di Madiun pada 1948 dan memimpin operasi militer melawan pemberontakan PRRI di Sumatera Barat.

Letjen M.T. Haryono yang mahir berbahasa Belanda, Inggris, dan Jerman, sering dilibatkan dalam perundingan-perundingan penting antara Indonesia dengan pihak asing. Ia berperan sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada 1949. Kemampuan diplomatiknya yang luar biasa membuatnya menjadi aset berharga bagi Indonesia dalam berbagai negosiasi internasional.

Mayjen D.I. Panjaitan memiliki pengalaman tempur yang luas, terutama dalam operasi-operasi di Sumatera. Ia pernah memimpin perbekalan perjuangan dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) saat Agresi Militer Belanda II. Pengalaman ini membuatnya memahami betul pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menghadapi ancaman terhadap negara.

Kapten Pierre Tendean, meskipun masih muda, telah menunjukkan dedikasi luar biasa sebagai ajudan Jenderal A.H. Nasution. Ia pernah terlibat dalam operasi penumpasan pemberontakan PRRI di Sumatera dan dikenal sebagai perwira muda yang berbakat dan disiplin. Kematiannya dalam usia 26 tahun menjadi simbol pengorbanan generasi muda untuk negara.

Berdasarkan catatan sejarah dari Pusat Sejarah TNI, kontribusi para Pahlawan Revolusi dalam membangun kekuatan militer Indonesia sangat signifikan, terutama dalam menghadapi berbagai ancaman separatisme dan subversi pada masa awal kemerdekaan.

5. Kronologi Peristiwa G30S/PKI dan Gugurnya Para Pahlawan

Kronologi Peristiwa G30S/PKI dan Gugurnya Para Pahlawan

Peristiwa G30S/PKI dimulai pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, ketika pasukan yang mengatasnamakan Gerakan 30 September melakukan penculikan terhadap para perwira tinggi TNI Angkatan Darat. Operasi penculikan ini dilakukan secara terkoordinasi di berbagai lokasi di Jakarta dan Yogyakarta dengan dalih akan menghadap Presiden Soekarno untuk membahas situasi politik yang sedang memanas.

Di Jakarta, tujuh perwira tinggi menjadi sasaran utama penculikan, yaitu Ahmad Yani, Suprapto, S. Parman, M.T. Haryono, D.I. Panjaitan, Sutoyo Siswomiharjo, dan Pierre Tendean. Mereka diculik dari kediaman masing-masing dan dibawa ke kawasan Lubang Buaya di Jakarta Timur. Jenderal A.H. Nasution yang juga menjadi target berhasil meloloskan diri, namun ajudannya Pierre Tendean ditangkap karena disangka sebagai Nasution.

Sementara itu, di Yogyakarta, Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto juga menjadi korban penculikan pada tanggal 2 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibawa ke luar kota dan dibunuh. Jenazah mereka baru ditemukan pada tanggal 21 Oktober 1965 setelah dilakukan pencarian intensif.

AIP II Karel Satsuit Tubun gugur dalam tugas saat berusaha melindungi kediaman Dr. Y. Leimena yang bersebelahan dengan rumah Jenderal Nasution. Ia tewas tertembak ketika berusaha melawan para penyerang yang hendak menculik Nasution. Keberaniannya dalam melaksanakan tugas menjadikannya layak mendapat gelar Pahlawan Revolusi.

Menurut dokumentasi resmi TNI Angkatan Darat, seluruh korban penculikan ini mengalami penyiksaan sebelum dibunuh, menunjukkan kekejaman yang dilakukan oleh para pelaku G30S/PKI terhadap perwira-perwira yang loyal kepada Pancasila dan NKRI.

6. Warisan dan Pengabadian Nama Pahlawan Revolusi

Warisan dan Pengabadian Nama Pahlawan Revolusi

Pengabadian nama pahlawan revolusi dilakukan melalui berbagai cara untuk memastikan jasa dan pengorbanan mereka tidak terlupakan oleh generasi penerus bangsa. Pemerintah Indonesia telah mengabadikan nama-nama mereka dalam berbagai bentuk, mulai dari nama jalan, gedung, hingga monumen bersejarah.

Nama Ahmad Yani diabadikan sebagai nama jalan utama di berbagai kota besar seperti Jakarta, Cirebon, dan Surabaya. Jalan Jenderal Ahmad Yani menjadi salah satu jalan protokol yang menghubungkan kawasan penting di kota-kota tersebut. Begitu pula dengan nama-nama pahlawan lainnya seperti Jalan Letnan Jenderal Suprapto, Jalan Letnan Jenderal MT Haryono, dan Jalan Mayor Jenderal DI Panjaitan di Jakarta.

Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya menjadi tempat peringatan utama untuk mengenang para Pahlawan Revolusi. Di lokasi ini terdapat museum yang menyimpan berbagai koleksi bersejarah terkait peristiwa G30S/PKI dan perjuangan para pahlawan. Setiap tanggal 1 Oktober, upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila diselenggarakan di tempat ini dengan dihadiri oleh pejabat tinggi negara.

Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi sebagian besar Pahlawan Revolusi. Makam mereka menjadi tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh masyarakat, terutama pada hari-hari bersejarah. Penataan makam yang khidmat mencerminkan penghormatan negara terhadap jasa-jasa mereka.

Berdasarkan data dari Kementerian Sosial RI, program edukasi tentang sejarah Pahlawan Revolusi terus dilakukan melalui kurikulum pendidikan nasional dan berbagai kegiatan commemorative untuk memastikan nilai-nilai perjuangan mereka tetap hidup dalam jiwa generasi muda Indonesia.

7. FAQ (Frequently Asked Questions)

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apa yang dimaksud dengan Pahlawan Revolusi?

Pahlawan Revolusi adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada sepuluh perwira TNI Angkatan Darat yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965. Gelar ini diberikan oleh Presiden Soekarno sebagai bentuk penghormatan atas pengorbanan mereka dalam mempertahankan ideologi Pancasila.

2. Berapa jumlah Pahlawan Revolusi Indonesia?

Terdapat sepuluh nama pahlawan revolusi yang dianugerahi gelar ini, terdiri dari tujuh perwira yang gugur di Jakarta dan tiga perwira lainnya yang gugur di Yogyakarta dan dalam tugas pengamanan. Mereka ditetapkan melalui tiga Ketetapan Presiden yang berbeda pada Oktober 1965.

3. Kapan gelar Pahlawan Revolusi ditetapkan?

Gelar Pahlawan Revolusi ditetapkan pada tanggal 5 Oktober 1965 untuk tujuh pahlawan pertama, 5 Oktober 1965 untuk Karel Satsuit Tubun, dan 19 Oktober 1965 untuk Katamso Darmokusumo dan Sugiyono Mangunwiyoto. Penetapan ini dilakukan hanya beberapa hari setelah tragedi G30S/PKI terjadi.

4. Mengapa mereka disebut Pahlawan Revolusi?

Mereka disebut Pahlawan Revolusi karena gugur dalam mempertahankan hasil revolusi Indonesia, yaitu kemerdekaan dan ideologi Pancasila, dari ancaman komunisme yang ingin mengubah dasar negara. Pengorbanan mereka dianggap sebagai perjuangan untuk mempertahankan revolusi kemerdekaan Indonesia.

5. Di mana para Pahlawan Revolusi dimakamkan?

Sebagian besar Pahlawan Revolusi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Namun ada juga yang dimakamkan di daerah asal mereka, seperti Brigjen Katamso yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta.

6. Apa perbedaan Pahlawan Revolusi dengan Pahlawan Nasional?

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar Pahlawan Revolusi telah dilebur ke dalam kategori Pahlawan Nasional sehingga tidak ada lagi pembedaan. Namun secara historis, Pahlawan Revolusi adalah gelar khusus untuk korban G30S/PKI, sedangkan Pahlawan Nasional mencakup semua tokoh yang berjasa bagi bangsa.

7. Bagaimana cara mengenang jasa para Pahlawan Revolusi?

Jasa para Pahlawan Revolusi dapat dikenang melalui berbagai cara seperti mengunjungi Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, mempelajari sejarah perjuangan mereka, mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud penghormatan terhadap pengorbanan mereka.

Rekomendasi
Trending